Berita Internasional Terkini
Klaim Pengangguran AS Naik Tajam, Sinyal Resesi Semakin Menguat
Angka pengangguran di Amerika Serikat menunjukkan lonjakan signifikan dalam beberapa pekan terakhir
TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA – Angka pengangguran di Amerika Serikat menunjukkan lonjakan signifikan dalam beberapa pekan terakhir.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan, klaim tunjangan pengangguran naik sebanyak 27.000, menjadi 263.000 pada pekan yang berakhir 6 September 2025.
Kenaikan ini melampaui ekspektasi ekonom yang memperkirakan klaim hanya akan berada di angka 235.000.
Data ini menjadi sinyal baru melemahnya pasar tenaga kerja di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
Baca juga: DPRD Berau Desak Atasi Pengangguran, Dorong Perusahaan Patuhi Aturan 80:20
Selain lonjakan klaim, laporan ketenagakerjaan bulanan juga menunjukkan bahwa aktivitas perekrutan hampir terhenti selama Agustus 2025.
Survei yang dilakukan oleh Federal Reserve New York mencatat penurunan signifikan dalam tingkat keyakinan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan.
Bahkan, keyakinan tersebut kini berada di tingkat terendah sejak Juni 2013, mempertegas kondisi pasar kerja yang sedang tertekan.
Meningkatnya jumlah pengangguran memperkuat tekanan terhadap The Federal Reserve (The Fed) untuk segera melonggarkan kebijakan moneternya. Bank sentral AS diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen pada pertemuan pekan depan.
Baca juga: Angka Pengangguran Indonesia 2025 Tertinggi di ASEAN, Jumlah Angkatan Kerja Terus Meningkat
Sebelumnya, The Fed menghentikan siklus pemangkasan suku bunga sejak Januari 2025 karena kekhawatiran terhadap inflasi yang masih tinggi.
Namun, dengan kondisi pasar kerja yang terus memburuk, kebijakan tersebut kini mulai dipertanyakan.
Sinyal Resesi Semakin Jelas
Ekonom dari New Century Advisors, Claudia Sahm, menyebut perkembangan ini sebagai “tanda bahaya” bagi ekonomi AS.
Ia menekankan pentingnya tindakan cepat dari The Fed untuk mencegah kontraksi ekonomi lebih dalam.
“Federal Reserve berisiko mendorong ekonomi ke dalam kontraksi jika tidak segera menurunkan suku bunga,” ujar Sahm, dikutip dari CNBC, Rabu (19/6/2024).
Sahm dikenal luas sebagai pencetus Sahm Rule, indikator resesi yang menghitung rata-rata tingkat pengangguran selama tiga bulan terakhir.
Jika angka ini naik 0,5 persen atau lebih dari titik terendah dalam 12 bulan terakhir, maka itu dianggap sebagai indikator kuat resesi.
Sejauh ini, Sahm Rule telah terbukti akurat memprediksi seluruh resesi di AS sejak tahun 1948.
Jika tren ini berlanjut dan The Fed tidak segera bertindak, AS berpotensi mengalami perlambatan ekonomi yang lebih parah menjelang akhir 2025. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.