Berita Kukar Terkini
SD Negeri 002 Tenggarong di Kukar Ingin Tambahan Chromebook dan Perbaikan Fasilitas Sekolah
SDN 002 Tenggarong di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, terus berupaya mengikuti perkembangan
Penulis: Patrick Vallery Sianturi | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG – SDN 002 Tenggarong di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, terus berupaya mengikuti perkembangan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar.
Salah satu bentuknya adalah pemanfaatan Chromebook yang diberikan melalui bantuan dari Dinas Pendidikan Kutai Kartanegara.
Saat ini, sekolah tersebut telah menerima sebanyak 80 unit perangkat. Namun, kebutuhan yang lebih besar membuat pihak sekolah masih berharap adanya penambahan.
Menurut Kepala SDN 002 Tenggarong, Ismid, jumlah tersebut belum mampu mencukupi seluruh peserta didik, terutama saat pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).
Baca juga: Alasan Nadiem Makarim Masih Berstatus Saksi, Meski Beri Perintah Pengadaan Chromebook via Zoom
“Chromebook ini sebenarnya diperuntukkan untuk murid, terutama digunakan saat simulasi maupun pelaksanaan ANBK,” ujarnya,
Rabu(16/7/2025).
Perangkat tersebut digunakan di ruang laboratorium yang telah dilengkapi fasilitas pendukung seperti stasiun pengisian daya.
Namun keterbatasan jumlah membuat pihak sekolah harus mencari solusi alternatif.
“Kadang kami tambahkan dengan laptop milik sekolah, atau siswa menggunakan HP pribadi karena asesmennya sudah berbasis online,” bebernya.
Ismid menuturkan, SD 002 bukan termasuk sekolah rujukan Google.
Sehingga bantuan Chromebook yang diterima pun terbatas. Ia membandingkan dengan beberapa sekolah dasar lain seperti SD 035 di kawasan Pesut dan SD 018 dekat stadion, yang disebut sebagai sekolah rujukan Google dan mendapatkan ratusan unit perangkat.
Tak hanya untuk siswa, perangkat bagi guru juga masih minim.
Baca juga: 999 Chromebook Bantu Siswa SMP Negeri 1 Tenggarong Kukar Belajar Tanpa HP
Sejauh ini, sekolah hanya menerima dua unit laptop dari dinas untuk keperluan administrasi.
Pengadaan perangkat guru sebagian besar dilakukan secara mandiri melalui anggaran sekolah.
“Setiap tahun kami anggarkan pembelian laptop untuk guru secara bertahap,” tambahnya.
Di sisi lain, dukungan infrastruktur internet juga masih terbatas. Sekolah baru memiliki dua titik akses WiFi, namun belum mampu menjangkau seluruh ruang belajar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.