Bisnis Hotel di Balikpapan Lesu, Pengelola: Untung Sedikit asal Tamu Datang

Melemahnya pasar hotel berbintang tiga di Kota Balikpapan sebenarnya sudah sejak lama, saat ekonomi daerah bergejolak minus.

Penulis: Budi Susilo | Editor: Sumarsono
Dok. Charleville Lodge Hotel
Ilustrasi hotel 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Melemahnya pasar hotel berbintang tiga di Kota Balikpapan sebenarnya sudah sejak lama, saat ekonomi daerah bergejolak minus. Ditambah persaingan sengit antara jasa penginapan (guest house) membuat tantangan semakin berat untuk tetap bertahan.

Seperti halnya diungkap Hosis, Asisten Manager Hotel Royal Suite Balikpapan, di tengah perekonomian sedang lesu, banyak hotel berbintang empat yang menurunkan harga pasaran hampir sama dengan penetapan tarif hotel bintang tiga. Dirinya menilai, persaingan sudah semakin ketat.

"Guest house tidak terlalu berpengaruh buat kami. Yang paling pengaruh itu di antara hotel berbintang perang harga. Satu sama lain saling memberikan harga termurah untuk menggaet pasar yang sedang sepi," ujarnya.

Baca: Bisnis Hotel dan Guest House Meningkat, Target Pajak Penginapan Dinaikkan

Sebagai contoh, konsumen jelas akan memilih hotel bintang empat di saat harga yang diterapkan sama dengan hotel bintang tiga seperti Hotel Royal Suite. Sekarang ini mencari konsumen sedikit sukar, kalau pun ada dipastikan akan menjadi rebutan banyak hotel.

Karakteristik konsumen kini pun lebih melihat efisiensi anggaran. Mencari harga yang hemat namun memiliki bobot produk yang hebat. Daya beli masyarakat belum terlalu bergairah, masih susah mencari pangsa pasar yang fantastis.

"Konsumen kami untung saja banyak juga dari kalangan pemerintah. Dapat dukungan dari gubernur, yang terkait kegiatan provinsi di Balikpapan, semestinya memakai Royal Suite," ujarnya.

Di tempat terpisah, pelaku hotel bintang empat, Yanuar Kurniawan, Eksekutif Asisten Manager Hotel Platinum Balikpapan, membenarkan jika memang sudah terjadi perang harga antara satu hotel dengan hotel lainnya. Penerapan harga di hotel bintang empat hampir serupa dengan bintang tiga.

"Sudah lama terjadinya perang harga. Bukan isu yang baru lagi. Memang benar-benar terjadi di lapangan demi menggaet pasar yang sekarang kami anggap sedikit susah," ujarnya.

Baca: Bertahan di Tengah Menjamurnya Bisnis Guest House, Hotel Non Bintang Banting Harga

Namun perang harga itu terjadi hanya produk untuk kamar penginapan. Harga hotel bintang empat yang diterapkan bisa hampir serupa dengan yang kelas hotel bintang di bawahnya.

Bicara soal harga, sekarang ini tiap-tiap hotel memberlakukan secara fleksibel. Pola pikir hotel zaman sekarang ini lebih baik mendapatkan tamu daripada tidak sama sekali. Situasi sulit tetap bertahan dan mendapat tamu.

"Yang biasa langganan di tempat kami saja bisa kami kasih harga diskon 35 persen sampai 50 persen. Kami berpikir lebih baik untuk sedikit tapi masih bisa untung, hotel bisa bertahan, masih bisa beroperasional," ujarnya.

Dia menegaskan, harga fleksibel biasanya diterapkan kepada produk-produk barang mati, seperti di antaranya ruang kamar tidur. Sementara harga yang tidak bisa dinegosiasikan masuk kategori produk olahan seperti di antaranya makanan dan minuman.

Baca: Asman Abnur Prioritaskan Lulusan Pelayaran, Transportasi Darat dan Akutansi

"Kalau makanan kami tidak bisa. Aturan hotel bintang empat harus berstandar di atas bintang tiga. Tidak mungkin jenis makanan disesuaikan ke standar yang lebih di bawah. Kami harus lebih berkelas," katanya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved