Polemik Transportasi Online

Sopir Angkot Protes Hadirnya Taksi Online, Setoran Nombok, Rumah Tangga Berantem

Semakin bertambahnya kendaraan pribadi, serta menjamurnya moda transportasi online berdampak merosotnya penghasilan sopir angkutan kota

Editor: Sumarsono
TRIBUN KALTIM/NALENDRO PRIAMBODO
Beberapa orang sopir angkot yang melakukan aksi tidak menerima penumpang di Terminal Batu Ampar. Aksi ini sebagai solidaritas terkait demo menolak moda angkutan berbasis online yang diselenggarakan di kantor Walikota dan DPRD Balikpapan, Rabu (11/10/2017). 

TRIBUNKALTIM.CO - Semakin bertambahnya kendaraan pribadi, serta menjamurnya moda transportasi online berdampak merosotnya penghasilan sopir angkutan kota (angkot) dan taksi konvensional. Mereka pun terkadang harus menombok uang setoran, karena pendapatan sopir menurun dratis.

MARZUKI, sopir angkot trayek 3 Terminal Batu Ampar-Pelabuhan Semayang sangat merasakan dampak keberadaan jasa transportasi online. Dua tahun terakhir, ia mengaku pendapatannya berkurang drastis.

Dalam sehari, pria yang sudah 9 tahun jadi sopir angkot ini selalu nombok uang setoran. Sehari dia harus setoran ke pemilik angkot Rp 120 ribu, ditambah biaya bensin Rp 100 ribu. Selebihnya dibawa pulang untuk kebutuhan hidup keluarganya.

"Sekarang apalagi. Sudah sulit mendapat segitu, seringnya malah nambah atau nombok," kata Bapak dua anak ini.

Baca: Fardi, Pembunuh Anak Tirinya Pasrah Divonis 20 Tahun Penjara

Terus menerus digempur kesulitan ekonomi membuat Marzuki berpikir ulang tentang masa depan kedua anak dan istrinya. Apalagi, penghasilannya sering tidak cukup untuk membeli beras dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

"Istri dan anak terpaksa saya pulangkan ke rumah orangtua di Sulawesi," kata pria yang sudah terpisah dengan keluarga sejak 1 tahun 7 bulan lalu.

Harapannya agar keluarga di kampung halaman bisa membantu menafkahi dan membiayai sekolah anaknya yang kini masuk SMP dan SMA itu.

"Sebetulnya sedih. Mau belanja ngga ada uang. Tapi mau gimana lagi. Kalau anak masih sama saya di Balikpapan sudah pasti putus sekolah," ucapnya sambil memegang setir angkot yang diparkir dekat Terminal Baru Ampar, Rabu (11/10).

Baca: Partai Hanura Gugurkan Pendaftaran Rita Widyasari

Keterbatasan kemampuan membuatnya tak punya pilihan lain selain menjadi sopir angkot. Ia bingung harus berbuat apa lagi. Harapannya tinggal kebijaksanaan pemerintah untuk memperhatikan kondisi sopir angkot yang semakin susah sekarang.

"Pengen sih cari kerjaan lain, tapi ngga punya keterampilan selain nyopir. Jadi serba salah mau gimana lagi,"tandasnya

Keluh kesah para sopir angkot dan taksi argo tercurah dalam aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Kota Balikpapan. Richard Pono, sopir angkot nomor 8 ikut dalam aksi unjuk rasa sebagai bentuk solidaritas ikut memperjuangkan aspirasi kepentingannya sebagai sopir angkot.

"Sejak kehadiran taksi online penghasilan kami sedikit. Sekarang sudah tidak bisa lagi mengajak anak dan istri belanja. Dulu masih bisa," kata pria yang biasa disapa Anton (48).

Baca: Bukan Suami, Pria Muda Ini Rangkul lalu Cium Mesra Bella Tepat di Hari Resepsinya

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved