Berita Eksklusif
Hebat, Banyak Anak Transmigran Berhasil Jadi Camat dan Akabri
"Banyak anak transmigran yang berhasil menjadi camat, lurah dan lulusan Akabri," Sunardi Sovyan Ali, seorang transmigran sukses," ujar Sunardi.
Penulis: Rahmad Taufik |
2. Fatimah Hanafi: Awalnya Serba Tidak Enak
Fatimah Hanafi (75), warga desa Gunung Putih, Kecamatan Tanjung Palas, Bulungan, Kalimantan Utara. Ibu tujuh anak ini seorang transmigran sukses, yang berhasil menguliahkan tiga anak hingga jadi sarjana. (TRIBUNKALTIM.CO/MUHAMMAD ARFAN)
Adapun Fatimah ikut program transmirgasi tahun 1976. Ia hijrah dari Lumajang, Jawa Timur ke Bulungan, Kaltara. Bersama Hanafi, suaminya, Fatimah juga memboyong 7 orang buah hati mereka.
“Yang punya ide, suami saya. Saya awalnya menolak. Karena saya pikir, kita kerja apa di sana, bagaimana sekolah anak-anak,” tutur nenek kelahiran, 22 Februari 1940 itu.
BACA JUGA: Lima Tahun, Empat Juta Orang Bakal Ditransmigrasikan
Singkat cerita, Fatimah bersama sang suami beserta 7 buah hatinya melewati masa-masa sulit menjadi transmigran.
“Pokoknya, awalnya tidak enak. Rasanya mau pulang. Dulu belum banyak jalan yang terbuka, jadi kalau mau antar anak sekolah, saya harus lewati batang-batang (hutan),” kenangnya.
Fatimah aktif bertani. Sementara Hanafi mengajar di salah satu SD Muhammadiyah di Tanjung Palas.“Suami ngajar, sebagai guru honorer di situ. Anak-anak garap kebun kalau pulang sekolah,” katanya.
Dalam perjalannya, dari 7 buah hatinya, tiga berhasil lulus sarjana.
“Saya sudah sangat senang melihat anak saya seperti itu. Saya sama bapaknya dulu memang tekankan kepada anak untuk bisa kerja keras, kemudian belajar sungguh-sungguh dan taat beribadah. Itu kuncinya,” tambahnya.