Virus Corona
Dampak Serius PSBB Jakarta, Indonesia Dipastikan Resesi, Alasan Ekonom Indef Dukung Keputusan Anies
Dampak serius PSBB Jakarta, Indonesia dipastikan resesi, alasan Ekonom Indef dukung keputusan Anies Baswedan
TRIBUNKALTIM.CO - Dampak serius PSBB Jakarta, Indonesia dipastikan resesi, alasan Ekonom Indef dukung keputusan Anies Baswedan.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira membeberkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB total di Jakarta akan berdampak serius ke perekonomian Indonesia yang diambang resesi.
Meski demikian, Bhima Yudhistira justru mendukung langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Diketahui, lonjakan kasus baru Virus Corona atau covid-19 di Jakarta terus meningkat.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk kembali memperketat pemberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB).
Langkah tersebut diambil muntuk menekan angka penularan PSBB di kawasan DKI Jakarta yang meningkat tajam beberapa hari terakhir.
• Menteri Jokowi Gelar Rapat Bahas PSBB Jakarta, Satgas Covid-19 Secara Pribadi Dukung Anies Baswedan?
• Waketum Kadin Bela PSBB Anies Baswedan, Ponakan Jusuf Kalla Bocorkan Kapasitas RS di Jakarta Terkini
• Anies Baswedan Disorot, Rocky Gerung Bereaksi, Beber Sikap Airlangga Hartarto Bukan Pemikiran Jokowi
• Batal Ditransfer Pekan Ini, Menaker Beri Kepastian Baru Jadwal Pencairan BLT BPJS Ketenagakerjaan
Menurut Anies Baswedan, jika keputusan yang dia sebut sebagai kebijakan 'rem darurat' itu tak diambil, fasilitas kesehatan di Jakarta terancam kolaps.
Namun demikian, nyatanya banyak pihak, baik di lingkungan eksekutif maupun legislatif yang menentang keputusan Anies Baswedan tersebut.
Para pengusahan pun menilai, keputusan Anies Baswedan untuk menarik tuas rem darurat itu bakal memperburuk prospek perekonomian Indonesia ke depan.
Lalu, seberapa besar pengaruh kegiatan perekonomian di Jakarta terhadap perekonomian nasional?
Ekonom Institute for Development of Refrom on Economics (Indef) Bhima Yudhistira menyebutkan, Jakarta memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional.
Jika melihat perputaran uang beredar dalam pengertian sempit atau M1, per Juli 2020 Bank Indonesia (M1) menunjukkan ada Rp 1.683 triliun peredaran M1 di Indonesia.
M1 sendiri terdiri dari uang, kartal, giro rupiah, dan uang elektronik.
Dengan demikian, maka sebanyak Rp 1.178 triliun dari peredaran M1 terjadi di Jakarta.
"Jakarta itu pusatnya perputaran uang nasional, 70 persen uang beredar ada di Jakarta," ujar Bhima ketika dihubungi Kompas.com.