Ibu Kota Negara

Desak Evaluasi Pemindahan Ibu Kota, Politisi Gerindra Bandingkan Biaya antara Jakarta dan IKN Kaltim

Desak evaluasi pemindahan Ibu Kota, politisi Gerindra bandingkan biaya antara Jakarta dan IKN Kaltim

Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO
IBU KOTA NEGARA - Kondisi jalan raya yang mulus dan luas di IKN Nusantara, Kalimantan Timur, 5 Juli 2025. Desak evaluasi pemindahan Ibu Kota, politisi Gerindra bandingkan biaya antara Jakarta dan IKN Kaltim. (TRIBUNKALTIM.CO/BUDI SUSILO) 

TRIBUNKALTIM.CO - Anggota Komisi VII DPR RI Bambang Haryo Soekartono mendesak dilakukan evaluasi soal rencana pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) Kaltim. 

Politisi Gerindra mendesak adanya evaluasi wacana pemindahan ibu kota dengan menimbang biaya jika Ibu Kota tetap berada di Jakarta dan IKN Kaltim.

Menurutnya, pemindahan ibu kota dari Jakarta ke IKN Kaltim perlu dievaluasi agar rakyat Indonesia tidak dipersulit.

Diketahui, pemindahan Ibu Kota Negara yang merupakan megaproyek peninggalan mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Baca juga: Anggota Komisi V DPR Singgung Pembangunan IKN Kaltim, Jangan Jadi Ambisi hingga Beban Jangka Panjang

Jokowi menetapkan IKN sebagai Ibu Kota Negara yang baru.

Lokasi IKN di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang wilayahnya berada di dua kabupaten yakni Penajam Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara (Kukar).

Di era Jokowi, pemerintah telah menerbitkan UU tentang Ibu Kota Negara Nomor 3 Tahun 2022.

Namun hingga saat ini di pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto, Keputusan Presiden (Keppres) tentang pengalihan kedudukan, fungsi, dan peran Ibu Kota Negara yang merupakan amanat dari Pasal 4 ayat (2) UU Nomor 3 Tahun 2022 belum diterbitkan.

Keppres ini mengatur pengalihan kedudukan, fungsi, dan peran Ibu Kota Negara.

Perlu Ditinjau Ulang

Anggota Komisi VII DPR-RI Bambang Haryo Soekartono menilai perlu adanya peninjauan ulang terkait pemanfaatan Ibu Kota Negara (IKN) di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Tujuannya untuk memastikan Ibu Kota Negara yang sekaligus sebagai pusat pemerintahan bisa menggantikan Jakarta.

Politisi Gerindra yang akrab disapa BHS ini mengatakan perlu diketahui bahwa Jakarta sebagai ibukota negara dan juga sebagai pusat pemerintahan, setiap harinya dikunjungi kurang lebih, oleh 10 juta penduduk dari seluruh pulau Jawa.

 Diantaranya dari sekitar Jabotabek kurang lebih 3,5 juta orang perhari ditambah dengan seluruh penduduk pulau jawa dari berbagai kota totalnya sekitar 7 juta.

"Saat ini mereka bisa menggunakan berbagai moda transportasi apapun dan bahkan dengan jalan kaki, seperti halnya juga naik sepeda, naik becak, naik kuda,  sepeda motor, mobil kereta api dan lain-lain dari berbagai kabupaten kota di seluruh pulau jawa" ujar BHS, Minggu (10/8/2025).

Namun, menurut dia,  bila ibukota dan pusat pemerintahan ini dipindahkan ke Kalimantan (IKN) maka masyarakat yang berkepentingan langsung ke ibukota negara IKN yang tentunya menjadi tempat berkumpulnya semua perusahaan besar sebagai pusat perusahaan termasuk BUMN dan DPR (Legislatif) sehingga kepentingan ke perusahanan besar, BUMN, pusat pemerintahan dan DPR akan berpindah ke IKN.

