Bocah Tenggelam di Balikpapan Utara
'Mama Tolong Aku', Ibu Korban Rasakan Firasat Sebelum Putranya Tenggelam di Kubangan Km 8 Balikpapan
Suasana duka masih menyelimuti kediaman keluarga Nia Karunia Putri (28), ibu dari Muhammad Rifai Alamsyah (9), salah satu bocah korban tenggelam
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Briandena Silvania Sestiani
Ringkasan Berita:
- Keluarga korban mengenang tanda-tanda terakhir sebelum enam anak tenggelam di kubangan Jalan PDAM KM 8 Balikpapan Utara
- Kubangan tanpa pagar dan rambu memicu sorotan publik; DPRD dan Pemkot menuntut klarifikasi serta langkah pengamanan dari pengembang
- Polisi menyelidiki unsur kelalaian melalui pemeriksaan saksi dan lokasi, sementara seluruh korban dimakamkan dengan suasana duka mendalam.
TRIBUNKALTIM.CO - Suasana duka masih menyelimuti kediaman keluarga Nia Karunia Putri (28), ibu dari Muhammad Rifai Alamsyah (9), salah satu dari enam bocah yang menjadi korban tenggelam di kubangan air Jalan PDAM, Kilometer 8, Balikpapan Utara.
Di tengah kesedihan yang mendalam, Nia teringat satu perubahan kecil dari putranya beberapa hari terakhir.
“Biasanya dia suka rapi. Tapi beberapa hari ini, entah kenapa, dia jarang pakai baju di rumah. Maunya santai saja,” ungkap Nia, Selasa (18/11/2025).
Nia mengatakan bahwa sifat Rifai tidak seperti itu. Ia tidak menyangka perubahan kecil tersebut kini menggoreskan rasa haru.
“Kalau dipikir sekarang, rasanya jadi ingat terus. Tapi waktu itu saya tidak curiga apa-apa,” katanya pelan.
Baca juga: 5 Fakta Lokasi Enam Anak Tenggelam di Balikpapan Utara, Status Lahan Jadi Sorotan
Dengan mata sembap, Nia berusaha mengingat kembali detik-detik terakhir melihat putra sulungnya sebelum musibah menimpa.
“Terakhir saya lihat anak saya itu jam 1 siang, waktu saya antar dia ke sekolah,” ucap Nia dengan suara bergetar.
Sepulang sekolah, Rifai dijemput pamannya. Sejak saat itu, Nia tidak lagi melihat langsung aktivitas putranya.
“Dia tidak pamit ke saya. Dia cuma bilang ke mama saya, mau ke masjid salat. Biasanya memang salat,” ujarnya.
Rifai sempat pulang ke rumah setelah salat dan menonton televisi. Tak lama kemudian, beberapa temannya memanggilnya untuk bermain.
“Dia dipanggil teman-temannya, ‘Ayo main’. Akhirnya dia pergi,” kata Nia.
Rifai pun pergi bersama tiga temannya yang kemudian juga menjadi korban tenggelam di lokasi kubangan Jalan PDAM.
Nia menegaskan bahwa sang anak bukan tipe yang suka bermain jauh dari rumah, apalagi ke area kubangan.
“Dia tidak pernah main ke situ. Tidak pernah mandi di situ. Kalau main layangan pun sama bapaknya, bukan sendiri,” jelasnya.
Menurutnya, tidak ada tanda-tanda aneh atau perubahan tingkah laku anaknya sebelum kejadian. Hari itu berlangsung seperti biasa.
Firasat Kuat
Ada satu hal yang hingga kini membuat Nia terus teringat. Sebuah firasat kuat yang muncul ketika ia sedang mengantar pesanan dagangan jengkol ke kawasan Sepinggan.
“Pas lewat danau, airnya tenang. Tapi saya tiba-tiba terbayang anak saya ada di dalam air, seperti minta tolong, ‘Mama, tolong aku, aku tenggelam’,” tutur Nia sambil menahan tangis.
Ia mengaku merinding, namun mencoba mengabaikan firasat itu. Ia tidak pernah membayangkan bahwa bayangan di pikirannya akan menjadi kenyataan pahit.
