Berita Samarinda Terkini
Fakta Rambai Padi, Pohon yang Dipertahankan DLH Samarinda saat Serangan Ulat Bulu di Taman Bebaya
Berikut fakta rambai padi, pohon yang dipertahankan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda di tengah serangan hama ulat bulu di Taman Bebaya.
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Amalia Husnul A
Ringkasan Berita:
- Serangan hama ulat bulu kembali melanda Taman Bebaya Samarinda
- Warga mendesak agar pohon rambai padi di Taman Bebaya ditebang karena dianggap sebagai tempat berkembang biak ulat bulu
- DLH Samarinda mempertahankan pohon rambai padi Taman Bebaya dengan sejumlah pertimbangan
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA -Kawasan Taman Bebaya Kota Samarinda, ibukota Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) kembali diserang hama ulat bulu.
Warga mendesak agar pohon rambai padi yang di sekitar Taman Bebaya yang dianggap menjadi tempat berkembangbiak ulat bulu saat musim hujan agar ditebang saja.
Namun, di tengah serangan hama ulat bulu, DLH Samarinda memilih mempertahankan pohon rambai padi di Taman Bebaya.
Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Pertamanan DLH Samarinda, Basuni menjelaskan pihaknya memiliki pertimbangan ekologis dan edukatif dalam mempertahankan keberadaan pohon rambai padi di taman kota.
Baca juga: 6 Fakta Serangan Ulat Bulu di Taman Bebaya Samarinda, Daftar Areal yang Sebaiknya Dihindari
Meskipun secara kasatmata keberadaan ulat bulu terlihat mengganggu, keputusan untuk menebang pohon tidak bisa diambil begitu saja.
“Karena berdasarkan pengetahuan tentang vegetasi, pohon rambai padi itu punya manfaat lain,” ucapnya ketika dikonfirmasi TribunKaltim.co, Kamis (30/10/2025).
Fungsi Ekologi Rambai Padi
Ia menuturkan, rambai padi memiliki fungsi ekologis penting bagi keseimbangan taman kota.
Keberadaannya bukan hanya bernilai estetika, tetapi juga memiliki nilai pendidikan dan ekosistem yang signifikan.
“Jadi memang tidak semudah ketika ada ulat bulu lalu langsung ditebang,” lanjutnya.
Basuni menambahkan, persepsi masyarakat terhadap vegetasi di ruang publik sering kali beragam.
Ada yang menganggapnya mengganggu, tetapi ada pula yang melihatnya sebagai elemen alami yang unik dan patut dipertahankan.
“Kehadiran tanaman itu sepintas bagi sebagian orang mengganggu.
Tapi, sebagian lainnya justru ingin mempertahankan karena dianggap sesuatu yang unik yang bisa tumbuh alami di pinggir sungai kita,” jelasnya.
DLH sendiri tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan yang dapat berdampak pada keseimbangan ekosistem taman kota.
Namun, pihaknya tetap membuka ruang diskusi jika keberadaan pohon rambai padi benar-benar dianggap mengganggu kenyamanan pengunjung.
“Kalau itu nanti dianggap sangat mengganggu, pasti kita akan diskusikan bersama pihak terkait untuk mencari solusi yang paling baik, baik bagi manusia maupun bagi lingkungan,” imbuhnya.
Faktor Cuaca Mempercepat Proses
Lebih lanjut, dirinya tak menampik bahwa faktor cuaca turut memengaruhi cepatnya proses pertumbuhan dan penyebaran ulat bulu.
Hujan yang kerap mengguyur Samarinda beberapa waktu terakhir membuat perkembangan ulat bulu menjadi lebih pesat dibandingkan biasanya.
“Dari tanda-tanda yang kami deteksi, memang musim hujan membuat perkembangannya jauh lebih cepat,” ungkap Basuni.
Ia berharap, kolaborasi dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian dapat membantu mengidentifikasi penyebab utama munculnya kembali koloni ulat bulu, baik karena perubahan cuaca maupun interaksi dengan fauna lain.
Sebagai penutup, dirinya kembali menegaskan bahwa pohon rambai padi yang tumbuh di tepian sungai merupakan vegetasi langka yang perlu dilestarikan.
“Apalagi di pinggir sungai itu ada tanaman rambai laut. Itu jarang sekali ditemukan,” tutupnya.
Fakta Pohon Rambai Padi
Berdasarkan sejumlah literatur, rambai padi bernama latin Sonneratia caseolaris (L).
Pohon rambai padi merupakan vegetasi khas kawasan mangrove
Jika di Kaltim sebagai rambai padi, ada sejumlah nama daerah lainnya untuk Sonneratia caseolaris (L) .
Ada juga yang menyebut Sonneratia caseolaris (L) sebagai rambai mangrove.
Di Singapura dan Malaysia biasa disebut berembang, di Filipina dikenal dengan nama pagatpat, sementara di Brunei ada yang menyebutnya pidada merah.
Buah dari Sonneratia caseolaris ini adalah makanan bekantan atau Proboscis monkeys yang bernama latin Nasalis larvatus.
Baca juga: Dua Kali Diserang Ulat Bulu, Kini Taman Bebaya Samarinda Dibuka Kembali
(TribunKaltim.co/Sintya Alfatika Sari)
Sumber pustaka:
- Upaya Substitusi Pohon Rambai (Sonneratia caseolaris) dalam Mengatasi Masalah Sumber Kelangkaan Pakan pada Bekantan (Nasalis larvatus) di Kalimantan Selatan, Dhiya Athiyah Hanani, Vivia Windu Faustina, Devina Widya Sari, Witiyasti Imaningsih, Bioscientiae Vol 22, No 2 (2025), Universitas Lambung Mangkurat.
- Mangrove Apple (Sonneratioa caseolaris), Socfindo Conservation.
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram.
| Ismed Kusasih Tanggapi Serangan Ulat Bulu di Taman Bebaya Samarinda, Warga Rasakan Gatal |
|
|---|
| Pohon Rambai Padi di Taman Bebaya Samarinda Habis Dilahap Ulat Bulu, Warga Diimbau tak Berkunjung |
|
|---|
| Akademisi Unmul Beri Pemahaman Cara Tangani Ulat Bulu di Taman Bebaya Samarinda |
|
|---|
| Dampak Serangan Ulat Bulu, Taman Bebaya Samarinda Ditutup Sementara |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20231103_Ulat-Bulu-di-Taman-Bebaya-Samarinda.jpg)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251031_Taman-Bebaya.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.