Berita Nasional Terkini

8 Pernyataan Jokowi Soal Kereta Cepat Whoosh: Bukan Proyek Cari Untung, Minta Masyarakat Bersyukur

Kata Jokowi, proyek kereta cepat ini merupakan bentuk investasi sosial jangka panjang yang memberi manfaat besar bagi masyarakat Indonesia.

KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati
KERETA CEPAT WHOOSH - Presiden ke-7 Jokowi, pada Senin (13/10/2025). Pernyataan terbaru Jokowi soal kereta cepat Whoosh, sebut bukan proyek yang cari untung (KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati) 

Ringkasan Berita:
  • Jokowi menegaskan Kereta Cepat Whoosh bukan proyek mencari laba, tapi investasi sosial
  • Pembangunan transportasi massal bertujuan mengurai kemacetan dan menekan kerugian ekonomi akibat polusi serta waktu tempuh
  • Dalam enam tahun ke depan, Jokowi yakin Whoosh akan memberi dampak ekonomi dan sosial signifikan bagi masyarakat.

TRIBUNKALTIM.CO - Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau yang dikenal dengan nama Whoosh, tidak dibangun untuk mengejar keuntungan finansial.

Kata Jokowi, proyek kereta cepat ini merupakan bentuk investasi sosial jangka panjang yang memberi manfaat besar bagi masyarakat Indonesia.

Pernyataan ini disampaikan Jokowi saat ditemui di Mangkubumen, Banjarsari, Kota Solo, pada Senin 27 Oktober 2025.

Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan secara mendalam alasan pembangunan Whoosh, tantangan perubahan perilaku masyarakat menuju transportasi publik, hingga potensi dampak ekonominya bagi bangsa.

Baca juga: Projo: Isu Markup Proyek Whoosh Jadi Alat Serangan Politik ke Jokowi

Berikut selengkapnya pernyataan terbaru Jokowi soal Whoosh:

1. Alasan Dibangunnya Kereta Cepat Whoosh

Menurut Jokowi, gagasan membangun kereta cepat berawal dari masalah kemacetan parah di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dan Bandung yang telah berlangsung selama 20 hingga 40 tahun terakhir.

“Dari kemacetan itu negara rugi secara hitung-hitungan. Kalau di Jakarta saja sekitar Rp65 triliun per tahun. Kalau Jabodetabek plus Bandung kira-kira sudah di atas Rp100 triliun per tahun,” ujar Jokowi.

Kerugian besar inilah yang menjadi dasar pemerintah mengembangkan berbagai moda transportasi massal seperti KRL, MRT, LRT, Kereta Bandara, dan Kereta Cepat Whoosh.

Tujuannya jelas: mengalihkan masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi umum sehingga kemacetan dapat ditekan dan efisiensi meningkat.

2. Transportasi Massal Bukan untuk Mencari Laba

Jokowi menekankan bahwa prinsip dasar pembangunan transportasi massal bukan untuk mencari keuntungan, melainkan layanan publik (public service).

“Prinsip dasar transportasi massal itu layanan publik, bukan mencari laba. Jadi, transportasi umum tidak diukur dari keuntungan finansial, tetapi dari keuntungan sosial,” tegasnya.

Yang dimaksud dengan keuntungan sosial (social benefit), lanjut Jokowi, meliputi berbagai manfaat seperti:

Penurunan emisi karbon,
Peningkatan produktivitas masyarakat,
Pengurangan polusi udara,
Penghematan waktu tempuh, dan
Perbaikan kualitas hidup di kota besar.

“Di situlah keuntungan sosial dari pembangunan transportasi massal. Jadi, kalau ada subsidi, itu adalah investasi, bukan kerugian seperti MRT,” ujar Jokowi menambahkan.

Baca juga: Kader PSI Sebut Mahfud MD Sengkuni Karena Kritik Whoosh, Ingatkan Jangan Lupa Kebaikan Jokowi

3. Subsidi Transportasi Sebagai Investasi Jangka Panjang

Bagi Jokowi, subsidi yang diberikan pemerintah untuk operasional transportasi umum bukan beban keuangan, melainkan bentuk investasi jangka panjang.

Ia mencontohkan MRT Jakarta yang mendapat subsidi sekitar Rp400 miliar per tahun untuk rute Lebak Bulus–Bundaran HI. Jika semua jalur MRT selesai, subsidi itu bisa mencapai Rp4,5 triliun per tahun.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved