Aksi Demonstrasi di Pati

Sejarah Pati, dari Kisah Cinta tak Sampai, Pelarian hingga Dawet, Fakta Julukan Hogwarts van Java

Editor: Amalia Husnul A
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SEJARAH PATI - Penampakan Pati di Google Maps. Sejarah Pati, kabupaten di Jateng yang kini disorot dari isah cinta tak sampai, pelarian hingga dawet. Fakta julukan Hogwarts van Java yang disematkan pada Pati. (Tangkap Layar Google Maps).

TRIBUNKALTIM.CO - Pati salah satu dari 29 Kabupaten di Provinisi Jawa Tengah (Jateng) kini tengah menjadi sorotan usai demo besar-besaran yang dilaksanakan, Rabu (13/8/2025). 

Bermula dari rencana Bupati Pati, Sudewo menaikkan Pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan Perkotaan hingga 250 persen hingga berujung usulan pemakzulan membuat Pati menjadi sorotan.

Demo masyarakat berujung kesepakatan pembentukan Pansus DPRD untuk pemakzulan Sudewo sebagai Bupati Pati. 

Saat ini, Kabupaten Pati merupakan salah satu daerah penting di jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa yang menjadi rute utama distribusi barang dan logistik antarprovinsi.

Baca juga: Usai Didesak Mundur Warganya, Bupati Pati Sudewo Dibidik KPK, Diduga Terima Aliran Dana Kasus DJKA

Letaknya strategis di jalur penghubung Jawa Barat–Tengah–Timur, sehingga membuat Pati berperan dalam kelancaran arus transportasi nasional.

Terletak sekitar 84,7 kilometer dari Kota Semarang, Pati berada di bagian timur Provinsi Jawa Tengah.

Daerah ini berhadapan langsung dengan Laut Jawa di utara.

Di balik, ramainya demo masyarakat, Pati menyimpan sejarah panjang mulai dari kisah cinta tak sampai, pelarian, pengkhianatan hingga dawet. 

Pati lahir dari perpaduan budaya dan kekuasaan dari tiga kadipaten besar: Paranggaruda, Carangsoko dan Majasemi.

Cinta tak Sampai 

Asal-usul Kabupaten Pati tertulis dalam kisah legendaris antara Dewi Ruyung Wulan, putri Adipati Carangsoko, dan Ki Dalang Soponyono, yang dikenal karena kemahirannya membawakan cerita pewayangan.

Dewi Ruyung Wulan dijodohkan dengan Raden Jaseri, putra Adipati Paranggaruda.

Namun karena tidak mencintainya, ia melarikan diri bersama Dalang Soponyono saat pagelaran wayang tengah berlangsung.

Pelarian tersebut menimbulkan kehebohan besar dan memicu pengejaran oleh pasukan Paranggaruda. Soponyono, Dewi Ruyung Wulan, dan dua adiknya, Ambarsari dan Ambarwati, menyamar sebagai warga desa dan akhirnya tiba di wilayah Majasemi.

Di Majasemi, mereka bertemu dengan Raden Kembangjoyo.

Setelah pertempuran dan dialog, mereka justru diberi perlindungan oleh penguasa setempat, Penewu Sukmoyono.

Halaman
1234

Berita Terkini