Berita Samarinda Terkini

Pengamat Ekonomi Unmul Samarinda Purwadi Tanggapi Kelangkaan Bahan Pokok Penting di Kaltim

Kelangkaan bahan pokok penting (bapokting) di pasaran beberapa waktu terakhir terus menyebabkan masalah di tengah masyaraka

Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Nur Pratama
TribunKaltim.co/Mohammad Fairoussaniy
BAHAN POKOK PENTING - Pengamat Ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul), Purwadi tanggapi terkait persoalan bahan pokok penting (bapokting) khususnya beras.(TRIBUNKALTIM.CO/MOHAMMAD FAIROUSSANIY) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Kelangkaan bahan pokok penting (bapokting) di pasaran beberapa waktu terakhir terus menyebabkan masalah di tengah masyarakat.

Dugaan penimbunan, permainan harga, hingga penyaluran yang tidak tepat sasaran dimungkinkan masih terjadi.

Pengamat Ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul), Purwadi menilai persoalan distribusi dapat diatasi dengan langkah sederhana. 

Melakukan pengawasan yang lebih ketat dan pengelolaan data yang akurat. 

Baca juga: Komisi IV DPRD Samarinda Kawal Perbaikan Kerusakan Gedung SDN 020

Tetapi, sampai saat ini, upaya pengawasan di lapangan dinilainya masih lemah.

“Kalau sidak sudah direncanakan, siap-siap saja hasilnya tidak objektif. Pejabat harus turun ke lapangan seperti intel zaman dulu,” sarannya, Rabu (6/8/2025).

Terbukti, lonjakan harga kebutuhan pokok di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur (Kaltim) baru–baru kembali memicu krisis ekonomi yang menekan warga perbatasan. 

Persoalan utama bukan sekadar tingginya harga, gagalnya kebijakan struktural pemerintah dalam menjawab kebutuhan jangka panjang masyarakat termasuk di Mahulu menjadi daftar panjang pekerjaan rumah pihak terkait.

“Solusi yang dilakukan pemerintah hanya seperti memadamkan api. Baru bergerak setelah ada kejadian besar atau viral. Sifatnya reaktif, bukan strategis,” singgung Purwadi.

Pernyataan ini juga merespons kebijakan distribusi sembako oleh Pemprov Kaltim sebagai tanggapan atas meningginya harga bahan pokok. 

Hal serupa bisa terjadi ketika nantinya stok beras di pasaran menipis.

Kondisi ini sejatinya bukan hal baru terjadi sekali, siklus tahunan.

Lagi–lagi yang selalu berulang, tetapi tanpa ada pembenahan serius dari pemerintah. 

Ketika datang musim hujan, banjir besar terjadi. Kemudian kemarau, harga-harga kembali melonjak.

“Jika setiap tahun hanya mengirim sembako, operasi pasar, itu bukan solusi. Merupakan tanda bahwa pemerintah tidak punya desain kebijakan jangka panjang, terutama untuk Mahulu ya,” ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved