Berita Nasional Terkini
6 Santri Tewas Tenggelam di Kubangan Air Bukit Jaddih Bangkalan, Penyebab dan Kesaksian
Enam bocah tenggelam di sebuah kubangan air bekas galian tambang Bukit Jaddih, Desa Parseh, Kecamatan Socah, Bangkalan, Jawa Timur
Ringkasan Berita:
- Enam bocah tenggelam di kubangan bekas galian C Bukit Jaddih, Bangkalan, setelah bermain air dan mencoba saling menolong
- Seluruh korban ditemukan dalam kondisi berlumur lumpur, sementara satu korban dewasa kritis dan dirawat di RSUD Syamrabu
- Polisi menutup lokasi, melakukan olah TKP, memeriksa legalitas tambang, dan memasang larangan masuk untuk mencegah kejadian serupa.
TRIBUNKALTIM.CO - Insiden mengenaskan menimpa kawasan wisata Bukit Jaddih, Bangkalan, ketika enam bocah tenggelam di sebuah kubangan air bekas galian tambang batu kapur pada Kamis (20/11/2025) sore.
Peristiwa itu bukan hanya mengejutkan warga sekitar, tetapi juga memunculkan kembali sorotan terhadap aktivitas galian C di kawasan tersebut—istilah galian C merujuk pada penambangan material seperti batu kapur, pasir, kerikil, dan tanah yang digunakan untuk konstruksi.
Keenam korban merupakan santri berusia 7 sampai 10 tahun dari Pondok Pesantren Jabal Qur’an, yang lokasinya hanya sekitar 450 meter dari titik kubangan.
Para korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan, seluruh tubuh berlumur lumpur, dan sebagian besar telungkup ketika dievakuasi.
Baca juga: Praktisi Hukum Desak Pertanggungjawaban Pengembang Soal 6 Bocah Tenggelam di Kubangan KM 8
Kronologi Awal: Dari Bermain Air hingga Tewas Tenggelam
Menurut hasil pendalaman polisi dan kesaksian para santri, insiden bermula sekitar pukul 17.00 WIB ketika enam bocah santri meninggalkan pondok tanpa izin.
Mereka menuju ke kubangan air bekas galian tambang kapur sejauh beberapa ratus meter dari pondok.
Kubangan itu memiliki kedalaman sekitar empat meter, dengan dasar lumpur sangat licin.
Kondisi ini membuat siapa pun yang terjebak akan sulit kembali ke permukaan karena lumpur menarik tubuh ke bawah.
Salah satu santri, berinisial AND, menyampaikan kepada TribunJatim.com bahwa tragedi dimulai ketika salah satu korban mencoba bermain tahan napas di dalam air.
“Santri kecil tadi main tahan napas, tapi tidak balik (muncul) lagi, tiba-tiba sandal mereka ngambang semua,” ujar AND.
Melihat rekannya tak muncul lagi, lima santri lain berusaha menolong. Justru upaya itu membuat mereka ikut tenggelam karena permukaan dasar kubangan sangat licin dan berlumpur.
Beberapa santri senior mengetahui kejadian itu setelah melihat sandal-sandal korban mengapung tanpa pemiliknya. Mereka segera berlari memanggil warga dan pengurus pondok.
Penemuan Jenazah: Tubuh Berlumuran Lumpur, Tersangkut di Lokasi Berbeda
Menurut santri dewasa bernama Holil, keenam korban ditemukan pada titik berbeda dalam kubangan.
“Pertama itu di tengah, terus di pinggir, dan di ujung. Total ada enam orang yang mandi. Usia anak kecil semua, tujuh sampai delapan tahun,” ungkap Holil dengan suara bergetar.
Seluruh korban ditemukan dalam posisi telungkup dan tubuh mereka penuh lumpur.
Kondisi ini mengindikasikan mereka terseret lumpur di dasar kubangan sebelum akhirnya mengapung ke permukaan.
