Opini

Duh. . . Pokemon Go Jadi Fenomena, Yuk Cerdas Menyikapinya

Misalnya pengguna mengalami cedera tubuh ringan sampai parah karena tak memperhatikan lingkungan sekitar saat memainkan Pokemon Go.

Editor: Amalia Husnul A
tribunkaltim.co/Nevrianto Hardi Prasetyo
Bermain Pokemon Go dengan telepon seluler. 

Hal-hal demikian banyak kita temui di kalangan masyarakat sekarang ini. Terutamanya remaja. Ketika seseorang telah candu pada sebuah permainan, ia bahkan mampu mengacuhkan lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Misalnya saja pada fenomena Pokemon Go saat ini. Ada yang iseng sambil mengendarai kendaraan bermotor, jalan di pantai, bahkan keliling komplek rumahnya hanya untuk menangkap karakter Pokemon.

Efek dari candu Pokemon Go itu dalam beberapa kasus menimbulkan kabar buruk. Insiden terjadi akibat keasyikan terpaku pada game tersebut.


Dalam gathering Pokemon Go, polisi menyampaikan pesan- pesan agar tidak melupakan kewajiban dan keselamatan saat memainkan game ini. (tribunkaltim.co/azhar sriyono)

Misalnya pengguna mengalami cedera tubuh ringan sampai parah karena tak memperhatikan lingkungan sekitar saat memainkan Pokemon Go.

Insiden itu dialami salah satu pengguna di Amerika Serikat, yang harus dilarikan ke UGD karena mengalami retak tulang metatarsal pada kakinya, akibat asyik bermain Pokemon Go dan harus istirahat selama 6-8 pekan untuk pemulihan.

Sementara pengguna Pokemon Go asal Indonesia, Eko Wijaya mengaku karena keasyikan bermain Pokemon Go, dia nyaris tertabrak motor di parkiran mall.

Atau bahkan tempat2 ibadah yang ramai didatangi hanya untuk mencari Pokemon baru.

Hakekatnya bermain game itu hal yang diperbolehkan. Namun masyarakat harus cermat dalam menanggapi berbagai hal. Termasuk permainan.

BACA JUGA: Mengapa Usai Lakukan Perbaikan, Kabel Dililitkan di Pagar Rumah?

Karena ketika masyarakat salah dalam menggunakan sesuatu, maka dampaknya akan dirasakan masyarakat luas bahkan dunia. Masyarakat juga harus kritis dalam melihat perkembangan zaman. Halnya dengan Pokemon Go saat ini.

Di sistem kapitalisme seperti sekarang, banyak perusahaan atau para pemilik modal yang hanya mementingkan keuntungan dari perusahaannya saja tanpa memperhatikan faedah yang bisa diperoleh dari apa yang mereka sodorkan pada masyarakat.

Pelaku industri hanya berorientasi keuntungan sebanyak-banyaknya bahkan dengan menjadikan masyarakat sebagai tumbal tanpa perduli kerugian dan kerusakan yang harus di tanggung masyarakat.

Fenomena Pokemon Go ini misalnya. Dikutip dari The Verge, pada 1998 sampai 2001, waralaba Pokemon tumbuh kian cepat dan telah menjadi fenomena global.

BACA JUGA: Mohon Penjelasannya, Pembagian Air Gratis atau Bayar?

Pada ulang tahunnya yang ke-15, Pokemon telah memiliki lebih dari 19 game dan total ada 649 karakter Pokemon yang telah muncul.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Mengapa Rakyat Mudah Marah?

 

Lonjakan PBB dan Judul Clickbait

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved