Pembantaian Beruang Madu
Tiga Pria Selfie Sambil Membelah Perut Beruang Madu, Satwa Langka
"Ini foto sudah disebar di busam lho... hari-hari bisa ketangkap yang posting foto ini," tulis Angela, Kamis (24/9/2015) larut malam.
Masih menurut data identitas Ronal pada Facebook, Ronal tinggal di Tengggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Dia mengaku pernah kuliah di Universitas Kutai Kartanegara, dan bekerja pada Kantor Dinas Kependudukan dan Capil. Saat ditelusuri lembaga tempatnya bekerja, tidak ada keterangan lebih jelas di Pemerintah Daerah mana.
BACA JUGA: Keluarga Ini Mengadopsi Bayi Beruang karena Induknya Dibunuh
Banyak ferbooker merespons postingan Ronal. Sebanyak 434 orang berbagi (nge-share), empat orang berkomentar dan empat orang lainnya menyukai.
Selain Angela, ada juga komentar lainnya. Puput Oii Oii misalnya bertanya, "Binatang apa itu?"
Deflandre Saka menjawab, "Saudara x bearnate."
Puput Oii Oii kemudian menimpali, "oh"
Satwa Langka yang Dilindungi
BACA JUGA: Kasihan, Beruang Madu Dipukuli Hingga Buta, Kuku dan Taring Dicabuti
Pengelola Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) atau yang dikenal sebagai Pusat Beruang Madu, menjelaskan beruang madu telah dinyatakan dilindungi oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 1973. Dinyatakan haram untuk memperdagangkan atau memiliki beruang madu dan bagian-bagian tubuhnya.
Beruang Madu adalah jenis beruang terkecil di dunia dan yang sedikit dipelajari dibandingkan jenis beruang-beruang lain.
Beruang madu, dilansir dari situs (KWPLH) beruangmadu.org, tinggal di hutan tropis dataran rendah Asia Tenggara, rentang wilayah sebaran dari wilayah barat India, Bangladesh, Burma, Laos, Thailand, Cambodia, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, populasi Beruang Madu ditemukan di Pulau Kalimantan dan Sumatera.
Di semua rentang wilayah sebaran, beruang madu tengah terancam penghancuran habitat dengan skala besar, kebakaran hutan, perburuan untuk kantung kemih dan bagian-bagian tubuh, dan perdagangan hewan.
Ancaman utama bagi populasi beruang liar di Indonesia adalah kehilangan habitat. Ini turut memicu meningkatnya konflik antara manusia dan beruang, sebagaimana beruang menjadi terdesak keluar dari habitat alami dan adakalanya memasuki perkebunan dan memakan umbut tanaman.
Pada tahun 2002, beruang madu diperkenalkan sebagai maskot dari Balikpapan, dorongan dari sebuah proyek penelitian yang pertama kali dilakukan pada beruang madu di Hutan Lindung Sungai Wain yang terletak di perbatasan kota Balikpapan.
Sejak tahun 2004, Pemerintah Kota telah berkolaborasi dengan lembaga donor swasta dan ahli-ahli margasatwa untuk membangun pusat pendidikan beruang madu, bagian intinya adalah sebuah enklosur alami seluas 1,3 hektar yang ditempati 7 ekor beruang madu yang sudah tidak dapat dilepasliarkan lagi ke alam.