Kecamatan tak Punya Sanggar Tari, Penari Pasrah hanya Dapat Tampil di Tingkat Kampung
Saat ini di Sekatak, kata pelajar yang bercita-cita jadi bidan ini, belum ada sanggar khusus yang menaungi para penari.
Penulis: Doan E Pardede | Editor: Amalia Husnul A
Laporan wartawan TribunKaltim.co, Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR – Latihan menari, menjadi salah satu aktivitas rutin yang dijalani Muzdalifah, sejak mulai menempuh pendidikan di SMA 1 Sekatak, Kabupaten Bulungan.
Dalam sehari, dara kelahiran Kotaraja 1 April 1998 ini berlatih minimal dua jam bersama sejumlah rekan.
Bahkan jika ada acara penting yang mengundang pejabat dari luar Kecamatan Sekatak, tak jarang dia dan rekan-rekan harus menambah jam latihan.
“Bisa dua hari sebelum acara itu latihan terus,” kata anak dari pasangan Tapari dan Siti, ketika ditemui TribunKaltim.co dalam sebuah acara di Kecamatan Sekatak, Selasa (10/5/2016)
BACA JUGA: Jadi Desa Wisata, Penari Ini Berharap Bisa Lebih Maju
Untuk jenis tarian, selain tergantung acara, sudah ada beberapa tarian yang memang wajib dikuasai. Mulai dari tarian khas Suku Dayak, Bulungan dan tarian Suku Tidung.
Saat ini di Sekatak, kata pelajar yang bercita-cita jadi bidan ini, belum ada sanggar khusus yang menaungi para penari.
Imbasnya, menjadi penari masih hanya sekadar untuk bisa menyalurkan hobi dan tidak bisa berharap lebih.
Dia berharap, kedepannya penari-penari di Sekatak ini bisa lebih terorganisir dengan baik.
Bisa berupa pendirian sanggar tari atau kesenian, seperti yang sudah di daerah-daerah lainnya.
BACA JUGA: Tanpa Sengaja, Celana Pendek Wanita Penari Ini Terbakar di Bagian Selangkangan
Jika kualitas para penari menjadi lebih baik kata dia, maka peluang untuk bisa tampil di even-even penting di dalam dan luar daerah juga semakin terbuka lebar.
“Ya sekarang, kalau tampil di sini-sini saja,” katanya.
Untuk Kecamatan Sekatak, dia juga berharap bisa semakin maju ke depannya. Khususnya dalam hal akses internet.