Pendidikan

Viral Petisi Batalkan Pelaksanaan TKA 2025 Gara-Gara Waktu Persiapan Singkat

Gelombang protes tengah menggema di kalangan pelajar SMA dan SMK seluruh Indonesia menjelang pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025.

Grafis TribunKaltim.co/Canva
PETISI TKA DIBATALKAN - Ilustrasi siswa ujian yang diolah di Canva pada Sabtu (3/5). Viral petisi batalkan pelaksanaan TKA (Grafis TribunKaltim.co/Canva) 
Ringkasan Berita:
  • Viral banyak siswa menandatangani petisi di change.org menolak pelaksanaan TKA 2025 karena waktu persiapan hanya 3,5 bulan
  • Tes Kemampuan Akademik (TKA) dinilai tidak selaras dengan Kurikulum Merdeka dan terlalu luas cakupan materinya
  • Kemendikdasmen menegaskan TKA bersifat opsional, namun siswa berharap adanya peninjauan ulang jadwal dan sistem pelaksanaannya

TRIBUNKALTIM.CO - Gelombang protes tengah menggema di kalangan pelajar SMA dan SMK seluruh Indonesia menjelang pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025.

Melalui platform change.org, muncul petisi berjudul “Batalkan Pelaksanaan TKA 2025” yang digagas oleh akun bernama Siswa Agit.

Petisi tersebut kini telah menarik perhatian luas setelah ditandatangani lebih dari 155 ribu orang hingga Selasa (28/10/2025).

Bagi banyak siswa, TKA 2025 menjadi simbol tekanan baru dalam sistem pendidikan nasional.

Bukan hanya karena materinya yang dinilai berat dan cakupannya luas, melainkan juga karena waktu persiapan yang sangat singkat.

Baca juga: Hari Terakhir Simulasi TKA 2025, Akses Linknya dan Cek Jadwal Ujian

 Siswa Agit dalam petisinya menyebut, pelaksanaan TKA dilakukan secara mendadak, dengan pemberitahuan dan pengesahan peraturan yang datang terlalu dekat dengan waktu ujian.

“Sebagai salah satu dari banyak siswa yang akan menghadapi TKA 2025, saya bersama teman-teman seangkatan merasakan keprihatinan yang mendalam. Sistem baru ini tidak hanya menambah tekanan pada kami, tetapi juga mempermainkan masa depan pendidikan kami,” tulis Agit.

Apa Itu Tes Kemampuan Akademik (TKA)?

Tes Kemampuan Akademik (TKA) merupakan bentuk asesmen nasional yang disusun oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).

Tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan akademik siswa secara objektif dan terstandar di berbagai jenjang, mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK.

Meski begitu, TKA tidak bersifat wajib. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menegaskan bahwa siswa tidak diwajibkan mengikuti TKA, dan hasilnya tidak menjadi penentu kelulusan.

Namun, hasil TKA bisa menjadi salah satu syarat tambahan bagi siswa yang ingin mengikuti seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) jalur prestasi tahun 2026.

Abdul Mu’ti juga menjelaskan bahwa kebijakan ini merupakan langkah awal untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Ia mengatakan, TKA dirancang agar pemerintah dapat memiliki data konkret mengenai capaian akademik siswa, sehingga kebijakan pendidikan dapat dibuat lebih tepat sasaran.

“TKA menjadi alat bantu bagi pemerintah dalam menghasilkan kebijakan pendidikan yang lebih baik dan berdampak nyata bagi peningkatan kualitas belajar anak-anak Indonesia,” jelasnya dalam keterangan resmi Kemendikdasmen (12/7/2025).
 
Dari Pengumuman hingga Pelaksanaan: Waktu Persiapan Hanya 3,5 Bulan

Sumber utama kekhawatiran siswa terletak pada waktu persiapan yang sangat terbatas.

Berdasarkan dokumen resmi Perkaban Nomor 45 Tahun 2025 tentang Kerangka Asesmen TKA SMA/MA dan SMK/MAK, penetapan aturan dilakukan pada 14 Juli 2025.

Sementara itu, pelaksanaan utama TKA dijadwalkan pada 3–6 November 2025, artinya siswa hanya memiliki 112 hari atau sekitar 3,5 bulan untuk mempersiapkan diri.

 Kondisi ini semakin sulit karena Simulasi TKA Online baru dimulai pada 6 Oktober 2025, atau kurang dari satu bulan sebelum pelaksanaan sebenarnya.

“Dari 14 Juli hingga 3 November, para guru dan murid hanya punya waktu sekitar tiga setengah bulan. Itu sangat singkat, apalagi bagi kami kelas 12 yang jadwalnya padat,” tulis Agit dalam petisinya.

Para guru bimbingan belajar (bimbel) pun mengalami kesulitan menyesuaikan materi latihan karena kisi-kisi ujian berubah dan prediksi soal yang mereka buat sejak Juli ternyata tidak sesuai dengan simulasi resmi dari Pusat Asesmen Pendidikan (Pusmendik).

Akibatnya, mereka harus menyusun ulang latihan dalam waktu yang semakin sempit.

Cakupan Materi Terlalu Luas, Kurikulum Merdeka Dinilai Tidak Selaras

Salah satu sorotan lain dalam petisi adalah cakupan materi TKA yang dinilai terlalu luas dan tidak proporsional dengan waktu belajar yang tersedia.