Setelah pencarian, Rifai menjadi korban terakhir yang ditemukan. Menurut informasi dari keluarga, posisi tubuhnya berada di bagian paling bawah.
“Hancur rasanya. Anak saya yang ditemukan terakhir,” kata Nia lirih.
Rifai adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya yang berusia 6 tahun belum sepenuhnya memahami bahwa kakaknya telah pergi untuk selamanya.
Nia menggambarkan putranya sebagai sosok yang ceria, humoris, dan dekat dengan keluarga.
“Dia itu orangnya periang, gampang bercanda, tidak pilih-pilih makanan, pintar, ramah sama teman-temannya,” kenangnya.
Terkait lokasi tenggelamnya para korban, Nia menilai area kubangan Jalan PDAM Kilometer 8 bukan tempat yang aman untuk anak-anak.
“Tidak aman. Tidak ada tanda rambu-rambu larangan. Tidak ada sama sekali,” tegasnya.
Ia mengatakan area itu sudah ada sejak sebelum pembangunan kawasan sekitar, namun kini kembali terbuka tanpa pengamanan.
Meski hatinya remuk, Nia mencoba tetap tegar dan berharap tidak ada lagi anak-anak yang menjadi korban.
“Semoga ke depan ada perhatian. Jangan saling menyalahkan. Semua anak jadi korban. Kita cuma bisa sabar, mau bagaimana lagi,” ucapnya.
Saat mendapat kabar anaknya hilang, hal pertama yang ia lakukan hanyalah berdoa. “Saya cuma berharap dia baik-baik saja. Tapi ternyata ini yang terjadi,” ujarnya.
Baca juga: DPRD Desak Pengembang Minta Maaf atas Tragedi 6 Anak Tewas Tenggelam di Kubangan KM 8
Kakak Beradik jadi Korban
Kubangan di kawasan Jalan PDAM, RT 37, Kelurahan Graha Indah, Balikpapan Utara menelan enam korban anak-anak pada Senin (17/11/2025).
Tiga dari enam korban merupakan kakak beradik yang tinggal di RT 68, yakni Alfa Kaltiana Hadi (12), Ica Nawang (11), serta Arafa Lirman Azka Faiez (8).
Kejadian ini juga merenggut nyawa sepupu mereka, Anaya Zaira Azarah (5). Sementara itu, dua korban lainnya, Muhammad Rifai (9) dan Kartika Ardayanti (9), merupakan warga RT 37.
Ketua RT 37 Graha Indah, Andi Firmansyah, menjelaskan peristiwa tragis itu terjadi sekitar pukul 18.05 WITA di lingkungan RT 37 wilayah Grand City, tepatnya pada area pembukaan lahan yang sudah lama tergenang air.
“Di tempat itu ada kubangan. Anak-anak datang bermain, lalu terjadi kecelakaan. Itu kubangan dari tanah urukan yang akhirnya terisi air,” ujar Andi.
Andi menyebut kubangan itu bukan galian proyek, melainkan genangan yang terbentuk karena kontur tanah yang paling dalam.
“Itu kubangan, bukan waduk. Sudah ada sekitar setengah tahun. Tidak ada larangan atau plang dilarang bermain,” jelasnya.
Wilayah tersebut masuk dalam area pembukaan lahan Grand City, namun belum menjadi kawasan permukiman aktif. Lokasinya berada di jalur PDAM RT 37.
Andi juga menjelaskan, kubangan yang menjadi lokasi kejadian terletak tak jauh dari kawasan Perumahan Grand City milik pengembang properti Sinar Mas Land.
“Itu memang sudah ada sejak setahun belakangan, hanya saja sebulan terakhir tidak ada pekerjaan lanjutan,” ujarnya saat diwawancarai di rumah duka, Selasa (18/11/2025).
Ia membeberkan, lokasi kubangan hanya sekitar 50 meter dari kawasan permukiman warga. Sayangnya, tanpa pagar pembatas maupun papan larangan berenang.
Hanya saja, terdapat papan pemberitahuan terkait tanah tersebut masih dalam proses peradilan di PN Balikpapan.
“Memang tidak pernah ada pagar pembatas, tidak ada juga papan peringatan. Hanya saja beberapa kali pihak keamanan dari Grand City pernah mengimbau agar tidak memasuki kawasan itu,” ungkapnya.
Menurut Firman, pihak pengembang seharusnya memasang pagar maupun papan peringatan di kawasan tersebut.
Di samping itu, ia juga mengimbau warga agar lebih berhati-hati dan memperhatikan buah hati mereka saat bermain.
“Semoga ke depan pihak pengembang segera memasang papan peringatan dan pagar agar tidak terulang. Ini tentu menjadi kejadian yang sangat memilukan, saya minta kepada warga agar lebih memperhatikan lagi anak-anaknya saat bermain,” pungkasnya.
Penyidikan Terbuka
Polda Kalimantan Timur (Kaltim) mengeluarkan imbauan keras kepada masyarakat dan pihak pengembang agar meningkatkan kewaspadaan terhadap area berbahaya, menyusul tewasnya enam anak dalam insiden tenggelam di kubangan air wilayah Grand City, Kilometer 8 Balikpapan Utara.
Kabid Humas Polda Kaltim, Kombes Pol Yuliyanto, menegaskan bahwa tragedi ini harus menjadi pelajaran penting bagi seluruh pihak agar kejadian serupa tidak terulang.
“Untuk masyarakat, mari lebih waspada dan awasi anak-anak maupun keluarga kita dari tempat-tempat yang berbahaya. Untuk pengembang, mohon lebih memperhatikan lokasi-lokasi yang berpotensi menimbulkan bahaya. Harus ada rambu peringatan yang jelas dan mudah dipahami,” tegasnya.
Yuliyanto memastikan, kepolisian akan melakukan langkah-langkah koordinatif sekaligus pendalaman mengenai ada tidaknya kelalaian dalam kejadian tersebut.
Ketika dikonfirmasi apakah insiden ini berpotensi mengarah pada tindak pidana, Kabid Humas menyatakan bahwa penyidikan tetap terbuka.
“Bisa saja ada pidana jika unsur-unsurnya terpenuhi. Itu nanti akan ditentukan dari hasil penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi, termasuk pihak yang bertanggung jawab atas lokasi tersebut,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa kepolisian akan memeriksa seluruh aspek, mulai dari pengawasan lokasi, keamanan area, hingga tanggung jawab pihak pengembang dan pengelola lahan.
Sementara Polresta Balikpapan terus melakukan penyelidikan terkait peristiwa tewasnya enam anak yang ditemukan di kawasan perairan Balikpapan.
Kasat Reskrim Polresta Balikpapan AKP Zeska Julian Taruna mengatakan, hari ini pihaknya melaksanakan kegiatan TPTKP (Tindakan Pertama Tempat Kejadian Perkara) bersama Tim Identifikasi (IDEN) untuk menentukan titik lokasi dan koordinat tempat para korban ditemukan.
"Saat ini kami melaksanakan kegiatan TPTKP bersama IDEN untuk menentukan titik lokasi atau titik koordinat kejadian yang melibatkan meninggalnya enam orang anak-anak," ujar AKP Zeska, Selasa (18/11/2025).
AKP Zeska menjelaskan proses pengukuran titik koordinat dilakukan dengan melibatkan Badan Pertanahan Nasional (BPN).
"Kami meminta bantuan BPN terlebih dahulu untuk menentukan titik koordinat penemuan mayatnya," katanya.
Usai pengukuran, penyidik akan menentukan langkah lanjutan.
"Setelah hasil dari ini, tindakan selanjutnya kami mengumpulkan alat bukti, Pengumpulan Bahan Keterangan Pulbaket) terlebih dahulu termasuk saksi-saksi," lanjutnya.
Meski proses TPTKP masih berlangsung, polisi memastikan sudah mulai melakukan pemeriksaan saksi.
"Saksi sudah ada beberapa. Kita juga perlu saksi dari BPBD yang menolongnya. Keterangan ini nanti akan kita cocokkan dengan koordinat yang sedang diukur," jelas Kasat Reskrim.
Hingga saat ini, penyidik telah memeriksa lima orang saksi, terdiri dari pihak keluarga korban serta saksi penemu pertama.
"Sudah lima. Dari pihak korban dan saksi penemu pertama," tambahnya.
Terkait lokasi awal penemuan enam anak tersebut, Zeska mengatakan pihaknya masih mencocokkan data di lapangan.
"Ini kan ada enam korban, apakah tempatnya sama atau berbeda nanti kami kabarkan," ujarnya.
Selain pemeriksaan saksi, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti dari lokasi kejadian.
"Saat ini yang kita amankan itu mainan anak-anak, kemudian baju. Termasuk baju korban," ungkap AKP Zeska.
Pihak Polresta Balikpapan memastikan penyelidikan akan dilakukan secara maksimal untuk memastikan kronologi dan penyebab pasti tragedi yang menewaskan enam anak tersebut.
Wawali Instruksikan Pasang Pagar
Wakil Walikota Balikpapan Bagus Susetyo angkat bicara terkait insiden tragis enam anak yang meninggal di kubangan air tersebut.
Memastikan bahwa lokasi kejadian bukan bagian dari pengembangan Sinarmas, melainkan lahan kavling milik warga perorangan.
"Kami menyampaikan duka mendalam, mengimbau untuk orang tua untuk lebih mengawasi anak-anaknya, sehingga menjadi perhatian bersama," kata Bagus.
Dari infromasi yang ada kubangan tersebut bukan kolam yang direncanakan. Area itu merupakan tanah kavling yang kontur permukaannya lebih rendah dari jalan sekitar, sehingga air hujan menggenang selama bertahun-tahun dan berubah menjadi kolam besar.
“Tidak ada sudetan menuju aliran sungai. Akhirnya air terjebak dan bertahun-tahun menjadi kubangan. Bahkan warga sering memancing di situ,” ujarnya.
Ia menyebut telah berkoordinasi dengan BPBD Balikpapan untuk memberi peringatan kepada masyarakat dan meminta penanggung jawab lahan memasang pagar sementara sebagai langkah pengamanan.
"Kami juga mengimbau keluarga untuk lebih mengawasi anak-anak saat bermain, terlebih lokasi kubangan berada cukup jauh dari permukiman warga, " kata Bagus.
Bagus mengatakan Pemkot telah meminta BPBD untuk berkoordinasi dengan pemilik lahan agar memasang pagar sementara demi mencegah masyarakat mendekati area berbahaya tersebut.
"Kami sudah minta dinas terkait untuk memasang pemberitahuan, lokasi itu juga bukan milik Sinar Mas. Namun karena berdekatan dengan kawasan pengembangan perusahaan, petugas keamanan Sinar Mas kerap memantau area sekitar, " katanya.
“Informasi dari BPBD, penjagaan dilakukan oleh security Sinar Mas. Mungkin saat kejadian mereka sedang istirahat atau pergantian shift,” lanjut Bagus.
Bagus meminta pengembang perumahan besar di Balikpapan memasang pembatas atau pagar duri di titik-titik rawan, termasuk bozem dan bendali, agar tidak membahayakan warga.
Menurutnya, larangan bermain dan berenang sudah terpasang di lokasi, namun pengawasan masih belum optimal.
Sementara itu, karena lahan tersebut milik perorangan, Pemkot memiliki keterbatasan dalam memberikan teguran langsung.
“Saya tidak ingin menyalahkan siapa pun. Ini musibah. Tapi harus menjadi pelajaran agar tidak terulang. Kami mengimbau camat, lurah, hingga RT untuk memantau area rawan genangan maupun potensi longsor,” ungkapnya.
Meminta Klarifikasi
Ketua DPRD Balikpapan, H. Alwi Al Qadri, menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden enam anak yang meninggal di sebuah kubangan yang berada di tidak jauh dari kawasan Grand City Km 8, Balikpapan Utara
Alwi menegaskan bahwa perumahan terkait harus dimintai klarifikasi mengenai kondisi lapangan. “Kami sangat prihatin. Kami akan memanggil pihak Grand City untuk menanyakan secara langsung bagaimana kondisi di lapangan,” ujar Alwi.
Ia bersama Ketua Komisi III dan anggota Komisi III DPRD Balikpapan sudah meninjau lokasi kejadian. Dari hasil tinjauan, ditemukan adanya kesalahan mendasar dalam pengelolaan kawasan.
“Perumahan tidak memagari area tersebut. Akses masuk ke kawasan yang berseberangan dengan permukiman warga dibiarkan terbuka. Di dalamnya ada kolam-kolam yang sangat berbahaya bagi anak-anak,” tegasnya.
Menurut laporan warga, sebelum ada kegiatan pematangan lahan, area tersebut merupakan dataran rendah tanpa kolam. Namun setelah dilakukan pengupasan tanah, justru muncul kubangan berukuran besar.
“Kalau pematangan lahan, seharusnya diratakan semuanya. Kenapa malah menyisakan kolam yang berbahaya, terutama untuk anak-anak?” kritik Alwi.
Alwi menambahkan bahwa DPRD sebelumnya sudah mengingatkan seluruh pengembang untuk memasang pagar di setiap bozem atau tampungan air. Namun imbauan tersebut tidak dijalankan.
“Perumahan-perumahan itu sudah kami ingatkan. Tapi kejadian tadi malam membuktikan bahwa pengawasan lemah. Sampai enam anak meninggal sekaligus—ini duka yang sangat luar biasa bagi Kota Balikpapan,” ujarnya.
Alwi menegaskan bahwa pihak Grand City harus ikut bertanggung jawab, termasuk memberikan tali asih kepada keluarga korban. Sementara proses hukum diserahkan kepada kepolisian.
Ia juga mengungkap bahwa lokasi kejadian berada pada area land clearing yang diakses melalui pintu masuk Grand City.
“Semalam saya berada di lokasi. Masuknya melalui Grand City, dan lahannya merupakan area land clearing. Logikanya, siapa lagi yang melakukan pematangan lahan di kawasan itu? Tidak ada perumahan lain selain Grand City,” tegasnya.
DPRD Balikpapan akan memanggil camat, lurah, Dinas Perkim, dan Dinas PU untuk meminta keterangan terkait perubahan kontur lahan serta pengawasan di kawasan tersebut.
5 Jenazah Dimakamkan Satu Liang Lahat
Suasana duka menyelimuti Tempat Pemakaman Umum Kilometer 8, Balikpapan Utara, Selasa (18/11/2025) siang.
Sekitar pukul 12.00 Wita, enam jenazah anak-anak korban tenggelam di kubangan Jalan PDAM dimakamkan dengan iringan pelayat yang tak henti berdatangan sejak pagi.
Dari pantauan Tribun Kaltim, lima jenazah dimakamkan dalam satu liang lahat berjejer. Masing-masing tetap memiliki sekat pemisah.
Sementara satu jenazah lainnya dimakamkan di liang berbeda, tak jauh dari makam kerabat keluarganya.
Ketua RT 68 Kelurahan Graha Indah, Arianto, mengatakan pemakaman lima korban dalam satu liang lahat terpaksa dilakukan karena keterbatasan ruang di TPU KM 8.
“Kondisi makam kita sudah kategori penuh. Awalnya empat jenazah, tetapi tempat lain tidak ada. Jadi otomatis ditempatkan di situ. Namun masing-masing tetap ada sekatnya,” ujarnya.
Sejak pukul 09.00 Wita, empat rumah duka di RT 37 dan RT 68 telah dipadati keluarga, tetangga, dan warga yang ingin memberikan penghormatan terakhir.
Tangis pecah berulang kali, terutama dari keluarga tiga kakak-beradik yang turut menjadi korban: Alfa Kaltiana Hadi (12), Ica Nawang (11), dan Arafa Lirman Azka Faiez (8).
Tragedi itu juga merenggut nyawa sepupu mereka, Anaya Zaira Azarah (5).
Dua korban lainnya adalah Muhammad Rifai (9) dan Kartika Ardayanti (9), warga RT 37.
Disalatkan Bergantian
Sebelum dimakamkan, seluruh jenazah disalatkan di Masjid Ad-Durun Nafis, tak jauh dari rumah para korban. Prosesi salat jenazah dilakukan bergantian, dimulai pukul 09.30 Wita dengan jenazah Muhammad Rifai, korban terakhir yang ditemukan.
