Masih dalam model yang sama, Pandu mengatakan, jumlah kematian juga bisa menjadi sangat tinggi.
Angka fatal tersebut bisa mencapai lebih dari 40.000 jiwa jika tidak ditangani serius.
Menurut Pandu, angka ini bisa terjadi jika pemerintah hanya melakukan intervensi penanganan kasus dengan tingkat sedang seperti sekarang ini.
"Jika intervensi sedang, prediksi kematian total menjadi 47.984 jiwa," ujar dia.
Pandu dan rekannya juga membuat prediksi kematian berdasarkan empat skenario intervensi pemerintah.
Skenario pertama, apabila pemerintah tidak melakukan intervensi apa pun dalam penanganan covid-19, jumlah kematian diprediksi mencapai 240.244 jiwa.
Skenario kedua, dengan intervensi ringan yakni pemerintah masih menggunakan kebijakan menjaga jarak sosial secara sukarela dan hanya membatasi kerumunan massal, jumlah kematian bisa mencapai 144.266 jiwa.
Skenario ketiga, intervensi sedang atau kondisi di mana pemerintah sudah melakukan tes massal tetapi dengan cakupan yang rendah.
Kemudian, termasuk sudah menjalankan kebijakan keharusan jaga jarak sosial dengan menutup sementara sekolah dan bisnis maka jumlah kematian diprediksi mencapai 47.984 jiwa.
Skenario keempat, dengan intervensi pemerintah yang tinggi saat penanganan covid-19 atau keadaan pemerintah telah melakukan tes massal yang dilakukan secara masif dengan cakupan tinggi.
Kemudian, ini disertai kewajiban bagi masyarakat untuk menjaga jarak sosial maka jumlah kematian diprediksi sebanyak 11.898 jiwa.
Pemodelan ini dibuat Pandu dan kawan-kawan yang rampung pada 27 Maret 2020 ini pun telah diserahkan ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Sebelum merilis model ini, Pandu pernah mengeluarkan prediksinya bahwa kasus covid-19 di Indonesia sebenarnya telah muncul sejak Januari dan Februari 2020.
Jika tetap mudik Pada 12 April 2020, Pandu dan rekannya kembali membuat model prediksi jumlah kasus apabila mudik tetap dilaksanakan.
Pandu mengatakan, kegiatan mudik rawan untuk menularkan covid-19 cukup banyak.
• Jokowi Dapat Ancaman dari BEM Seluruh Indonesia, Bakal Lancarkan Aksi Andai Presiden Tak Lakukan Ini
• Siswa SMA Lakukan Aksi Nekat Saat Rumah Kosong,Ibu Syok Intip Anak di Kamar Mandi Usai Pulang Jualan
• Prediksi Ahli: Akan Ada Gelombang Kedua virus Corona, Disebut Menyerang Penduduk yang Belum Terpapar
• Jusuf Kalla Buka Suara soal PSBB di Wilayah Anies Baswedan, Ungkap Kekurangannya pada UAS
"Semua kan dari pergerakan manusia. Jadi manusia dibatasi pergerakannya tidak boleh mudik itu satu cara supaya virus dari kota besar jangan pulang kampung," kata Pandu pada Kompas.com, Selasa (14/5/2020)
Pada model kali ini, FKM UI membatasi prediksi mudik di sekitar Pulau Jawa.
Hasilnya diketahui, apabila warga pulau Jawa selain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) melakukan mudik, jumlah kasus terinfeksi pada 24 Mei 2020 atau 1 Syawal mencapai kurang lebih 650.000 orang.
Namun, jika warga Pulau Jawa selain Jabodetabek tidak mudik, jumlah kasus pada 24 Mei mencapai kurang lebih 600.000 orang.
Sementara itu, jumlah kasus di Jabodetabek pada tanggal yang sama diperkirakan mencapai kurang lebih 200.000 orang.
FKM UI juga memprediksi jumlah kasus hingga 1 Juli 2020.
Hasilnya, apabila warga di Pulau Jawa selain Jabodetabek tetap melakukan mudik, jumlah kasus positif covid-19 dan butuh perawatan di rumah sakit meningkat kurang lebih 1 juta orang.
Kemudian, apabila warga di Pulau Jawa selain Jabodetabek tidak melakukan mudik, jumlah kasus positif covid-19 yang butuh perawatan sebanyak kurang lebih 800.000 orang.
Sementara itu, jumlah kasus di Jabodetabek pada tanggal tersebut diprediksi 200.000 orang.
Dengan demikian, berdasarkan pemodelan itu, Pandu mengimbau masyarakat untuk tidak mudik sehingga penularan tidak terjadi secara lebih masif dan membahayakan warga yang tinggal di desa.
"Kalau pulang kampung itu, ( virus ) menyebar di daerah, kampung-kampung, yang pelayanannya sangat terbatas, menularkan ke orang-orang yang ada di sana," ujar Pandu.
Penghitungan ini dilakukan FKM UI berdasarkan data survei potensi pemudik angkutan Lebaran tahun 2020 dari Kementerian Perhubungan.
Dari data tersebut, diketahui ada 14,9 juta orang atau 44,1 persen orang dari Jabodetabek yang melakukan mudik Lebaran.
Data lainnya berasal dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek.
Sebanyak 56 persen warga Jabodetabek tidak mudik, 37 persen masih mempertimbangkan dan tujuh persen telah mudik. Kemudian, muncul asumsi 20 persen penduduk di Jabodetabek mudi ke provinsi lain di Pulau Jawa.
Ikuti >>> Update virus Corona
(*)
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho | Khairina, Dony Aprian)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Satpam Positif Corona Malah Mudik dan Bagi Nasi di Masa Isolasi, Warga Kampung Bakal Lakukan Rapid Test", https://regional.kompas.com/read/2020/04/15/06150021/satpam-positif-corona-malah-mudik-dan-bagi-nasi-di-masa-isolasi-warga?page=all#page3.
Editor : Pythag Kurniati