Banyak siswa mengaku kesulitan memprediksi jenis soal yang akan muncul, sementara sekolah tidak memberikan dukungan memadai, baik dalam bentuk pendampingan tambahan maupun fasilitas belajar.

Selain itu, pelaksanaan TKA dinilai tidak selaras dengan Kurikulum Merdeka, kurikulum yang kini diterapkan di hampir semua sekolah.

Kurikulum ini memberi kebebasan bagi guru dalam memilih metode dan materi pembelajaran, namun dalam praktiknya, menurut sebagian siswa, ada guru yang justru tidak maksimal mengajar.

“Selama kelas 10 dan 11 kami banyak belajar lewat presentasi teman. Beberapa guru bahkan langsung lanjut ke materi berikutnya tanpa penjelasan mendalam. Sekarang, saat TKA diumumkan, kami baru sadar banyak materi yang belum benar-benar kami kuasai,” keluh Agit.

Sementara itu, ujian praktik di sekolah yang tetap berjalan berlebihan membuat jadwal siswa semakin padat.

“Bagaimana kami bisa fokus belajar TKA kalau setiap minggu masih ada ujian praktik dan tugas proyek?” tulis Agit lagi.

Ia menegaskan bahwa kondisi ini bahkan lebih berat bagi siswa dari keluarga kurang mampu yang tidak bisa mengikuti bimbel, sehingga persiapan mereka jauh lebih terbatas dibandingkan teman-teman lain.

Petisi Dapat Dukungan Ribuan Siswa dan Guru

Hingga Selasa (28/10/2025), petisi “Batalkan Pelaksanaan TKA 2025” di change.org telah ditandatangani oleh lebih dari 155 ribu orang, termasuk siswa, guru, dan orangtua.

Banyak komentar di kolom petisi menunjukkan dukungan serupa.'

 Mereka menilai pemerintah seharusnya menunda atau mengevaluasi ulang pelaksanaan TKA, bukan membatalkan seluruhnya, tetapi agar persiapan dapat dilakukan secara adil dan tidak mendadak.

Beberapa guru juga menyampaikan bahwa belum ada pelatihan teknis resmi mengenai pelaksanaan TKA.

Mereka masih bingung mengenai format soal, standar penilaian, hingga tata cara sinkronisasi sistem ujian berbasis komputer (CBT).

Jadwal Lengkap TKA 2025

Berdasarkan Surat Edaran Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Nomor 3866/H.H4/SK.01.01/2025, berikut tahapan resmi pelaksanaan TKA SMA/SMK dan sederajat tahun 2025:

Pendaftaran peserta: 24 Agustus – 5 Oktober 2025
Simulasi TKA: 6 – 9 Oktober 2025
Gladi bersih: 27 – 30 Oktober 2025
Pelaksanaan utama: 3 – 6 November 2025
Pelaksanaan khusus Paket C dan sejenis: 8 – 9 November 2025
Susulan SMA/SMK: 17 – 20 November 2025
Susulan Paket C: 22 – 23 November 2025

Ujian akan digelar dalam dua gelombang utama:

Gelombang I (3–4 November): Ujian wajib meliputi Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris.
Gelombang II (5–6 November): Ujian pilihan dua mata pelajaran sesuai jurusan/minat siswa.
 
Mengapa Petisi Ini Ramai?

Fenomena petisi ini mencerminkan ketegangan antara idealisme kebijakan dan realitas di lapangan.

Pemerintah berusaha menghadirkan asesmen nasional yang objektif dan menyeluruh, tetapi proses implementasinya dinilai tergesa-gesa dan kurang berpihak pada kesiapan siswa.

Bagi siswa kelas 12, TKA 2025 seharusnya menjadi ajang evaluasi kemampuan akademik, namun kini dianggap sebagai sumber kecemasan baru.

Dengan jadwal yang padat, ketidakpastian soal, serta dukungan yang minim, banyak siswa merasa tidak diberi kesempatan yang adil untuk mempersiapkan diri.

Siswa Agit menutup petisinya dengan seruan harapan:

“Kami tidak menolak evaluasi, kami hanya meminta waktu dan sistem yang lebih manusiawi. TKA bukan sekadar ujian, tapi cerminan masa depan pendidikan Indonesia.”
 
Meski Mendikdasmen menegaskan bahwa TKA bersifat opsional dan tidak menjadi penentu kelulusan, petisi ini memperlihatkan bahwa masih banyak celah komunikasi antara kebijakan dan pelaksanaannya.

Pemerintah diharapkan dapat meninjau ulang mekanisme penerapan TKA agar kebijakan baik tidak berubah menjadi beban psikologis bagi siswa.

Apakah petisi ini akan berujung pada penundaan atau revisi kebijakan? Waktu akan menjawab.

Namun satu hal jelas, suara siswa kini telah terdengar lantang, menuntut agar pendidikan Indonesia tidak sekadar mengejar angka, tapi juga keadilan dan kesiapan bersama.

Artikel ini telah tayang di Kompas dengan judul Persiapan Dinilai Terlalu Singkat, Siswa Buat Petisi Batalkan TKA

Artikel ini telah tayang di TribunPontianak.co.id dengan judul RAMAI Petisi Pembatalan TKA 2025, Siswa SMA Curhat Soal Tekanan dan Waktu Persiapan yang Singkat

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved