Berita Eksklusif
Ikon Kota yang Pernah Raih Aga Khan Award Ini Pamornya Mulai Pudar
Suasana pusat pertokoan dan seni budaya yang menjadi ikon Kota Samarinda, Citra Niaga, Selasa (2/2/2016) kemarin tampak sepi.
Penulis: tribunkaltim |
Keberhasilannya itu, diganjar berbagai penghargaan dan dijadikan proyek percontohan tingkat nasional maupun dunia.
Kisah di balik Waris sang Pelaksana Tugas Walikota Samarinda berhasil membangun Citra Niaga tanpa menggunakan APBD.
Waris sebelumnya menjabat Sekretaris Daerah. Ia dipercaya Gubernur Suwandi sebagai Plt Walikota Samarinda menggaantikan Letkol Iswanto Ruhimyang meninggal setelah menjabat Walikota Samarinda selama 27 hari saja.
"Gubernur Suwandi tantang saya. Dia bilang, Waris kamu bisa bersihkan itu (Taman Hiburan Gelora) aset," kata Waris menirukan ucapan sang Gubernur. Saat itu, pesan Gubernur, asal jangan usir pedagang kaki lima.
Baca: Hayatun Inginkan Kompleks Pertokoan Citra Niaga Rapi
Tantangan untuk memperbaiki THG dilakukan sungguh-sungguh. "Tidak datang dua kali. Ini sebagai buah tangan saat saya jadi pelaksana tugas. Lalu saya bentuk tim namanya Tim Task Force. Dan Citra Niaga dibangun tanpa pakai dana APBD," tuturnya.
Pembangunan Citra Niaga dilarang Mendagri saat itu Rudini. Karena, aset itu tidak masuk Dinas Pasar.
"Akhirnya anak gubernur yang beri modal, Didi Suwandi. Biayanya Rp 5 miliar. Saya dikasih 10 persen (Rp 500 juta). Tapi fee itu, saya kasih tahu ke tim. Dan itu saya gunakan untuk bangun 274 petak untuk pedagang kaki lima. Mungkin kalau saya ambil yang Rp 500 miliar, saya tidak mungkin keliling dunia," kata Waris.
Pembangunan Citra Niaga memang memiliki konsep yang beda dengan kawasan lainnya di dunia. Citra Niaga mengusung konsep sarang laba-laba.
"Mau belanja di toko elektrik ada parkiran. Mau belanja suvenir ada parkiran. Yang desain atau merancang, arsiteknya orang Hawai keturunan China. Namanya Antonio Ismail," kenang Waris.
Citra Niaga yang pernah menjadi ikon Kota Samarinda diharapkan Waris sebagai tempat wajib bagi para tamu.
"Saya berharap minimal ada perhatian. Pernah saat jayanya, tamu yang Dipertuan (Raja) Negeri Sabah Sakaran Dandai pernah makaan gado-gado di Citra Niaga. Itu jaman pak Gubernur Ardan. Artinya, setiap ada pejabat datang, bawa ke sana. Jadi kalau belum ke Citra Niaga, datang ke Samarinda gak sah/afdol," pungkasnya. (*)