Virus Corona

Perlakuan Rasis dan Tak Adil Warga China ke WNA Asal Afrika Usai Covid-19 Mereda, Diusir dan Dijauhi

Setelah pandemi virus corona di China perlahan mereda, fenomena perlakuan tidak adil yang dilakukan masyarakat China terhadap warga negara asing

Editor: Mathias Masan Ola
AFP
Ilustrasi- Pemandangan jalanan yang kosong di Wuhan, Provinsi Hubei, China, menyusul pencegahan dari masifnya wabah virus corona atau covid-19 di wilayah itu. 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN- Setelah pandemi virus corona di China perlahan mereda, fenomena perlakuan tidak adil yang dilakukan masyarakat China terhadap warga negara asing di negeri tirai bambu tersebut mulai marak terjadi. Banyak masyarakat asing di negara tersebut dijauhi dari lingkungan sosial, bahkan diusir ketika pergi ke tempat umum.

Hal ini turut dialami oleh Felly Mwamba, pengusaha Kongo, yang telah tinggal selama 16 tahun di China. Ketika pandemi berangsur mereda, ia merasa menjadi sasaran penghinaan rasial bahkan ditolak di lingkungan apartemen tempat tinggalnya.

Ketakutan tidak wajar tersebut merupakan sebuah bentuk fobia yang dinamakan Xenophobia atau ketidaksukaan dan ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain atau seseorang yang dianggap asing. Ketakutan itu muncul setelah China mulai perlahan bangkit dari keterpurukan akibat pandemi virus corona yang telah dialaminya sejak akhir tahun 2019 lalu.

Besarnya dampak yang dibawa oleh penyebaran virus corona, membuat sebagian besar masyarakat China menganggap bahwa orang asing yang berada di negara tersebut bisa menularkan kembali virus corona dan membuat negara itu mengalami pandemi Covid-19 gelombang kedua. Hal ini semakin parah, ketika ditambah dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa seseorang bisa terjangkit Covid-19 lebih dari sekali.

"Cara mereka memperlakukan orang kulit hitam, bukan sesuatu hal yang dapat diterima. Kami manusia yang juga mengalami ketakutan akan virus ini sama seperti mereka. Kami bukan binatang," kata Felly Mwamba melalui sambungan telepon kepada The New York Times, seperti yang dilansir oleh Tribunkaltim, Kamis (23/4/2020).

Kabar Gembira, BUMN Jajaran Erick Thohir Kerjasama dengan China Segera Sediakan Vaksin Virus Corona

Donald Trump Bongkar Kejanggalan China dan WHO Tangani Virus Corona, Amerika Bicara Soal Sanksi

Hingga saat ini, penduduk Afrika di kota Guangzhou Selatan telah disatukan secara paksa dalam sebuah pusat karantina. Mereka dicap sebagai bahaya bagi kesehatan masyarakat di negara tersebut.

Di Beijing dan Shanghai, orang asing juga dilarang masuk ke beberapa toko dan gedung olahraga, yang mana tindakan ini dianggap merupakan sebuah bagian dari kampanye untuk memerangi virus corona.

"Gedung kantor kami di Beijing telah dibuka kembali bulan lalu setelah ditutup selama wabah. Tetapi di pintu masuk gedung tersebut, terpampang tulisan orang asing dilarang memasuki gedung," kata John Artman, seorang editor asal Amerika yang bekerja di perusahaan teknologi Cina.

Ia menambahkan bahwa sejak kantor kembali beroperasi, ia dan beberapa orang pekerja asing diminta untuk memperpanjang kegiatan bekerja dari rumah.

"Setiap kali saya pergi ke luar rumah selama dua minggu terakhir, penduduk asli akan menutup hidung mereka dan berpindah agak jauh dari tempat saya berdiri. Bahkan saya hampir selalu diusir penjaga toko ketika sedang berbelanja dan beberapa orang memilih turun dari bis ketika melihat saya naik," kata Lucky Destiny, seorang eksportir perhiasan asal Nigeria yang tinggal di Yiwu, Provinsi Zhejiang.

Di ILC Jusuf Kalla Ungkap Situasi Pemerintah Hadapi Virus Corona, Akui Indonesia Tak Sekuat China

Giliran WHO Bela China, Bantah Tuduhan Donald Trump Soal Asal Mula Virus Corona, Indonesia Dukung

Pihak berwenang mengatakan protokol pencegahan pandemi virus corona telah diberlakukan dengan cara yang sama, baik untuk warga China maupun non-China. Tetapi terkadang beberapa pekerja di pemerintahan Cina juga terlihat memperlakukan orang asing dengan cara yang rasis.

Beberapa waktu lalu, sebuah foto viral yang dibagikan di media sosial menunjukkan sekelompok orang kulit hitam tidur di trotoar dan sebuah tulisan larangan masuk bagi orang kulit hitam terpampang di depan pintu masuk McDonald's.

Peristiwa tersebut telah menuai kecaman tajam dari beberapa pejabat Afrika. Menteri luar negeri Ghana sendiri telah mengkritik perlakuan tidak manusiawi terhadap orang Afrika di Tiongkok tersebut. Bahkan beberapa negara sahabat Cina, mengecam tindakan itu dan memperingatkan Cina akan kemungkinan kesulitan kerja sama ekonomi yang akan mereka hadapi begitu pandemi ini berakhir.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved