Bocah Tenggelam di Balikpapan Utara
Ketua RT Beberkan Fakta Lumpur Hidup yang Tewaskan 6 Bocah di Balikpapan
Enam anak tewas usai tercebur ke kubangan lumpur hidup yang terbentuk akibat penggusuran dan tertutupnya aliran air di Balikpapan.
Ringkasan Berita:
- Enam anak tewas usai tercebur ke kubangan lumpur hidup yang terbentuk akibat penggusuran dan tertutupnya aliran air di lahan proyek Balikpapan Utara.
- RT dan ahli hukum menilai ada kelalaian fatal karena area galian tanpa pagar, rambu, maupun pengamanan, meski aktivitas dilakukan pengembang.
- Polisi tetap selidiki kasus sementara SinarMas Land memasang pagar seng dan menyerahkan santunan kepada keluarga korban.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Enam anak tewas setelah tercebur ke kubangan lumpur hidup di lahan proyek, Balikpapan Utara.
Ketua RT setempat menyebut kubangan itu terbentuk karena penggusuran dan penutupan aliran air alami yang membuat cekungan berubah menjadi perangkap.
Ketua RT 37 Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara, Andi Firmansyah, mengungkap fakta terbaru terkait terbentuknya kubangan besar yang menelan enam bocah beberapa hari lalu.
Ia menegaskan bahwa cekungan itu bukan terbentuk karena genangan air dalam, melainkan akibat aktivitas penggusuran lahan yang membuat tanah turun hingga belasan meter.
“Lahannya itu sebelumnya digusur sampai turun sekitar 10 meter. Setelah itu ditimbun untuk pembuatan jalan Grand City, tapi aliran air jadi tertutup. Akhirnya terbentuk kubangan-kubangan berisi lumpur hidup,” jelas Andi kepada Tribun Kaltim, Rabu (19/11).
Baca juga: Tragedi 6 Bocah Tewas di Kubangan KM 8 Balikpapan, Pakar Hukum Sebut Kelalaian Luar Biasa Grand City
Menurutnya, kedalaman air di lokasi sebenarnya hanya sekitar satu setengah meter. Namun bahaya utama bukan dari air, melainkan dari lumpur hidup yang menyeret siapa pun yang tercebur.
“Kedalamannya kurang lebih satu setengah meter, tapi isinya lumpur hidup. Itu yang membahayakan. Anak-anak bisa langsung tenggelam karena lumpurnya narik ke bawah,” ungkapnya.
Sebelum ada aktivitas pembangunan, area tersebut merupakan tanah kosong dan rawa dengan aliran air yang mengalir lancar. Setelah penimbunan untuk akses jalan dilakukan dan parit-parit kecil tertutup, genangan dangkal itu berubah menjadi cekungan lumpur dalam yang sulit dikenali sebagai titik berbahaya.
“Dulu itu rawa biasa. Tidak ada rumah warga. Alirannya lancar,” kata Andi.
Ia juga mengungkap bahwa lahan itu berada dalam kondisi sengketa sehingga pekerjaan di lokasi sempat terhenti. Meski demikian, warga selama ini mengira lahan tersebut milik Grand City karena terdapat papan kepemilikan perusahaan di lokasi.
Andi menjelaskan alasan warga tidak pernah meminta pemasangan pagar atau tanda bahaya sebelumnya.
“Dulu kubangannya tidak pernah dalam, anak-anak juga tidak pernah main ke situ. Airnya selalu jalan. Sekarang beda karena jalur air tertutup,” ujarnya.
Mayoritas warga di kawasan tersebut berprofesi sebagai petani sehingga menganggap lahan kosong itu tidak berbahaya.
Baca juga: Buntut 6 Bocah Tewas Tenggelam, Wawali Balikpapan Bagus Susetyo Minta Pengembang Pasang Pagar Duri
Laporan dari Anak
Dalam peristiwa tragis itu, seorang anak berusia sekitar lima tahun adik dari salah satu korban menjadi penolong pertama. Dialah yang memberi tahu ibunya bahwa kakaknya dan teman-temannya tenggelam.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251120_hl.jpg)