Rereongan Sapoe Sarebu
Kebijakan Iuran Rp 1000 per Hari Dedi Mulyadi, Ini Respons Ono Surono
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi kembali menarik perhatian publik dengan kebijakan barunya yang mengajak masyarakat Jabar menyisihkan uang
“Seribu memang kecil, tapi kalau tiap hari dikumpulkan se-Jawa Barat kan jumlahnya besar sekali. Kalau tidak ada pengawasan ketat, ya rawan dikorupsi,” ujarnya.
Sementara itu, Wisnu (29), warga Katapang, memilih bersikap netral.
“Saya ngikut saja. Seribu per hari tidak bikin miskin, malah bisa jadi amal kalau betul dipakai bantu orang susah. Tapi kalau diselewengkan, ya rugi juga masyarakat. Pemerintah harus jaga amanah,” ujarnya.
Dari sisi akademik, Pengamat Kebijakan Publik Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Kristian Widya Wicaksono, mengingatkan bahwa program seperti ini harus disertai mekanisme pengawasan yang ketat agar tidak menjadi celah baru untuk penyimpangan.
“Meskipun semangatnya baik, perlu pendataan mendetail agar hanya masyarakat mampu yang diminta berpartisipasi. Jangan sampai menjadi beban baru bagi masyarakat kecil,” ujarnya.
Kristian menilai, pemerintah sebaiknya mengoptimalkan anggaran yang sudah ada dari pajak dan retribusi sebelum menciptakan iuran baru.
“Solusi yang perlu didorong adalah inovasi dalam pengelolaan publik, bukan sekadar menambah pungutan,” jelasnya.
Namun demikian, ia mengakui bahwa jika dikelola dengan bersih dan akuntabel, program Poe Ibu berpotensi memperkuat solidaritas sosial dan menggerakkan ekonomi mikro.
“Harus dipersiapkan dengan matang tata kelola yang bersih agar bisa dipertanggungjawabkan,” katanya.
Potensi Ekonomi dan Harapan ke Depan
Herman Suryatman memperkirakan, jika seluruh penduduk Jawa Barat—sekitar 50 juta jiwa—berpartisipasi dengan rata-rata empat anggota keluarga per rumah tangga, maka potensi dana yang terkumpul mencapai Rp12,5 miliar per hari.
Jumlah itu sangat besar untuk membantu masyarakat yang membutuhkan secara cepat tanpa birokrasi panjang.
“Gotong royong adalah budaya bangsa yang harus dijaga. Melalui Rereongan Sapoe Sarebu, kita hidupkan lagi semangat itu,” ujar Herman.
Melalui kebijakan ini, Dedi Mulyadi berharap tercipta ekosistem sosial yang tangguh, di mana setiap lapisan masyarakat memiliki peran dalam menolong sesama. Ia menutup SE tersebut dengan pesan:
“Dengan rereongan, kita wujudkan Jawa Barat Istimewa.”
Meski menimbulkan perdebatan, gerakan Poe Ibu pada dasarnya mengajak masyarakat kembali pada akar budaya bangsa—gotong royong dan kepedulian sosial.
Apabila dikelola dengan jujur, transparan, dan akuntabel, program ini bisa menjadi model pemberdayaan masyarakat yang efektif dan berkelanjutan.
Namun, tanpa pengawasan ketat dan kejelasan tata kelola, inisiatif mulia ini berisiko kehilangan kepercayaan publik.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pro dan Kontra Iuran Rp1000 per Hari Dedi Mulyadi, Ini Respons Warga Jabar dan Pengamat
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Purwakarta Jadi yang Pertama Mulai Iuran Rp1.000 Dedi Mulyadi, Bupati: Sederhana, tapi Dampak Besar
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ono Surono Soroti Iuran Rp1.000 Dedi Mulyadi, Harap Ada Laporan Berkala, Singgung Masalah Sosial
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.