Pendidikan

Sulit Kuasai Bahasa Turki jadi Uneg-uneg Mahasiswa Beasiswa asal Kaltim

Asli yang saat ini menjabat Kepala Disdik Samarinda merupakan seorang pejabat yang sudah mendampingi para mahasiswa tersebut sejak SMA dulu.

Penulis: Doan E Pardede |
TRIBUN KALTIM/DOAN PARDEDE
Pendamping mahasiswa Kaltim di Turki yang juga Kepala Dinas Pendidikan Samarinda Asli Nuryadin memberikan penjelasan pada acara buka puasa bersama di rumah makan Saung Pasundan, Sabtu (11/7/2015) lalu. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Ajang buka puasa bersama 37 mahasiswa Kaltim di Turki, dengan mantan Kepala Bidang Pembinaan SMP dan SMA Dinas Pendidikan (Disdik) Kaltim Asli Nuryadin, di rumah makan Saung Pasundan, Jl AW Syahranie, Samarinda Ulu, Sabtu (11/7/2015), dimanfaatkan beberapa mahasiswa untuk menyampaikan uneg-uneg.

Asli yang saat ini menjabat Kepala Disdik Samarinda merupakan seorang pejabat yang sudah mendampingi para mahasiswa tersebut sejak SMA dulu.

Mahasiswa ini sebelumnya dibiayai Pemprov Kaltim sejak sekolah di sejumlah SMA Mitra Pasiad (Pacific Countries Social & Economic Solidarity Association) Indonesia, yang tersebar di tiga kota di Pulau Jawa.

Sebagian lulusan memilih kuliah di Turki. Beberapa mahasiswa dibiayai Pemerintah Turki/Pasiad dan selebihnya dibiayai Pemprov Kaltim dan orangtua masing-masing.

Baca: Tujuh Pelajar Kutim Raih Beasiswa ke Rusia

Salah satu uneg-uneg yang disampaikan terkait menurunnya perfomance prestasi setelah menjalani perkuliahan.

Salah satunya akibat sistem pendidikan yang dirasa sangat jauh berbeda dengan di Indonesia. Belum lagi semua aktivitas perkuliahan menggunakan bahasa Turki yang baru dipelajari selama 8 bulan sebelum mulai kuliah.

"Jadi karena itu perfomance nilai kita turun," kata koordinator para mahasiswa Reizky.

Salah satu contoh perbedaan, ada universitas di Turki, mahasiswa tidak memperkenankan mahasiswa naik tingkat jika IPK di bawah 2,0. Jika di bawah 2,0, semua mata kuliah harus diulang.

Bahkan ada mahasiswa asal Kaltim yang setelah 3 tahun kuliah masih tetap duduk di tingkat I karena tidak bisa mencapai 2,0. Beberapa mahasiswa memang tetap bisa naik tingkat tapi dengan IPK rendah.

Rendahnya IPK ternyata juga berdampak ketika akan menjalani magang. Rata-rata perusahaan bonafid hanya menerima mahasiswa yang dengan IPK di atas 3,00. Salah satu hal lagi yang masih menjadi tanda tanya selama ini kata dia, nasib para mahasiswa setelah lulus.

Baca: Setahun Pemkab Beri Beasiswa 10 Orang ke Yaman dan Mesir

Padahal kata Reizky, setelah lulus para mahasiswa yang rata-rata kuliah di jurusan teknik ini sangat berharap bisa kembali bekerja dan memberikan kontribusi untuk pembangunan Kaltim.

"Kita setelah lulus ini bagaimana," katanya.

Menanggapi hal tersebut, Asli Nuryadin meminta agar mahasiswa tidak mengeluh. Dari semua yang sudah dibiayai kata Asli, ada seorang mahasiswa yakni Muhammad Rasyid yang juga bisa selesai kuliah lebih cepat 1,5 tahun dan diakomodir bekerja oleh Pemprov Kaltim.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved