Maret Masih Deflasi, Ada Potensi Inflasi Akibat Kenaikan Harga Daging Ayam Ras dan Jelang Ramadan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim mencatat, penyebab deflasi masih sama. Yakni penurunan harga pada kelompok bahan makanan.

Penulis: Rafan Dwinanto |
Tribunkaltim.co/ Nevrianto
Pedagang melayani pembeli daging ayam di Pasar Segiri Samarinda Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu, (22/6/2016) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Trend deflasi di Kaltim terus berlanjut.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat, Maret ini Kaltim mengalami deflasi -0,18 persen.

Sebelumnya, Februari lalu, Kaltim juga mengalami deflasi sebesar -0,01 persen.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim mencatat, penyebab deflasi masih sama. Yakni penurunan harga pada kelompok bahan makanan.

"Bahan makanan menjadi kelompok dengan tingkat deflasi terbesar yaitu -1,27% persen (month to month/mtm), diikuti dengan kesehatan -0,22 persen (mtm), dan transportasi sebesar -0,19 persen (mtm). Namun demikian, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,31 persen (mtm)," kata Kepala BI Kaltim, Muhamad Nur, Selasa (2/4/2019).

Soal Dugaan Jaringan Narkoba Dari Balik Penjara, Kalapas Bontang Beri Pengakuan 

Emosi Dimiutasi dari Kapolsek, Polisi Ini Lalu Cabut Pernyataan Diperintah Dukung Jokowi

Pencairan Kenaikan Gaji PNS Tinggal Tunggu PMK, Tapi Belum Pasti Rapel 4 Bulan atau Hanya April

Berdasarkan kota pembentuknya, Kota Samarinda tercatat mengalami deflasi sebesar -0,11 persen (mtm). Sedangkan Kota Balikpapan deflasi sebesar -0,28 persen (mtm). Adapun di tingkat nasional, inflasi tercatat sebesar 0,11 persen (mtm).

Nur menjelaskan, deflasi kelompok makanan masih bersumber dari harga daging ayam ras dan telur ayam ras yang masih menunjukkan penurunan harga.

Masing-masing sebesar -8,50 persen (mtm) dan -10,33 persen (mtm). Pada Maret 2019, jagung sebagai pakan ternak ayam sedang berada dalam puncak musim panen. Sehingga harga pakan menjadi lebih murah.

"Dampaknya, Harga Pokok Penjulan (HPP) ayam dan telur ayam ras menjadi lebih rendah dibandingkan periode-periode sebelumnya," katanya lagi.

Selain bahan makanan, kata Nur, kelompok transportasi juga turut mengalami deflasi karena penurunan harga tarif angkutan udara yang pada Maret 2019.

Meski demikian, pada April 2019 diperkirakan tekanan inflasi Kaltim akan mengalami peningkatan, kendati belum signifikan.

Kondisi ini diprediksi bersumber dari berakhirnya panen jagung pipilan di daerah sentra. Sehingga berisiko mendorong harga daging ayam ras dan telur ayam ras, naik lagi.

"Selain itu, harga barang-barang lainnya juga berisiko meningkat sejalan dengan siklus peningkatan permintaan menjelang Ramadhan," urai Nur.

Nur menuturkan, Kantor Bank Indonesia Kaltim dan segenap stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID senantiasa memantau perkembangan pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum baik domestik maupun eksternal.

Sejumlah kegiatan telah dilakukan guna mengantispasi kenaikan harga yang berkelanjutan. Contohnya operasi pasar maupun inspeksi mendadak ke pasar tradisional maupun modern serta memantau ketersediaan stok di pasar induk dan distributor utama.

"Hal tersebut dimaksudkan untuk memantau pergerakan harga secara langsung dan memastikan ketersediaan stok di masyarakat.Bank Indonesia secara konsisten akan terus melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi Kaltim terkini guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 3,5+1 persen (yoy)," tuturnya. (*) 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved