Pengamat: Duet Kalla-Jokowi Pecah Jika Rizal Ramli tak Dicopot

"JK mengancam (ke Jokowi), kalau Pak Rizal ini tidak dipecat, dia mau bercerai (mundur)," ujar pengamat politik Tjipta Lesmana.

(Tribunnews.com/Biro Pers Setneg)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana, serta Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Mufidah, istrinya, khidmat mengikuti upacara penurunan bendera HUT ke-70 Kemerdekaan RI di Istana Negara, Senin (17/8/2015). (Tribunnews.com/Biro Pers Setneg) 

Dan selama itu pun, Rizal Ramli kontak-kontak dengan seorang kepercayaan SBY, calon menteri juga, dalam hal menyusun menteri. Sang menteri terus memberi tahu menit ke menit mengenai perkembangan dan posisi Rizal Ramli yang berubah-ubah.

Selain Ditolak Jusuf Kalla, Rizal Ramli Mulai Kesal

"Jadi sekitar 45 menit sebelum pengumuman, Jusuf Kalla menelepon Pak Rizal Ramli. Konon saat itu, cerita pak Riza, Pak Jusuf Kalla menelepon tapi HP-nya dibuka, pakai speaker sehingga didengar beberapa calon menteri, beramai-ramai. Saat itu juga Pak Rizal merasa dipermainkan, dan menolak tawaran Menteri BUMN. 'Saya bukan mencari kerjaan, saya menolak'," kata Abdul Roachim, menirukan cerita Rizal Ramli.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui adanya dinamika dalam penyusunan kabinet era pemerintahannya bersama Presiden Joko Widodo. Dan dinamika ini sama dengan ketika dia menyusun formasi menteri bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tahun 2004.

Bahkan, pada 10 tahun lalu, ada nama menteri yang diganti setengah jam sebelum pengumuman.

"Sama, 2004 juga sama. Itu 2004, setengah jam sebelum pengumuman, itu masih ganti karena ada yang tidak cocok. Jadi, sama saja," kata JK, saat wawancara dalam acara Mata Najwa yang disiarkan Metro TV, Rabu (22/10/2014) malam.

Ia mengatakan, penyusunan kabinet masih bisa berubah pada detik-detik terakhir karena ada informasi atau data yang belakangan masuk menjadi pertimbangan.

"Data belakangan, ini lebih baik dari ini, enggak cocok, tentu kita sesuaikan. "Jadi, bukan alot, tapi menyusun kabinet mempertimbangkan banyak hal," kata JK.

Ia mengatakan, sebelum kabinet terbentuk, kredibilitas dan integritas calon menteri harus diperiksa. JK bersama Presiden Joko Widodo juga harus menyeimbangkan jumlah menteri dari partai politik dan non-partai politik seperti yang sudah disepakati sebelumnya.

Selain itu, perancangan kabinet juga harus mempertimbangkan keseimbangan suku, agama, hingga jender.

"Semuanya diharmonisasikan, tapi yang paling pokok dan tidak bisa kurang adalah kemampuan dan pengalamannya," ujar JK.

Terkait pengakuan Abdul Roachim tentang adanya tarik-menarik kepentingan antara dia dengan SBY dalam menentukan calon menteri sehingga Rizal Ramli terlempar dari kabinet Indonesia Bersatu Jilid I, sejauh ini belum ada konfirmasi dari JK.

Mengenai molornya Jokowi mengumumkan menteri, Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) buan karena dia berbeda pendapat. Mantan Keetua Umum Golkar ini mengaku tidak punya kemampuan untuk menolak nama-nama calon menteri yang diajukan ke Joko Widodo (Jokowi) - JK.

"Yang tentukan setuju tidak setuju kan Pak Jokowi, bukan saya," kata JK, kepada wartawan di kantor Wakil Presiden, Jalan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat. JK mengatakan hak prerogatif soal menteri dan kabinet, adalah milik Presiden RI, Jokowi.

Wartawan Tribun yang ngepos di Istana Wakil Presiden, sejak Selasa pagi, berusaha mengonfirmasi kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla, namun tidak berhasil.

Kamis petang hingga malam, wartawan menunggu di kediaman JK juga tidak berhasil. Malam itu, JK dikabarkan akan berjumpa dengan ketua umum satu partai politik, namun ternyata pertemuan di kediaman Wapres batal. (tribunnews/rek/eri/mal)

***

UPDATE berita eksklusif, terbaru, unik dan menarik dari Kalimantan. Cukup likes fan page  fb TribunKaltim.co  atau follow twitter  @tribunkaltim 


Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved