"Saya jawab begini, Cak Imin itu tokoh NU, Mas Anies bisa lah dianggap dari Muhammadiyah. Jadi ini sudah terjadi koalisi Muhammadiyah dan NU," kata Din saat ditemui di Kantor DPP, Senen, Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Din menyatakan bahwa Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama merupakan pilar bangsa Indonesia.
Sehingga, tidak perlu ada kekhawatiran dengan paham sektarianisme.
"Ormas-ormas Islam termasuk NU dan Muhammadyah punya wawasan Islam tengahan atau disebut wasathiyah. Yang disebut moderat. Yang berpegang pada cita-cita Islam rahmatan Lil Alamin," ungkap Din.
Dari pantauan Wartakotalive.com, Cak Imin datang terlebih dahulu sekiranya pukul 13.00 WIB.
Baca juga: Terjawab Sudah Putusan MKMK Kapan Dibacakan, Putusan MK Soal Usia Capres-Cawapres Bisa Dibatalkan?
Kemudian disusul Din Syamsuddin pukul 13.20 WIB.
Kedatangan Din Syamsuddin ini disambut hangat bakal calon wakil presiden (Cawapres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Cak Imin.
Nampak, Cak Imin dan Din Syamsuddin sama-sama mengenakan baju koko putih dan kopiah berwarna hitam.
Keduanya pun tampak akrab dan saling berbincang.
Dia mengaku senang dikunjungi tokoh-tokoh Muhammadiyah.
Kyai Munif Istiqomah Dukung Cak Imin
Sebelumnya, terjadi pertemuan Pengasuh Ponpes Girikesumo Demak KH Munif Muhammad Zuhri dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka membuat pengurus PKB menyesalkan perilaku Politisi Golkar Nusron Wahid.
Wakil Ketua DPW PKB Jawa Tengah Fuad Hidayat menegaskan, pertemuan silaturrahim yang biasa menjadi rusak gara-gara ulah Nusron Wahid.
“Saya tahu persis hari itu agenda pribadi Kyai Munif ziarah di daerah Solo. Kemudian Mas Gibran mempersilahkan Kyai Munif pinarak (mampir). Sebagai sesepuh Jawa Tengah atau bahkan Indonesia, Mbah Munif tentu tidak bisa menutup pintu komunikasi dengan banyak pihak yang ingin bertemu,” ujar Fuad yang sehari-hari juga kerap mendampingi Kyai Munif.
Tetapi oleh Nusron Wahid pertemuan itu dipolitisir.