Enam korban itu adalah:
Louvin Al Baru (9), Surabaya
Salman Al Farisi (9), Sampang
Rosyid Inul Yakin (10), Surabaya
Reynand Azka Mahardika (9), Surabaya
Moh Nasiruddin Adrai (9), Sidoarjo
Muhammad Akhtar Muzain Ainul Izzi (7), Bangkalan
Setelah ditemukan, para korban dibawa oleh santri senior ke Puskesmas Jaddih, sekitar 1,5 kilometer dari lokasi kejadian.
Baca juga: Isur Hanafsan, Buruh Harian yang Bermimpi ‘Om, kurang satu om’ Usai Selamatkan Bocah Tenggelam KM 8
Pemeriksaan Medis: Tanda Khas Tenggelam dan Tubuh Dipenuhi Lumpur
Kepala Puskesmas Jaddih, drg. Purwanti, memastikan seluruh korban meninggal sebelum tiba di fasilitas kesehatan.
“Secara fisik dalam kondisi telah meninggal dunia dengan tanda-tanda membiru semua, mulai dari kukunya, pupil mata sudah membesar, dan badan sudah lebam-lebam karena masuk lumpur,” ujarnya.
Situasi di Puskesmas sempat penuh sesak. Warga, para santri, pengurus pondok, dan keluarga berdatangan memastikan kondisi korban.
Para keluarga akhirnya menolak autopsi dan memilih membawa pulang jenazah setelah administrasi pemeriksaan selesai.
Satu Korban Dewasa Kritis
Selain enam bocah yang meninggal, seorang santri dewasa dilaporkan kritis akibat berusaha mengevakuasi para korban.
Ia dilarikan ke RSUD Syamrabu Bangkalan untuk menjalani penanganan intensif.
Polisi Bergerak Cepat: Olah TKP hingga Malam, Pendalaman Legalitas Tambang
Wakapolres Bangkalan, Kompol Hj. Hosna Nurhidayah, bersama Kapolsek Socah Ipda Pariadi, memimpin olah TKP hingga pukul 21.30 WIB.
Unit Inafis Satreskrim Polres Bangkalan memeriksa setiap bagian kubangan untuk memastikan penyebab utama tenggelamnya para santri.
Kapolres Bangkalan, AKBP Hendro Sukmono, menegaskan bahwa pihaknya masih mendalami legalitas aktivitas tambang tersebut.
“Informasi yang kami terima, lokasi ini sejak 2 tahun lalu ada kegiatan (tambang batu). Saat ini masih kami dalami. Karena sepertinya masih ada kegiatan di sini,” ungkapnya.
Polisi kemudian menutup akses tambang dan memasang garis polisi di pintu masuk area tersebut.
Langkah tambahan juga akan dilakukan:
“Kami akan minta petugas memasang tulisan larangan masuk area ini dan untuk pengurus pondok dan masyarakat sekitar diharapkan bisa berhati-hati,” katanya.
Ia juga meminta masyarakat untuk tidak menyebarkan foto-foto jenazah.
“Kami juga minta jangan diviralkan kondisi jenazah, kita harus berempati pada keluarga korban,” pungkas Kapolres.
Sejumlah saksi menyebutkan bahwa para santri sebenarnya dilarang bermain di sekitar tambang karena berbahaya. Namun, mereka pergi ke lokasi secara sembunyi-sembunyi.
Santri AND menjelaskan, “Anak-anak kecil memang dilarang ke sana, tapi sembunyi-sembunyi ke sana, (berangkat) satu-satu.”
Kapolsek Socah, Iptu Pariadi, menambahkan bahwa para santri sebelumnya mengikuti latihan untuk lomba.
“Namun tanpa diketahui ustad, mereka lepas sehingga sampai lokasi tempat mereka tenggelam,” ujarnya.
Polisi akan memeriksa izin dan prosedur keselamatan dari aktivitas tambang selama dua tahun terakhir.
Jika ditemukan pelanggaran, penyidik membuka peluang langkah hukum terhadap pihak terkait.