Menurut dia apabila dianggap yang berkepentingan ke IKN hanya 2 juta penduduk dari yang totalnya sebenarnya diatas 10juta penduduk yang bekepentingan pasti hanya akan bisa menggunakan transportasi udara dan laut saja. 

"Bila menggunakan transportasi udara tarif di angkutan udara apabila sebesar 1,5 juta maka masyarakat harus mengeluarkan biaya yang sangat besar berjumlah sekitar Rp 3 triliun per hari untuk kepentingan transportasi menuju ke IKN" katanya.

"Dan bila pulang pergi akan menjadi Rp6 triliun setiap harinya belum lagi akomodasi perharinya dianggap 1 juta rupiah per orang berarti total untuk 2 juta orang yang ke IKN akan bertambah sebesar 2 triliun rupiah per harinya untuk akomodasi," dia menambahkan.

Sehingga total kebutuhan biaya untuk menuju Ibu kota Negara dan pusat pemerintahan di IKN akan menjadi Rp 8 triliun per harinya dan untuk satu tahun rakyat akan dikorbankan atau harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.2.920 Triliun. 

Menurut dia inilah beban dan pengorbanan rakyat akibat kebijakan bila Ibukota dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Kalimantan untuk melakukan perjalanan transport dan akomodasi dalam setahun.

"Belum lagi jika 2 juta penduduk yang akan menuju IKN ini akan menggunakan transportasi udara," katanya. 

Dikatakan bahwa bila asumsi total semua pesawat yang ada di Indonesia yang saat ini beroperasi sebanyak 450 pesawat dengan kapasitas 200 penumpang, maka jika semua pesawat dipindahkan ke jalur pulau Jawa ke IKN saja hanya dapat menampung 90 ribu penumpang setiap rate. 

Padahal lanjut, Anggota Dewan Pakar Gerindra ini, dalam satu hari hanya bisa maksimum empat rate PP dalam 24 jam karena perjalanan sekitar 2 jam berarti daya tampung penumpang hanya 360.000 penumpang dalam 1 hari padahal kita butuh untuk menampung 2 juta orang. 

“Terus, mau ditampung dimana lagi?” tanya BHS 

Apalagi, lanjut Anggota DPR-RI pemilik suara terbanyak di Dapil Jatim 1 Surabaya-Sidoarjo, kapasitas bandara Sultan Aji Balikpapan sangat terbatas di mana bandara ini hanya mampu menampung 30 parking stand pesawat dengan kapasitas maksimum tidak lebih dari 45 ribu per hari.

Sementara bandara IKN  hanya bisa menampung 600 penumpang perhari karena kapasitasnya sangat kecil maka tidak mungkin bisa menampung keinginan publik dengan menggunakan transportasi udara apalagi transportasi laut sangat terbatas dan membutuhkan waktu berhari hari dalam sekali pelayaran. 

“Belum lagi wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali dan NTT yang akan menuju ke IKN mau ditampung di mana dan menggunakan transportasi apa? Ini yang harus dikaji mendalam," tanya, BHS

Jangan sampai, menurut dia, rakyat Indonesia dipersulit dengan adanya kebijakan pembangunan IKN dari pemerintahan periode yang lalu.

"Dan hal ini tentunya akan menjadi beban yang sangat memberatkan seluruh Rakyat Indonesia yang katanya saat ini sedang diupayakan untuk di naikkan kesejahteraan hidupnya," kata BHS.

"Diharapkan pemerintah segera mengevaluasi dan mengkaji secara cermat dan segera memutuskan langkah terbaik untuk hal ini,  agar rakyat tidak dikorbankan demi untuk kepentingan pembangunan IKN sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan yang bisa menyulitkan dan menyengsarakan rakyat," tutup BHS.

Baca juga: Pembangunan IKN Diminta Ditunda, Kemampuan Keuangan Negara dan Prioritas Nasional Jadi Pertimbangan

(*)

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram

Artikel ini telah tayang di kompas.com dan Tribunnews.com dengan judul Anggota DPR Bambang Haryo Desak Evaluasi Pemindahan Ibu Kota Negara

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved