Inilah Penampilan Suku Dayak Benuaq, dari Kalung Jimat Sampai Keanggunan Puan

Mereka orang Dayak Benuaq mengenakan busana ciri khasnya, yang menonjolkan warna coklat kayu.

Penulis: Budi Susilo |
TRIBUN KALTIM/BUDI SUSILO
Gaya penampilan busana yang ciamik dari para perempuan asli Dayak Benuaq Kalimantan Timur saat berada di Kota Balikpapan pada Selasa (6/3/2018) sore. 

Laporan Wartawan Tribunkaltim.co Budi Susilo

TRIBUNKALTIM.CO BALIKPAPAN – Indonesia dihuni banyak ragam suku budaya.

Satu di antaranya di Kalimantan Timur terdapat elemen masyarakat budaya Dayak Benuaq yang mengakar dan bertumbuh di Kabupaten Kutai Barat.

Masyarakat dayak ini memiliki gaya busana yang spesial serta mengadopsi alam raya.

Kala itu, Tribunkaltim.co berkesempatan berjumpa dengan orang-orang dari Dayak Benuaq usai menjalani prosesi adat Telun Lekuuq di gedung Kepolisian Daerah Kaltim, Jalan Syarifuddin Yoes, Kota Balikpapan, Rabu (7/3/2018) sore.

Baca: Dukung Kutai Pesisir Pisah dari Kukar, Muara Jawa Cocok Jadi Ibu Kota

Mereka orang Dayak Benuaq mengenakan busana ciri khasnya, yang menonjolkan warna coklat kayu.

Tribun bersua dengan satu di antara warga Dayak Benuaq bernama Gelollw (43), lelaki yang memiliki rambut gondrong.

“Kami menyebut busana ini dengan nama Doyo. Karena memang dibuat dari bahan-bahan alami, dari daun dan serat pohon doyo,” ujarnya, tangan kanannya sambil mengarahkan ke busana yang dipakainya.

Sejak masa silam, orang Dayak Benuaq memakai busana yang selalu menyatukan dengan alam.

Baca: Ironis. . . Kaya Sumber Daya Alam Tapi Warga Kutai Pesisir Paling Banyak Terima Raskin

Semua pakaian yang dikenakan mengambil dari lingkungan tempat tinggalnya.

Mengambil dari alam yang ada di sekelilingnya.

“Sekarang tidak dipakai lagi. Sudah modern. Orang Dayak zaman sekarang dipakai hanya untuk acara-acara adat saja. Sehari-hari sekarang banyak yang memakai pakaian biasa, pada umumnya,” kata Gelo.

Hal yang paling unik dalam pakaian Dayan Benuaq, terdapat asesoris kalung.

Baca: 5 Hal yang Bikin Olahraga Keras Kamu Sia-sia, Hindari!

Khusus untuk pakaian pria biasanya kalung yang digunakan itu bermodel patung-patung leluhur.

Kayu diukir dibuat patung-patung kecil menjadi asesoris kalung.

“Orang zaman dahulu sudah sering dipakai. Dahulu ada kepercayaan kalung memiliki nilai magis. Dijadikan jimat bagi para lelaki. Kalung dianggap sebagai pelindung keselamatan,” ungkapnya.

Maka tidak heran, waktu itu, setiap ingin berburu, para lelaki Dayak Benuaq selalu menggunakan kalung karena ada unsur mistis yang bisa menjadi ajimat pemberi pelindung, keberuntungan, dan keselamatan.

“Kalungnya dipercaya bisa menolak mara bahaya,” tutur Gelo, pria kelahiran Desa Silungurai, Kabupaten Kutai Barat, Kaltim ini.

Berbeda halnya, di kalangan wanita, biasanya aksesori busana yang dipakai lebih kepada keindahan.

Kalungnya bukan patung-patung dari kayu namun dari manik-manik dan perak.

“Kalung dari manik-manik dan perak sebagai simbol keagungan yang indah. Wanita yang memakai kalung buat wanita dewasa. Kalau istilah orang sekarang supaya bisa terlihat anggun cantik,” katanya.

Baca: Lolos ke Perempat Final Liga Champions, Real Madrid Sisihkan PSG

Menurut dia, orang dayak zaman dahulu sudah mengenal perak tetapi belum kenal logam emas.

Kerajinan perak sudah populer, orang dayak sudah memiliki kemahiran dalam mengemas perak menjadi sebuah perhiasan tubuh.

“Waktu orang Belanda masuk ke Kalimantan barulah orang dayak mengenal emas. Sampai-sampai saat emas sudah dikenal, ada orang dayak yang memakai emas ditaruh di gigi,” ujar Gelo.

Selain perhiasan kalung, tidak ketinggalan juga, orang Dayak Benuaq memiliki alat kemasan atau tas yang biasa disebut Butant.

Istilah yang populer dikalangan Dayak Benuaq disebut Anjat Butant.

“Anjat dipakai untuk berbagai hal. Bisa buat dibawa dipakai untuk berladang atau berburu. Biasanya sering dibawa kemana saja kalau sedang berpergian ke luar rumah,” katanya.

Gelo sendiri berserta kawan-kawannya, kini telah bermukim di Samarinda, Kaltim.

Berdasarkan historis, suku Dayak Benuaq sudah ada yang bertumbuh kembang biak di Samarinda.

Ada yang berpendapat, cikal bakal Dayak Benuaq hulunya ada di Kalimantan Tengah, yang merupakan bagian dari lingkaran Dayak Lawangan sub suku Ot Danum.

Kini Dayak Benuaq yang ada di Samarinda Kaltim, penyebarannya sudah sampai ke Benangaq, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara.

Karakteristik pola hidup Daya Benuaq sudah bergeser, tidak lagi bergaya nomanden seperti para sesepuhnya terdahulu. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved