Produksi Batu Bara Kalori Tinggi Digenjot, Tren Harga Dinilai Lebih Stabil
Harga jual batu bara berkalori tinggi masih menarik bagi produsen batu bara, tak sedikit yang mengerek produksi batu bara kalori tinggi
TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Harga jual batu bara berkalori tinggi masih menarik bagi produsen batu bara, tak sedikit dari mereka yang mengerek produksi batu bara kalori tinggi pada tahun ini. Kini tren harga batu bara acuan (HBA) terus turun dalam enam bulan terakhir.
Mengawali tahun 2019, harga batu bara acuan (HBA) turun tipis menjadi US$ 92,41 per ton ketimbang HBA pada Desember 2018 yang dipatok sebesar US$ 92,51 per ton, harga batu bara berkalori tinggi dinilai lebih stabil ketimbang batu bara yang memiliki kalori rendah.
Salah satu produsen yang memproduksi batu bara berkalori tinggi adalah PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk. Emiten berkode saham BOSS ini merupakan produsen batu bara yang memiliki kalori rata-rata sebesar 6.400kcal/kg dengan kandungan belerang 0,3% dan kandungan abu yang sangat rendah yaitu 3%.
Baca: Teknik Packing hingga Gabung Milis, Ini Tips dan Trik untuk Hemat Biaya Bagasi Saat Traveling
Direktur Keuangan BOSS Widodo Nurly Sumady mengatakan bahwa kinerja keuangan mereka tak begitu terpengaruh dengan adanya penurunan harga batu bara beberapa bulan terakhir ini. Tahun ini mereka menggenjot produksi batu bara hingga sebanyak 800.000 metrik ton ketimbang realisasi pada tahun lalu sebesar 220.000 metrik ton.
BOSS memiliki dua tambang yang sudah beroperasi, mereka bisa saja menggarap konsesi dengan batu bara berkalori di bawah 5.000 kcal/kg. Namun, melihat adanya tren penurunan harga batu bara sekarang ini mereka lebih fokus untuk memproduksi batu bara berkalori tinggi.
"Kami ada tambang yang kalorinya di bawah 5.000 kcal/kg, tapi sekarang fokus ke kalori tinggi dulu, mungkin baru produksi dua hingga tiga tahun lagi," katanya, pekan lalu.
Baca: Keputusan Adendum Proyek Merupakan Opsi Terakhir
Selain BOSS, PT Bukit Asam Tbk juga meningkatkan produksi kalori tinggi. Emiten yang memiliki sandi PTBA ini menargetkan produksi batu bara high calorie value (cv) atawa kalori tinggi sebesar 5 juta ton untuk 2019 naik 233,34% ketimbang target pada tahun lalu sebesar 1,5 juta ton. BOSS menjajakkan batu bara berkalori tinggi ini paling banyak ke Jepang, selain itu mereka juga mengincar negara Taiwan dan Filipina.
Sekretaris PTBA, Seherman bilang produksi batu bara berkalori tinggi mereka sempat mandek pada 2017 hingga 2018. Oleh karena itu mereka bakal menggalakkan kembali produksi batu bara berkalori tinggi ini.
Dileep Srivastava, Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berujar melalui anak usaha PT Arutmin Indonesia mereka membidik batu bara kalori tinggi sebesar 9 juta ton, ketimbang tahun lalu sebesar 5 juta ton. Selain Arutmin, anak usaha lainnya PT Kaltim Prima Coal juga memproduksi batu bara kalori tinggi.
Dileep menambahkan total produksi selama tahun lalu mencapai 85 juta ton hingga 86 juta ton. "Produksi untuk kalori tinggi sekitar 35% hingga 40% dari total produksi tahun lalu," katanya pada Kontan.co.id, Jumat (25/1).
Dengan memperbesar produksi kalori tinggi, hal ini dinilai sebagai salah satu strategi saat adanya penurunan batu bara. Dileep mengungkapkan harga rata-rata untuk batu bara yang memiliki kalori sekitar 6322 kcal/kg sekitar US$ 104 per ton.
Baca: Gara-gara Wawancarai Pria Gay, Penyiar Televisi di Mesir Ini Dihukum Penjara
"Tujuannya memasok batu bara dengan kualitas tinggi untuk dipasarkan ke ekspor dengan harga sekitar US$ 100 per ton," imbunya. (ktn)