Berita Nasional
Demo di DPR RI Hari Ini, Massa Bakar Motor, Rusak Pagar Kawat dan Separator Busway
Aksi demonstrasi besar-besaran bertajuk Revolusi Rakyat Indonesia yang digelar di depan Gedung DPR pada Senin (25/8/2025), berujung ricuh
TRIBUNKALTIM.CO - Aksi demonstrasi besar-besaran bertajuk Revolusi Rakyat Indonesia yang digelar di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, pada Senin (25/8/2025), berujung ricuh.
Massa aksi yang terdiri dari aliansi buruh, mahasiswa, dan warga sipil menyuarakan protes terhadap kinerja DPR RI, khususnya terkait kenaikan tunjangan dan gaji anggota dewan di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang sulit.
Demonstrasi atau unjuk rasa adalah bentuk penyampaian pendapat di muka umum yang dijamin oleh Undang-Undang.
Aksi ini biasanya dilakukan untuk menuntut perubahan kebijakan, menyampaikan aspirasi, atau menolak keputusan pemerintah yang dianggap merugikan masyarakat.
Baca juga: Kondisi Demo di DPR RI Ricuh, Respons Puan Maharani dan Sufmi Dasco soal Tuntutan Massa
Dalam konteks ini, demonstrasi di DPR RI dipicu oleh kebijakan kenaikan tunjangan perumahan anggota DPR yang mencapai Rp50 juta per bulan.
Kebijakan tersebut dinilai tidak etis dan mencederai rasa keadilan sosial, terutama saat banyak rakyat menghadapi kesulitan ekonomi.
Tuntutan Massa Aksi
Gerakan Revolusi Rakyat Indonesia menyuarakan sembilan tuntutan utama, di antaranya:
- Pembatalan kenaikan gaji dan tunjangan DPR
- Transparansi penghasilan anggota DPR
- Pembubaran DPR RI dan Kabinet Merah-Putih
- Penolakan RKUHAP
- Penurunan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran
- Pengusutan kasus pelanggaran HAM dan korupsi
Situasi Aksi: Ricuh dan Tembakan Gas Air Mata
Awalnya, massa aksi berkumpul di depan gerbang utama Gedung DPR.
Namun, setelah dipukul mundur oleh aparat gabungan TNI-Polri, mereka bergerak ke pintu belakang Gedung DPR, tepatnya di Gerbang Pancasila, dekat lapangan tembak Senayan.
Kericuhan pecah ketika massa membakar satu unit sepeda motor yang diketahui milik seorang tamu DPR.
Selain itu, pagar kawat di depan gedung dirusak, separator busway dirobohkan, dan pos satpam dilempari batu hingga kacanya pecah.
Aparat kepolisian merespons dengan menembakkan gas air mata dan mengerahkan water cannon untuk membubarkan massa.
Ratusan pendemo terpukul mundur ke arah Flyover Slipi dan Stasiun Palmerah. Beberapa peserta aksi terlihat terbatuk-batuk dan menutup wajah untuk menghindari dampak gas air mata.
Respons Polisi
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, menyayangkan tindakan anarkis yang terjadi dalam aksi tersebut.
Ia menilai ada pihak-pihak yang memanfaatkan situasi untuk mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
“Rekan-rekan tadi sudah tahu juga di lapangan ada kendaraan roda dua yang dibakar, kemudian pagar kawat di depan DPR dirusak, kemudian ada separator busway dirobohkan,” ujar Ade Ary.
Separator busway adalah pembatas fisik yang dipasang di jalur khusus bus TransJakarta (busway) untuk memisahkan jalur tersebut dari kendaraan umum lainnya seperti mobil dan motor.
“Ini diduga dilakukan oleh pihak-pihak lain yang ingin memanfaatkan situasi. Tentunya secara bertahap telah dilakukan upaya-upaya kepolisian oleh jajaran Polda Metro Jaya,” tambahnya.
Ade Ary menyebut bahwa Polda Metro Jaya menurunkan 1.250 personel untuk mengamankan jalannya aksi.
Ia juga mengajak seluruh pihak untuk menjaga situasi kamtibmas dan bekerja sama demi keamanan bersama.
“Petugas kami di lapangan tetap memantau situasi, melancarkan arus lalu lintas, memberikan imbauan dan edukasi. Jadi mohon kita bekerja sama karena keamanan itu adalah harapan kita bersama,” tuturnya.
Dampak Aksi: Lalu Lintas Terganggu
Kericuhan dalam aksi demonstrasi juga berdampak pada lalu lintas di sekitar Gedung DPR. Jalan Gatot Subroto menuju Jalan S. Parman, Slipi, Jakarta Barat, sempat lumpuh.
Beberapa armada TransJakarta bahkan terpaksa masuk ke ruas tol dalam kota untuk menghindari kerumunan massa.
KRL Commuter Line yang melintas di bawah Flyover Slipi juga sempat memperlambat laju dan membunyikan klakson sebagai peringatan karena massa aksi berada di sekitar rel.
Aksi demonstrasi di DPR RI menunjukkan eskalasi ketegangan antara masyarakat dan wakil rakyat.
Meski penyampaian aspirasi adalah hak konstitusional, tindakan anarkis seperti pembakaran motor dan perusakan fasilitas publik justru merusak esensi perjuangan.
Berangkat dari Tenjo Kabupaten Bogor, Pelajar Ini Dapat Info dari Medsos Ikut Demo Tuntut DPR Bubar
Sejumlah pelajar tampak ikut dalam aksi unjuk rasa menuntut pembubaran DPR di Gedung DPR/MPR RI, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (25/8/2025).
Andi, bukan nama aslinya, seorang pelajar dari Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat datang bersama teman-temannya ikut dalam aksi unjuk rasa tersebut.
Ia mengaku mengetahui informasi soal aksi tersebut dari media sosial, yang menurutnya marak menyuarakan isu-isu terkait kinerja dan gaji anggota DPR.
"Kan banyak (info) dari sosial media," kata Andi di Gerbang Pancasila, Gedung DPR.
Andi mengatakan, keikutsertaannya murni atas keinginan sendiri, bukan karena ajakan pihak tertentu.
Ia merasa terpanggil untuk menyuarakan keresahan setelah membaca unggahan di media sosial mengenai kenaikan gaji anggota DPR.
"Tentang DPR sih yang kemarin katanya gaji sehari Rp 3 juta," ucap Andi.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Berangkat dari Tenjo Kabupaten Bogor, Pelajar Ini Dapat Info dari Medsos Ikut Demo Tuntut DPR Bubar
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kata Polisi soal Massa Bakar Motor dalam Aksi Demonstrasi di Gedung DPR
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.