Mila menuturkan, kebanyakan siswa yang mendaftar di SMPN 1 Sei Menggaris, merupakan anak karyawan PT NJL.
Lantaran, letak sekolah berada di tengah-tengah perusahaan NJL.
"Sebanyak 90 persen siswa, orang tuanya merupakan karyawan perusahaan. Paling 10 persen saja anak petani dan nelayan. Kalau penduduk asli di sini sekira 2 ribuan. Kalau total sama karyawan perusahaan ada 5 ribuan. Kebetulan di Desa Tabur Lestari ada dua sekolah yakni SMPN 1 dan SMPN 2. Itupun jarak antar sekolah agak berjauhan," ucapnya.
Mila menjelaskan, syarat PPDB di SMPN 1 Sei Menggaris sama seperti sekolah lainnya, yakni usia anak maksimal 15 tahun per 1 Juli 2021.
Lalu, siswa harus menyertakan surat keterangan lulus (SKL) atau ijazah SD, akta kelahiran, kartu keluarga, termasuk Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), jika ada.
Total siswa di SMPN 1 Sei Menggaris, yakni 225 siswa termasuk siswa filial, sementara itu, jumlah guru ada 10 orang.
"Kami juga punya siswa filial. Artinya kerja sama dengan sekolah swasta milik perusahaan, yakni PT BSI. Dapodiknya ikut sekolah kami. Jadi kalau jumlah siswa sekolah kami saja ada 156 siswa. Jumlah guru honorer ada 7 orang. Pegawai negeri 3 orang.
Semua ikut PPPK tahun ini, kecuali satu guru agama, karena masih nunggu pengumuman dari Departemen Agama," imbuhnya.
Sementara itu, kata Mila, di SMPN 1 Sei Menggaris sejak awal pandemi sudah menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM), dengan dibagi dua shift.
"Di sini zona hijau. Tapi PTM kami masih ikuti Prokes. Jadi shift-shiftan. Satu hari dua kelas yang hadir. Per shift itu 2 jam pelajaran. Itu berlaku untuk kelas VII-IX," ucapnya.