Milisi Abu Sayyaf
Cemas Pikirkan Nasib Suami Disandera Abu Sayyaf, Sa’diah Sakit
Penculik, yang diduga anggota kelompok Abu Sayyaf dari Filipina selatan, memberi batas waktu hingga Jumat (8/4/2016).
Charlos Barahama (64) dan Sopitje Salemburung (60) juga berharap perusahaan dan pemerintah bisa menyelamatkan putra mereka, Peter Tonsen Barahama, nakhoda Brahma 12.
Baca: Wapres Tidak Minat Tawaran Mantan Napi Terorisme Umar Patek Bantu Bebaskan 10 WNI Tersandera
"Harapan kami agar perusahaan tetap berusaha memenuhi apa yang diminta penyandera. Kami juga berharap pemerintah dapat membebaskan anak kami," ujar Sopitje, kemarin.
Mereka juga terus berdoa. Apalagi setelah mendengar penculik berencana mengeksekusi tiga sanderanya.
Mereka adalah dua warga Kanada yakni John Ridsdel dan Robert Hall, serta seorang warga Norwegia yakni Kjartan Sekkingstad.
Selain 10 warga Indonesia, penculik menyandera sejumlah warga negara lain. Dua lainnya adalah warga Belanda dan Norwegia.
Dalam sebuah rekaman yang dipublikasikan pada Maret 2016, ketiga sandera itu memohon kepada pemerintahnya agar membayar uang tebusan.
Jika tidak maka Jumat, 8 April 2016, mereka akan dieksekusi. Belum diketahui apakah ancaman tersebut terjadi atau tidak.
Juru bicara angkatan bersenjata Filipina, Brigjen Restituto Padilla, Rabu lalu mengatakan sandera tersebut belum termasuk empat warga Malaysia, yang diculik pada di pantai timur Sabah pada 1 April 2016.
Presiden Joko Widodo mengatakan, pemerintah terus melakukan komunikasi dengan Filipina terkait upaya pembebasan 10 warga Indonesia.
"Terus dilakukan komunikasi, diplomasi antarnegara dan komunikasi dengan yang menyandera," kata Presiden Joko Widodo.
Meski sudah melakukan komunikasi, Jokowi enggan membeberkan perkembangannya.
"Kita tidak bisa membuka apa yang kita lakukan karena ini masih dalam proses-proses semuanya," tuturnya.
Mengenai kondisi sandera, Jokowi pun enggan membeberkannya.
"Tidak bisa saya sampaikan," kata Jokowi.