Heuveldorp merupakan warga Belanda yang sudah berpengalaman membuat film di Amerika Serikat.
Sementara, G Krugers adalah juru kamera Indo-Belanda yang tinggal di daerah Bandung.
Krugers adalah keponakan Boosje, pengusaha perkebunan yang dikenal sebagai "Raja Bioskop" di Bandung.
Berkat hubungan dekatnya dengan sang paman, Krugers mendapatkan banyak ilmu mengenai perfilman.
Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 10 Desember 2008, pembuatan film ini mendapatkan dukungan dari Bupati Bandung ketika itu, Wiranatakusumah V.
Bupati mempunyai rencana untuk memajukan kesenian Sunda agar bisa dinikmati oleh berbagai kalangan.
Selain itu, harapannya adalah muncul inisiatif dari beberapa pihak untuk menggiatkan film dari Indonesia.
Wiranatakusumah V juga mendukung pendanaan film ini.
Dia memberikan izin kepada putri dan keponakannya untuk tampil dalam film Loetoeng Kasaroeng.
Mereka akan duet bersama aktor adan aktris dari keturunan Indo-Belanda dan Tionghoa.
Padahal pada masa itu masih tabu bagi gadis-gadis priyayi Priangan untuk pentas di panggung pertunjukan terbuka.
Cerita dari Sunda
Film Loetoeng Kasaroeng mengambil cerita dari sebuah legenda yang terkenal dari Sunda.
Film ini menceritakan Purbasari yang berpacaran dengan seekor lutung.
Ternyata lutung itu adalah Guru Minda, pangeran tampan yang yang dikutuk menjadi lutung oleh ibunya sendiri, Sunan Ambu.