Di sisi lain, aparat mengimbau masyarakat terus mengawasi anak-anak saat bermain, terutama di area rawan seperti bekas tambang galian C yang sering tampak seperti kolam alami namun sangat berbahaya.
Kejadian Serupa
Kejadian serupa terjadi di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Kubangan di kawasan Jalan PDAM, RT 37, Kelurahan Graha Indah, Balikpapan Utara menelan enam korban anak-anak pada Senin (17/11/2025).
Tiga dari enam korban merupakan kakak beradik yang tinggal di RT 68, yakni Alfa Kaltiana Hadi (12), Ica Nawang (11), serta Arafa Lirman Azka Faiez (8).
Kejadian ini juga merenggut nyawa sepupu mereka, Anaya Zaira Azarah (5). Sementara itu, dua korban lainnya, Muhammad Rifai (9) dan Kartika Ardayanti (9), merupakan warga RT 37.
Ketua RT 37 Graha Indah, Andi Firmansyah, menjelaskan peristiwa tragis itu terjadi sekitar pukul 18.05 WITA di lingkungan RT 37 wilayah Grand City, tepatnya pada area pembukaan lahan yang sudah lama tergenang air.
“Di tempat itu ada kubangan. Anak-anak datang bermain, lalu terjadi kecelakaan. Itu kubangan dari tanah urukan yang akhirnya terisi air,” ujar Andi.
Andi menyebut kubangan itu bukan galian proyek, melainkan genangan yang terbentuk karena kontur tanah yang paling dalam.
“Itu kubangan, bukan waduk. Sudah ada sekitar setengah tahun. Tidak ada larangan atau plang dilarang bermain,” jelasnya.
Wilayah tersebut masuk dalam area pembukaan lahan Grand City, namun belum menjadi kawasan permukiman aktif. Lokasinya berada di jalur PDAM RT 37.
Andi juga menjelaskan, kubangan yang menjadi lokasi kejadian terletak tak jauh dari kawasan Perumahan Grand City milik pengembang properti Sinar Mas Land.
“Itu memang sudah ada sejak setahun belakangan, hanya saja sebulan terakhir tidak ada pekerjaan lanjutan,” ujarnya saat diwawancarai di rumah duka, Selasa (18/11/2025).
Ia membeberkan, lokasi kubangan hanya sekitar 50 meter dari kawasan permukiman warga. Sayangnya, tanpa pagar pembatas maupun papan larangan berenang.
Hanya saja, terdapat papan pemberitahuan terkait tanah tersebut masih dalam proses peradilan di PN Balikpapan.
“Memang tidak pernah ada pagar pembatas, tidak ada juga papan peringatan. Hanya saja beberapa kali pihak keamanan dari Grand City pernah mengimbau agar tidak memasuki kawasan itu,” ungkapnya.
Menurut Firman, pihak pengembang seharusnya memasang pagar maupun papan peringatan di kawasan tersebut.
Di samping itu, ia juga mengimbau warga agar lebih berhati-hati dan memperhatikan buah hati mereka saat bermain.
“Semoga ke depan pihak pengembang segera memasang papan peringatan dan pagar agar tidak terulang. Ini tentu menjadi kejadian yang sangat memilukan, saya minta kepada warga agar lebih memperhatikan lagi anak-anaknya saat bermain,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Enam Bocah Tewas Tenggelam di Bukit Jaddih Bangkalan, Korban Ditemukan Berlumur Lumpur
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Penyebab 6 Santri di Bangkalan Tewas Tenggelam, Bermain di Bekas Galian Tambang Bukit Jaddih
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kesaksian Santri di Bangkalan usai 6 Temannya Tewas Tenggelam, Bermain Tahan Napas di Kubangan Air
Sumber: https://surabaya.kompas.com/read/2025/11/21/170045778/usai-6-santri-tewas-tenggelam-polisi-segera-pasang-larangan-memasuki-area.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/2021122_6-anak-tenggelam-jatim.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.