Berita Bontang Terkini

Belasan Tahun Berdagang Pakaian di Berbas Tengah Bontang, Suprianto Kini Obral untuk Bertahan

Di tengah gempuran tren belanja daring, Suprianto (52) masih bertahan dengan cara lama, membuka lapak pakaian di Pasar Malam Berbas Tengah Bontang

Penulis: Muhammad Ridwan | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/MUHAMMAD RIDWAN
PEDAGANG -  Suprianto, salah satu pedagang pakaian di Pasar Malam, Berbas Tengah, Kota Bontang yang bertahan ditengah gempuran tren belanja daring, Jumat (11/7/2025). (TRIBUNKALTIM.CO/MUHAMMAD RIDWAN) 

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG – Di tengah gempuran tren belanja daring, Suprianto (52) masih bertahan dengan cara lama, membuka lapak pakaian di Pasar Malam Berbas Tengah, Kota Bontang

Meski hanya menempati satu petak berukuran 2x3 meter, ia tak menyerah mengejar rezeki demi keluarganya.

Dulu, saat pertama kali berdagang pada 2015, Suprianto menyewa empat petak. Namun seiring waktu, satu demi satu ditutup. 

Penurunan drastis ia rasakan sejak 2021. Ironisnya, saat itu pandemi Covid-19 justru membuat belanja online makin menggeliat. Sementara pasar tradisional mulai kehilangan pembelinya.

"Awal-awal jualan rame, saya bisa buka sampai empat petak. Sekarang tinggal satu. Sejak 2021 mulai berat, padahal itu masih masa corona," ujarnya saat ditemui, Jumat (11/7/2025).

Baca juga: Forum Pedagang Lahir, Pemkot Balikpapan Siapkan Skema Baru Atasi PKL dan Pasar Kumuh

Berjualan baju kini bukan perkara untung, tapi bagaimana bisa cukup untuk makan. Hari ini misalnya, Suprianto mengaku hanya mampu menjual tiga potong baju obral. 

“Rp 100 ribu tiga baju. Kalau nggak diakalin begitu, nggak laku,” ucapnya.

Ia sempat mencoba mengikuti tren, jualan via live streaming di media sosial. Namun usahanya tak sebanding. Harga produk lokal kalah saing dengan barang dari Jawa, apalagi yang langsung dari pabrik. 

“Saya pernah live juga, tapi tetap susah. Barang dari luar bisa jauh lebih murah,” katanya.

Namun bukan berarti ia kehilangan harapan. Masih ada pelanggan tetap yang lebih suka berbelanja langsung, melihat dan memegang barang sebelum membeli. 

“Kalau online, kan cuma lihat gambar. Kadang yang datang beda sama foto,” ujarnya sambil tersenyum tipis.

Baca juga: Disperindag Kukar Siapkan Penataan Ulang Pedagang Pasar Tangga Arung

Kini, Suprianto hanya ingin bisa bertahan. Ia menyewa rumah kecil untuk tinggal bersama istri dan dua anaknya. Soal utang, ia tak menampik pernah terlilit untuk menutupi kebutuhan hidup.

“Kalau nggak putar otak, bisa kejar-kejaran sama utang,” ucapnya.

Meski tak muluk-muluk berharap, Suprianto tetap membuka lapaknya setiap hari. Baginya, setia bertahan adalah cara untuk tetap hidup, meski dunia berubah. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved