Berita Kutim Terkini
Budaya Ufah 2025 Dibuka Bupati Ardiansyah Sulaiman, Tonjolkan Kearifan Lokal Kutai Timur
Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, menandaskan, Kabupaten Kutai Timur termasuk wilayah yang memiliki beragam.
Penulis: Nurila Firdaus | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, menandaskan, Kabupaten Kutai Timur termasuk wilayah yang memiliki beragam budaya.
Yakni Mulai dari tradisi ke wilayah darat hingga tradisional kewilayahan pesisir.
Kata Ardiansyah Sulaiman, untuk menjaga budaya kearifan lokal yang ada di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, setiap tahun diadakan festival budaya yang mewakili desa tertentu.
Misalnya yang telah terlaksana Festival Sekerat Nusantara yang ada di Desa Sekerat, Kecamatan Bengalon dan Festival Lomplai yang ada di Desa Nehas Liah Bing di Kecamatan Muara Wahau.
Baca juga: Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman Tegas Tolak Sidrap Masuk Bontang, Mediasi Masih Buntu
Lalu, Festival Budaya Kayan Desa Miau Baru yang dikenal dengan Budaya Ufah juga baru saja dibuka hingga tanggal 18 Agustus 2025 di Desa Miau Baru, Kecamatan Kongbeng.
"Ini yang hampir-hampir sulit ditemui di Kalimantan Timur, kecuali di Kutai Timur, karena kita punya semua, baik daratan maupun di pesisir," ujar Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, Minggu (10/8/2025).
Tentunya, hal itu menjadikannya bangga dengan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kutai Timur, maka hampir setiap agenda yang ia datangi selalu mengumandangkan mars Kutai Timur.
Maknanya berupa ajakan bersama-sama membangun Kutai Timur.
Salah satunya melalui kebudayaan, seperti agenda Budaya Ufah yang telah masuk dalam agenda budaya Kutai Timur.
Artinya, agenda tersebut akan didukung oleh Pemkab Kutim melalui anggaran di Dinas Pariwisata serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud).
Baca juga: Momentum Wujudkan SDM Unggul dan Pelestarian Budaya, Ketua DPRD Kaltim Hadiri Mubes
"Secara umum sudah masuk dalam Festival yang kita siapkan, karena festival ini menjadi cirikan di Kalimantan Timur umumnya, Kutai Timur pada khususnya," imbuhnya.
Menurutnya, budaya tidak mengenal batas, waktu hingga kewilayahan, sebab saat membahas budaya maka tidak lepas dari kemanusiaan.
"Harapannya Budaya Ufah yang baru dilaksanakan du kali itu, bisa menjadi ikon yang terus dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya," ujar Ardiansyah Sulaiman. (*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.