TRIBUNKALTIM.CO - Dalam dua hari terakhir hingga hari ini, Selasa (22/8/2023) BEM UI jadi trending topic Twitter setelah mengundang ketiga bakal capres, Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo untuk berdebat.
Terkait undangan BEM UI bagi ketiga bakal capres untuk berdebat ini, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo juga relawan Prabowo telah memberi jawaban.
Undangan BEM UI ini menjadi menarik karena embel-embel uji nyali, apakah ketiga bakal capres, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto akan menjawab tantangan ini?
Undangan BEM UI untuk ketiga bakal capres berdebat ini menyusul putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memperbolehkan kampanye di fasilitas pemerintah dan pendidikan dengan sejumlah syarat.
Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang menilai bahwa "banyak kampanye hari ini membosankan" karena minim substansi dan banyak dihiasi lip service semata, ditambah permainan identitas dan "pencitraan yang tidak perlu".
Senin (21/8/2023), Melki Sedek mengatakan, "Jika memang punya nyali, BEM UI mengundang semua calon presiden/bakal calon presiden untuk hadir ke UI karena kami siap untuk menguliti semua isi pikiran kalian/"
"Kami siap menyampaikan aspirasi kami dan mendebat seluruh argumen kalian jika perlu.
Kami tak mau masa depan bangsa ini digantungkan pada calon pemimpin yang hanya berfokus pada kampanye, pencitraan, dan lip service tak bermutu.
Kami butuh pemimpin yang cerdas dan berpihak untuk rakyat banyak," imbuhnya.
Dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com, BEM UI beranggapan, celah kebolehan mengundang para calon pemimpin ke kampus ini harus dimanfaatkan.
Sebab, tiap calon pemimpin harus diuji kapasitas dan substansinya di dalam kampus secara serius.
"Daripada sekadar jualan pencitraan dan kampanye tak bermutu," kata Melki Sedek.
"Sudah saatnya setiap kampus kembali ke marwahnya sebagai tempat pencarian kebenaran guna sebesar-besarnya kemaslahatan bangsa," lanjutnya.
Baca juga: Survei Capres 2024 Terbaru, Ganjar Unggul di Jawa Dibandingkan Anies - Prabowo, Penguasa Luar Jawa?
Menurutnya, putusan MK ini sebuah terobosan, ketimbang kampus hanya dimanfaatkan sebagai "ladang cari muka para pimpinan kampus dan ladang main mata kaum intelektual dan politisi".
"Kebolehan institusi pendidikan untuk mengundang para calon pemimpin harus digunakan untuk menguji substansi dan isi otak tiap calon pemimpin," ujar Melki Sedek.