“Posisinya paling bawah saat kejadian, jadi pencariannya lama,” ujar salah satu anggota keluarga.
Arus pelayat terus mengalir hingga siang hari, menandakan besarnya rasa kehilangan atas musibah yang merenggut enam nyawa sekaligus. Seluruh jenazah dimakamkan pada hari yang sama.
Bukan Lahan Grand City
DPRD Balikpapan memanggil manajemen Sinar Mas Land selaku pengembang kawasan Grand City
Balikpapan untuk mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) di Kantor DPRD Balikpapan, Selasa (18/11/2025).
Pemanggilan ini dilakukan menyusul insiden enam anak yang ditemukan tenggelam di sebuah kubangan di Jalan PDAM, RT 37, Kilometer 8, Kelurahan Graha Indah, Balikpapan Utara, Senin (17/11/2025) malam.
Insiden tersebut memicu perhatian luas masyarakat, terlebih karena lokasi kejadian ramai dikaitkan
sebagai bagian dari area pengembangan proyek Grand City Balikpapan.
Land Bank & Permit Department Head Grand City, Piratno, menegaskan bahwa titik kejadian berada di luar kawasan pengembangan Grand City Balikpapan.
Namun, pihaknya tetap diminta oleh para legislator untuk melakukan pemagaran di area sekitar kubangan guna mencegah kejadian serupa.
Menurut Piratno, pihak Grand City sebenarnya telah memasang plang atau rambu larangan masuk di
beberapa titik yang dinilai berisiko.
Berdasarkan pantauan Tribun Kaltim, area kubangan tersebut memang tidak memiliki pagar pembatas.
Permukaan tanah tampak terbuka dengan warna cokelat kemerahan, dikelilingi pepohonan lebat.
Papan larangan yang terpasang di sekitar lokasi justru bertuliskan larangan masuk karena tanah tersebut sedang dalam proses sengketa, bukan peringatan bahaya kubangan.
“Kami diberi waktu 2x24 jam untuk melakukan pemagaran sebagai langkah antisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.
Piratno menyampaikan bahwa kejadian ini menjadi perhatian serius bagi pihaknya dan seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi lingkungan sekitar.
Ia juga menyampaikan bela sungkawa dan permohonan maaf kepada keluarga seluruh korban.
“Kami juga akan memberikan santunan bagi seluruh keluarga korban,” pungkasnya.
6 Bocah, 90 Menit Pencarian, Satu Tragedi
Senin, 17 November 2025 – Sore Hari
-Sekitar pukul 16.00 Wita
Enam anak warga RT 68 bermain di area kubangan air di lahan perumahan RT 37, Jalan PDAM, Graha Indah, Balikpapan Utara.
-Pukul 17.30 Wita
Warga melaporkan ke Basarnas bahwa enam anak tenggelam di kubangan berkedalaman sekitar 4–5 meter.
-Sebelum tim tiba di lokasi
Warga menemukan dua anak dan langsung mengevakuasinya. Namun keduanya sudah dalam kondisi meninggal dunia.
-Kedatangan tim Basarnas dan relawan
Tim segera melakukan penyisiran dan penyelaman di lokasi kubangan.
Proses pencarian dimulai dengan teknik selam di dasar kubangan yang berlumpur.
-Penemuan empat korban lainnya
15 menit setelah penyelaman pertama, satu korban berhasil ditemukan.
Tiga korban berikutnya ditemukan secara bertahap hingga seluruh enam anak berhasil dievakuasi.
-Seluruh korban dinyatakan meninggal dunia
Setelah dievakuasi, para korban langsung dibawa ke RS Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) untuk pemeriksaan dan visum.
DAFTAR KORBAN MENINGGAL
Alfa Kaltiana Hadi (12)
Ica Nawang (11)
Arafa Lirman Azka Faiez (8)
Anaya Zaira Azarah (5)
Muhammad Rifai (9)
Kartika Ardayanti (9)
(TribunKaltim.co/ark/edo/dha/ars)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251119_hl-koran-tribunkaltim.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.