Berita Samarinda Terkini
3 Sekolah Rawan Banjir dan Longsor di Samarinda Akan Direvitalisasi, Kadisdikbud Ungkap Kendalanya
Kadisdikbud Samarinda, Asli Nuryadin ungkap kendala dalam rekonstruksi tiga sekolah di Samarinda, Kaltim, Senin (10/11/2025).
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Rita Noor Shobah
Ringkasan Berita:
- Pemkot Samarinda rencana revitalisasi SMPN 24, SMPN 27, dan SMPN 48
- SMPN 24 Samarinda rasakan banjir sejak 2021, sejak itu sekolah ini jadi langganan banjir
- Kepala Disdikbud ungkap kendala kontur tanah untuk rekonstruksi SMPN 24
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda, Kalimantan Timur, tengah merancang rekonstruksi menyeluruh terhadap tiga sekolah yang kerap terdampak banjir dan longsor.
Rekonstruksi merujuk pada proses pembangunan kembali.
Namun, rencana rekonstruksi 3 sekolah ini bukan hanya memerlukan anggaran yang besar tetapi juga terkendala masalah kontur lahan.
Rekonstruksi 3 sekolah ini penting dilakukan, mengingat tiga sekolah ini menjadi langganan banjir bahkan pernah mengalami longsor.
Baca juga: Respons Wagub Kaltim Seno Aji Soal Banjir Samarinda: Fokus Pengerukan DAS Karang Mumus dan Mahakam
Tiga sekolah yang menjadi prioritas dalam program ini adalah:
- SMPN 24 di Jalan Pangeran Suryanata
- SMPN 27 di Jalan Batu Cermin
- SMPN 48 di Jalan Proklamasi.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda, Asli Nuryadin, menjelaskan bahwa keputusan final mengenai revitalisasi masih menunggu arahan dari Wali Kota Andi Harun.
“Keputusannya belum final. Kemungkinan besok akan dijadwalkan lagi untuk dipaparkan ke Pak Wali,” ujar Asli.
Kendala Lokasi dan Penyesuaian Lahan
Ia menjelaskan, persoalan utama yang dihadapi dalam revitalisasi sekolah ini adalah lokasi dan penyesuaian lahan.
Revitalisasi adalah proses pembaruan, perbaikan, atau pengembangan kembali suatu fasilitas, kawasan, atau sistem agar menjadi lebih baik, fungsional, dan sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Misalnya, untuk SMPN 24 yang saat ini menampung sekitar 500 siswa, pemindahan ke lokasi baru menjadi persoalan tersendiri karena mempertimbangkan jarak dengan tempat tinggal warga.
Beberapa alternatif lokasi seperti kawasan Bukit Pinang atau area di sekitar SDN 013 sempat dipertimbangkan, namun kondisi lahan yang sempit dan kontur tanah yang menurun membuatnya sulit diolah.
Baca juga: Walikota Andi Harun Lobi Menteri PU, Perjuangkan Penanganan Banjir Samarinda
“Kalau diambil bagian depan, lahan di belakang tertutup, tapi kalau diambil bagian belakang, itu perlu diolah sekitar Rp 6–7 miliar. Jadi kami pikir, solusi terbaik adalah membangun kembali di lokasi yang sama dengan desain bertiang,” jelasnya.
Menurut Asli, konsep pembangunan bertiang ini sejalan dengan arahan Wali Kota Andi Harun agar sekolah-sekolah rawan banjir dibangun dengan model bangunan adaptif.
Ia juga menambahkan bahwa SMPN 24 nantinya akan dikembangkan menjadi sekolah terpadu, dengan integrasi bangunan SD yang berada di kawasan yang sama.
“Kalau dibangun baru, berarti layout dan penataan bangunannya bisa lebih baik. Jadi banjir di SD-nya juga bisa diatasi karena ikut ditata dalam satu kawasan,” tambahnya.
Penataan Ulang SMPN 27 dan SMPN 48
Rencana revitalisasi juga akan dilakukan di SMPN 27 dan SMPN 48.
SMPN 27 yang sempat terdampak longsor akan ditata ulang dengan membangun turap di area rawan dan memanfaatkan lahan tersebut sebagai halaman.
Bangunan baru direncanakan memiliki dua hingga tiga lantai, dan penataan akan melibatkan BPBD, SDA, serta Bina Marga.
Sementara itu, SMPN 48 dinilai masih memungkinkan untuk ditata ulang tanpa relokasi total.
Namun, lanskap kawasan akan diatur ulang untuk menghindari limpasan air dari kolam di bagian atas yang berpotensi menyebabkan longsor.
“Mungkin bisa dibuat turap agar air tidak mengalir liar,” jelas Asli.
Baca juga: Banjir Samarinda Kian Mengkhawatirkan, DPRD Dorong Penanganan Menyeluruh
Estimasi Anggaran dan Rencana Relokasi Sementara
Pembangunan sekolah terpadu di SMPN 24 diperkirakan membutuhkan anggaran lebih dari Rp 20 miliar, sedangkan SMPN 27 dan SMPN 48 masing-masing diperkirakan membutuhkan Rp 10–15 miliar.
Detail Engineering Design (DED) sedang disusun dalam perubahan anggaran tahun ini.
DED merujuk pada dokumen perencanaan teknis yang sangat rinci.
Dokumen ini mencakup gambar teknik, spesifikasi material, estimasi biaya, metode pelaksanaan, dan jadwal kerja yang akan digunakan sebagai acuan utama dalam proses konstruksi.
Lebih lanjut, Asli menegaskan bahwa desain bertiang yang akan diterapkan di SMPN 24 akan menjadi model baru bagi sekolah-sekolah lain di Samarinda. Sistem drainase kawasan juga akan dibenahi agar bisa menahan limpasan air saat curah hujan tinggi.
“Ini bukan hanya untuk SMPN 24 saja, tapi juga kawasan sekitarnya. Tidak mungkin kita biarkan terus seperti itu. Tapi memang memindahkan sekolah dengan jumlah siswa ratusan orang itu tidak mudah,” ujarnya.
Apabila nantinya keputusan akhir dari Wali Kota adalah melakukan relokasi sementara, Disdikbud siap mengatur penempatan siswa di sekolah terdekat selama proses pembangunan berlangsung.
Baca juga: Banjir Samarinda Kian Mengkhawatirkan, DPRD Dorong Penanganan Menyeluruh
“Ya mau tidak mau kita harus menumpang dulu. Siswa harus siap, karena tidak ada proses yang instan. Seperti SMPN 16 kemarin, sempat menumpang di SD terdekat selama dua tahun. Tidak ada kebijakan yang memuaskan semua pihak, tapi kita pilih yang paling maslahat,” tutupnya.
Banjir Sejak 2021
Banjir sudah dirasakan guru dan siswa SMPN 24 Samarinda sejak 2021.
Saat itu banjir besar masuk ke gedung sekolah. Bahkan sekolah sampai diliburkan selama sepekan.
Sejak saat itu, setiap banjir terjadi di Samarinda, SMPN 24 tak luput dari masalah itu.
SMPN 24 pun jadi sekolah langganan banjir. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/kondisi-smpn-24-samarinda-di-jalan-suryanata-gang-julak-gafur-rt-04-kelurahan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.