Breaking News

Airlangga: Making Indonesia 4.0 Jadi Jurus Andalan RI Tembus 10 Besar Ekonomi Dunia

"Sekarang telah terjadi lagi perubahan basis ekonomi ke arah penyediaan barang dan jasa yang mengoptimalkan pemanfaatan teknologi," jelasnya.

tribunkaltim.co/muhammad arfan
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto memberi pemaparan dalam acara Kaltara Investment Forum di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, Rabu (8/3/2017). 

TRIBUNKALTIM.CO - Pemerintah telah menetapkan target Indonesia masuk ke dalam daftar 10 negara dengan produk domestik bruto (PDB) terbesar di dunia pada tahun 2030.

Untuk merealisasikan hal tersebut tidak cukup dengan mengandalkan pertumbuhan ekonomi secara organik, namun diperlukan terobosan di bidang industri dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.

Atas dasar itulah, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menginisiasi peta jalan (road map) Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 4 April 2018 lalu.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto sebagai konseptor peta jalan tersebut menyatakan, roadmap ini disusun untuk mendukung penerapan Fourth Industrial Revolution (Revolusi Industri 4.0) yang akan merombak alur produksi industri konvensional dengan cara yang tidak biasa.

Baca juga:

Tak Beri THR pada Pegawai Honorer, Ketua FPTTH Sebut Pemprov Melanggar Sila Kedua Pancasila

Gara-gara Seekor Kucing, Klub Ini Harus Membayar Denda Hingga Setengah Miliar

Dapat Pertanyaan Ini dari Jurnalis, Romelu Lukaku Tertawa hingga Pukul Meja

Jawaban Ali Ngabalin Saat Ditanya Kepentingan Masuk Tim Istana Bikin Glenn Fredly Tersenyum

Menurut Airlangga, sebuah peningkatan produktivitas sekaligus efisiensi industri dengan target yang luar biasa, tentunya tidak bisa dicapai dengan cara yang biasa saja.

 "Kita melihat negara lain, baik negara maju atau berkembang telah memasukkan gerakan Revolusi Industri 4.0 ke dalam agenda nasional demi meningkatkan daya saing di pasar global. Revolusi seperti ini sudah pasti akan menuju Indonesia, dan kita harus siap mengimplementasikannya," kata Airlangga, dalam keterangan tertulis.

Dalam konsepsi Airlangga, Revolusi Industri 4.0 ala Indonesia akan merevitalisasi industri manufaktur nasional menjadi lebih produktif dan efisien dengan pemanfaatan teknologi. Jauh lebih cepat dibandingkan evolusi perekonomian Indonesia dari yang tadinya mengandalkan sumber daya alam (migas dan pertambangan) menjadi ekonomi berbasis manufaktur yang bisa memberikan nilai tambah.

"Sekarang telah terjadi lagi perubahan basis ekonomi ke arah penyediaan barang dan jasa yang mengoptimalkan pemanfaatan teknologi," jelasnya.

Tidak heran kalau kontribusi industri manufaktur Indonesia terhadap PDB menurun jadi 22 persen pada 2016 setelah mencapai titik tertinggi 26 persen pada 2001 silam.

Menurut Airlangga, penurunan kontribusi industri manufaktur akan terus terjadi sampai 2030 jika pemerintah dan pelaku usaha tidak melakukan intervensi apapun. Sementara populasi usia produktif diperkirakan mencapai 30 juta orang pada tahun yang sama, sehingga menjadi tugas pemerintah untuk membuka lapangan pekerjaan bagi generasi milenial tersebut dengan merevitalisasi kembali industri manufaktur Indonesia.

"Penerapan Revolusi Industri 4.0 akan membuka peluang tersebut karena bisa meningkatkan produktivitas pekerja, mendorong ekspor netto, serta membuka sekitar 10 juta lapangan pekerjaan baru sampai 2030," paparnya.

Lima Industri Prioritas

Berdasarkan keterangan tertulis Kementerian Perindustrian, untuk mempercepat pemanfaatan teknologi yang bisa meningkatkan produktivitas dan efisiensi industri, Kemenperin bersama asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, dan akademisi telah menetapkan lima sektor industri besar nasional yang akan menjadi pionir implementasi Revolusi Industri 4.0.

Lima sektor industri tersebut adalah makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, otomotif, kimia, dan elektronik. Sektor tersebut dipilih menjadi motor penggerak Revolusi Industri 4.0 karena memiliki kontribusi yang besar terhadap PDB melalui penyerapan tenaga kerja, potensi ekspor, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar.

Baca juga:

Tertinggal 0-3, LeBron James Tegaskan Cavaliers Tidak Boleh Lengah saat Hadapi Warriors

PGRI Desak Gubernur Kaltim Ambil Kebijakan untuk THR Guru Swasta dan Honorer

Ayah Pasien Marah Saat Dokter Terlambat Datang, Ternyata Ada Alasan Sedih Dibaliknya

THR PNS Disebut Tak Berjalan, Jokowi: Dari 542 Daerah, 380-an Sudah Tersalurkan

"Dalam implementasinya, kami mengidentifikasi Revolusi Industri 4.0 pada lima sektor tersebut akan menghadapi tantangan yang serupa mulai dari ketersediaan bahan baku, penolakan akan perubahan budaya kerja, hingga kebijakan pemerintah. Oleh karena itu dibutuhkan 10 inisiatif lintas sektoral untuk mempercepat perkembangan industri manufaktur tersebut," jelas Airlangga.

Ke-10 tantangan yang harus dibenahi pemerintah demi menyukseskan Revolusi Industri 4.0 adalah perbaikan alur aliran barang dan material melalui pengembangan industri hulu. Pemerintah juga harus mendesain ulang zona industri di seluruh wilayah Indonesia dengan menyelaraskan peta jalan sektor-sektor industri yang menjadi fokus prioritas.

Kemudian, pemerintah juga harus memfasilitasi peningkatan produktivitas industri yang berbasis teknologi bersih, tenaga listrik, biokimia, dan energi terbarukan. Lalu untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pemerintah perlu mempertemukan pelaku UMKM dengan penyedia platform e-commerce sehingga bisa meningkatkan penjualan UMKM.

"Langkah kelima yang tidak kalah pentingnya adalah membangun infrastruktur digital nasional, termasuk jaringan internet kecepatan tinggi, cloud, data center, security management dan infrastruktur broadband," kata Airlangga.

Pemerintah menurutnya juga tidak boleh berhenti menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan melakukan harmonisasi aturan dan kebijakan sehingga Indonesia tetap menarik bagi investasi asing. Masuknya investor asing tersebut tentu diharapkan yang bisa mendorong transfer teknologi dan perluasan pasar produk Indonesia.

"Bahkan menurut Kemenperin, sangat penting bagi pemerintah untuk bisa memberikan insentif bagi perusahaan baru maupun perusahaan existing yang berinisiatif mengadopsi teknologi dalam menjalankan proses produksinya," ujarnya.

Dua langkah terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah, pemerintah harus bisa menciptakan kurikulum pendidikan yang bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada sekolah kejuruan (vokasi). Serta membangun ekosistem inovasi melalui pengembangan pusat litbang dan desain. (Tribunnews.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Making Indonesia 4.0 Jadi Jurus Indonesia Tembus 10 Besar Ekonomi

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved