Milisi Abu Sayyaf
Hari Ini, 8 April, Batas Akhir dari Abu Sayyaf: Tebus Rp 14,3 Miliar atau 10 WNI Sandera Dibunuh
Hari ini, Jumat (8/4/2016) batas terakhir kesempatan dari militan Abu Sayyaf untuk 10 WNI yang disandera. Tebus Rp 14,3 miliar atau sandera dibunuh
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengatakan, perusahaan pemilik kapal tunda Brahmana 12 akan memenuhi uang tebusan kepada kelompok Abu Sayyaf.
(TRIBUNMANADO/ALPEN MARTINUS)- Istri CO kapal Brahma 12 Julian Philip yang disandera di Filipina berdoa untuk keselamatan suaminya.
BACA JUGA: Netizen: Kalau Militer Filipina Tak Mampu Basmi Teroris Abu Sayyaf, Biarkan TNI Menumpasnya
"Perusahaannya sudah siap bayar," ujar Luhut di kantornya, Senin (4/4/2016).
Penyanderaan 10 warga negara Indonesia berawal ketika kapal tunda (tugboat) Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 membawa 7.000 ton batubara dari Sungai Puting di Kalimantan Selatan menuju Batangas di kawasan Filipina Selatan.
Kapal tersebut kemudian dicegat dari sebelah kanan oleh kelompok bersenjata tidak dikenal. Belum diketahui secara pasti kapan kapal itu dibajak. Mereka pun dibawa ke Filipina.
Perusahaan pemilik kapal baru mengetahui terjadinya pembajakan pada 26 Maret 2016 saat menerima telepon dari pelaku yang mengaku sebagai bagian dari kelompok Abu Sayyaf.
BACA JUGA: Bebaskan WNI yang Disandera, Presiden Masih Utamakan Dialog
Menlu menjelaskan, saat ini kapal Brahma 12 sudah dilepas dan berada di otoritas Filipina, sedangkan kapal Anan 12 beserta 10 awak masih dibajak dan belum diketahui posisinya.
Kelompok Abu Sayyaf pun sudah menghubungi perusahaan pemilik kapal sebanyak dua kali sejak 26 Maret 2016. Dalam komunikasi tersebut, penyandera meminta tebusan sebesar 50 juta peso.
Kelompok militan di selatan Filipina. (Picture-Alliance/dpa/L Castillo)
Inilah Beberapa Bukti Sadistis Kelompok Abu Sayyaf: Kepala di Penggal
12 Agustus 2015: Kepala Desa Rodolfo Boligao Dieksekusi
Rodolfo Boligao seorang kepada desa di Filipina yang disandera militan Abu Sayyaf sejak Mei 2015. Tiga bulan kemudian, Rodlfe dieksekuti mati, dengan cara leher digorok sehingga kepala terpisah, terpotong dari badan.
Jenazah Boligao dalam kondisi terborgol ditemukan pada Selasa (11/8/2015) malam. Kepalanya tergeletak di sisi badannya, kata Kepala Inspektur Walter Anayo, kepala polisi kota Maimbung, lokasi jenazah ditemukan. Anayo mengatakan, sepotong kertas bertulis nama korban ditempatkan di atas jenazah itu.
"Tampaknya dia dipenggal di sana di jalanan," kata Senior Superintendent Mario Buyuccan, kepala polisi provinsi itu kepada AFP. "Jenazah tersebut dengan sengaja ditinggalkan di tengah jalan agar orang bisa menemukannya," katanya.
Kaum militan Abu Sayyaf menangkap Boligao bersama dengan dua anggota penjaga pantai dari kota pelabuhan Dapitan, sekitar 250 kilometer dari Jolo, pada Mei dan menuntut sejumlah uang tebusan. Pemerintah menolak permintaan tebusan dan nasib kedua anggota penjaga pantai itu tidak diketahui.
9 November 2015: Bernard Then
Milisi Abu Sayyaf di pulau Jolo, Filipina selatan (AP)
Empat anggota Abu Sayyaf menculik dua orang dari sebuah restoran di Sandakan, Sabah. Keduanya dibawa ke Parang, Sulu.