Tidak heran jika 70 persen penduduknya menggantungkan hidup dari sektor pertanian, menjadikan Pati layak dijuluki Bumi Mina Tani.
Dari 401 desa dan 5 kelurahan yang tersebar di 21 kecamatan, terdapat sekitar 59.270 hektar lahan sawah dan 60.314 hektar lahan bukan sawah.
Berdasarkan data BPS Pati tahun 2016, jumlah penduduk mencapai sekitar 1,3 juta jiwa, dengan lebih dari 189.000 orang bekerja di sektor pertanian.
Pada 2022, produksi padi mencapai 587.469 ton dari luas panen 105.531 hektar, dengan produktivitas rata-rata 55,67 kuintal/hektar.
Selain padi, kacang hijau juga menjadi komoditas unggulan, salah satunya di Desa Jambean Kidul, Kecamatan Margorejo.
Tak hanya itu, Pati juga kaya akan potensi perikanan. Produksi perikanan laut pada 2022 mencapai 70.000 ton, perikanan kolam 12.000 ton, dan tambak 33.000 ton.
Terdapat delapan tempat pelelangan ikan (TPI) yang tersebar di Kecamatan Juwana, Batangan, Tayu, dan Dukuhseti.
Potensi Wisata
Pati juga menyimpan potensi wisata yang tak kalah menarik.
Salah satu destinasi terkenal adalah Goa Pancur, terletak di Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen, sekitar 23 kilometer dari pusat kota Pati.
Goa dengan lorong sepanjang 827 meter ini menawarkan pengalaman susur goa dengan pemandu profesional, menikmati stalaktit, stalakmit, hingga air hangat yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit.
Selain Goa Pancur, Pati juga memiliki wisata budaya, religi, kuliner, hingga wisata kerajinan dan industri yang tersebar di berbagai kecamatan.
Kini, Kabupaten Pati kembali mencuat dalam pemberitaan nasional karena kebijakan Bupati Sudewo yang menaikkan PBB-P2 secara drastis.
Pemerintah Kabupaten Pati menetapkan enam desa wisata baru pada 2025, yaitu:
1. Soneyan (Margoyoso)
2. Gunungsari (Tlogowungu)