Virus Corona
Bukan PSBB Transisi Anies Baswedan, Pakar Epidemiologi Beber Faktor Lonjakan Kasus Covid-19 Jakarta
Bukan PSBB transisi Anies Baswedan, Pakar Epidemiologi beber faktor lonjakan kasus covid-19 Jakarta
TRIBUNKALTIM.CO - Bukan PSBB transisi Anies Baswedan, Pakar Epidemiolog beber faktor lonjakan kasus covid-19 Jakarta.
Dua hari terakhir Jakarta mengalami lonjakan kasus Virus Corona atau covid-19 yang sangat tinggi.
Lonjakan ini bersamaan dengan penetapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB transisi oleh Gubernur DKI Anies Baswedan.
Namun, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono menyebut PSBB transisi bukan penyebab tingginya lonjakan kasus Jakarta.
Sejak Selasa (9/6/2020) hingga Rabu (10/6/2020), angka kasus positif Virus Corona (covid-19) di Jakarta naik hingga 386 kasus, dikutip dari corona.jakarta.go.id, pada Selasa kenaikan mencapai 239 kasus, dan Rabu mencapai 147 kasus.
• Arab Saudi Tetap Gelar Ibadah Haji 2020 di Masa Pandemi Virus Corona, Ada yang Beda dari Sebelumnya
• Memanas! Indonesia Pasti Kena Imbasnya, Jika Amerika Serikat dan China Perang di Laut China Selatan
• Blak-blakan di ILC, Karni Ilyas Singgung Zona Merah Surabaya, Risma Tak Peduli Warna, Fokus ke Warga
Melihat hal tersebut, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan hal tersebut terjadi karena kegiatan masyarakat selama bulan Ramadan dan lebaran beberapa minggu yang lalu.
Pada acara PRIME TALK metrotvnews, Rabu (10/6/2020), Pandu mengatakan bahwa kenaikan kasus positif covid-19 di Ibu kota tidak ada kaitannya dengan masa transisi PSBB yang saat ini tengah berjalan.
"Sebenarnya tidak ada kaitannya dengan pelonggaran," ujarnya.
Seperti yang diketahui covid-19 memiliki masa inkubasi yang berbeda-beda pada setiap orang sebelum gejalanya terlihat.
"Karena kalau kita mendapatkan kasus yang tinggi hari ini, itu adalah kira-kira akibat dari perilaku penduduk dua minggu atau seminggu yang lalu," ujar Pandu.
Pandu mengungkit kegiatan-kegiatan di bulan Ramadan dan saat lebaran yang mana melibatkan banyak kerumunan yang sangat rawan terjadi penularan covid-19.
"Jadi kita kalau dua minggu yang lalu kita ingat bahwa masyarakat itu ada mudik balik, ada melakukan kegiatan silaturahmi," jelas Pandu.
"Dan juga melakukan kegiatan selama bulan Ramadan itu banyak sekali melakukan kegiatan-kegiatan yang ramai, pasar, dan sebagainya."
Pandu mengatakan bahaya covid-19 saat lebaran lalu baru saat ini efeknya muncul dan dirasakan.
"Jadi dampaknya sekarang terlihat," ungkap Pandu.