Dibahas hingga di Luar Negeri, Guru Besar Ini Sebut Tiga Kejanggalan Kata Pribumi Anies Baswedan

Pernyataan itu tidak memperhatikan jasa kelompok seperti Tionghoa Muslim di Indonesia." kata Coppel. Anies sendiri bukanlah pribumi

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan pidato politiknya di halaman Balaikota DKI Jakarta, Senin (16/10/2017). Dalam Pidatonya gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta meminta kepada seluruh warga DKI untuk bersama membangun kota Jakarta yang lebih baik.(ANTARA FOTO/RIVAN AWAL LINGGA) 

Namun, Ahok harus menjalani hukuman penjara karena kasus penistaan agama. Hal ini menurut Coppel menjungkirbalikkan perkiraan sebelumnya.

"Apakah kekalahan Ahok disebabkan karena faktor etnis sebagai warga Tionghoa Indonesia?" tanya Coppel.

"Ahok kalah bukan karena etnisnya, namun ada hubungannya dengan masalah agama." kata Coppel.

Ia menjelaskan, dari beberapa survei yang dilakukan sebelum pilkada, walau warga puas dengan kepemimpinan Ahok, namun mereka tidak akan memilihnya lagi sebagai gubernur karena agama yang tidak sama.

Salah anggapan soal penduduk Tionghoa Indonesia

Coppel membeberkan beberapa hal yang selama ini dianggap sebagai sebuah 'kebenaran' soal warga Tionghoa Indonesia, meski dalam kenyataannya sangatlah berbeda.

Hal pertama adalah dalam jumlah.

"Sensus di tahun 2000 dan 2010 mengatakan bahwa jumlah penduduk Tionghoa Indonesia sekitar dua koma sekian persen."

"Padahal dalam perkiraan banyak orang jumlahnya jauh di atas angka tersebut," kata dia.

Menurut dia, banyak orang masih tidak percaya ketika angka tersebut muncul di tahun 2000, karena sensus dilakukan tidak lama setelah Peristiwa Kerusuhan di tahun 1998.

Sehingga, diperkirakan banyak warga Tionghoa Indonesia tidak mau mengungkapkan etnisitas mereka, karena masih mengalami trauma kerusuhan.

"Namun di sensus 2010, di mana hal-hal berkenaan dengan Tionghoa Indonesia sudah jauh lebih terbuka, antara lain dengan diakuinya Konghucu sebagai agama, diperbolehkannya perayaan Tahun Baru Imlek, dan tarian Barongsai, angkanya tetap sama."

Ketika warga diminta menentukan etnisnya, hanya ada satu pilihan yang tersedia. Sehingga, kemungkinan mereka akan memilih 'etnis yang lain', bila di keluarga mereka terdapat perkawinan campur.

Di masa depan, Coppel mengatakan, bila sensus menyediakan beberapa pilihan etnis, maka diperkirakan situasinya akan berbeda.

Dalam soal agama yang dipeluk oleh warga Tionghoa Indonesia, Coppel menggunakan data sensus juga menunjukkan warga Tionghoa memeluk berbagai agama yang berbeda.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved