Kala Nelayan Tradisional Bertemu Generasi Milenial, Telkomsel Internet of Things jadi Solusi
Telkomsel pada dasarnya mendukung program yang diselenggarakan pemerintah, termasuk dalam upaya menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Angan-angannya kelak, dengan sistem startup, pemasaran produk kepiting bisa lebih luas. Tak hanya di Balikpapan tapi juga bisa ke seluruh Indonesia bahkan ekspor!
Kepiting Balikpapan sebenarnya sudah terkenal di seantero Indonesia karena rasa dagingnya yang lebih empuk, besar, dan tentu saja segar! Hanya saja, pemasaran masih sebatas lokal.
Tentu demi mewujudkan mimpi itu, semuanya tentu butuh dana.
Lantaran hal itulah ia mengajak Dhino Nofian Abdhi, Ketua Komunitas TDA Balikpapan, pengusaha konstruksi, kuliner Bebek Pak Ndut, juga agroindustri.
Tergabung dalam komunitas TDA Balikpapan, mereka saling mendukung. Dhino yang telah berpengalaman sebagai pebisnis andal juga menjadi mentor bagi Fadli dan kawan-kawan.
Dhino mengungkapkan, potensi wilayah Salok Oseng sebenarnya cukup menjual. Kepiting merupakan kuliner khas Balikpapan yang kerap dijadikan oleh-oleh bagi orang luar Balikpapan.
Selain itu hotel dan restoran banyak yang membutuhkan pasokan kepiting segar. Hal ini tentu saja menjadi keunggulan tersendiri karena pasarnya telah ada.
“Dengan potensi luar biasa, apalagi dengan perangkat teknologi seperti ini bisa banget sinergi sehingga membuat suatu daerah bisa maju,” tutur Dhino.
Dari pertemuan tersebut juga terungkap ide-ide yang selama ini tersembunyi.
Rustam, nelayan budidaya kepiting tambak menuturkan, sebenarnya para warga selain bekerja sebagai nelayan juga ingin agar desanya dikenal.

Mereka ingin Desa Salok Oseng menjadi tujuan wisata.
Kondisi alamnya sangat mendukung karena habitat mangrove yang masih lebat.
Setiap sore, masih banyak bekantan berkeliaran di sekitar mereka.
“Jadi orang dari luar bisa datang ke sini. Memancing ikan atau kepiting, bisa dimasak di sini atau dibawa pulang sembari menikmati pemandangan alam,” tutur Rustam. Hal itu tentu saja berimbas pada pendapatan masyarakat sekitar.

Sementara berproses ke arah itu, nelayan yang berkolaborasi dengan anak-anak muda generasi milenial kini fokus dulu pada produksi kepiting soka.
Mereka belajar mengemas produk kepiting sehingga memiliki nilai jual dan mudah dipasarkan.

Telkomsel sebagai operator milik bangsa pada dasarnya mendukung program yang diselenggarakan pemerintah, termasuk dalam upaya menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Mulya Budiman, GM Sales Telkomsel Region Kalimantan didampingi Adhika W Pradhana, Manager Market & Customer Development dan Projo NT Hartadi, Supervisor Regional Account Management memaparkan, sebagai pelaku telekomunikasi, sasaran Telkomsel pada Revolusi Industri 4.0 adalah meningkatkan produktivitas dari industri-industri yang ada melalui konektivitas antar mesin (machine to machine connectivity).
Era dimana memberikan solusi sebuah layanan yang berada pada posisi lebih tinggi dibanding layanan saat ini sehingga setiap orang atau pelanggan akan semakin spesifik menyesuaikan kebutuhan untuk mendapatkan layanan.
“Terkait dengan Revolusi Industri 4.0 ini yang utama tentunya bentuk dukungan terkait dengan digital infrastructure, sebagai operator telekomunikasi Telkomsel secara konsisten mengimplementasikan teknologi seluler terkini dan menjadi yang pertama melakukan ujicoba layanan 5G di Indonesia,” tutur Mulya Budiman.
Dengan jumlah pelanggan tersebar di seluruh Indonesia hingga saat ini mencapai lebih dari 168 juta.

Implementasinya, Telkomsel bekerjasama dengan Komunitas TDA untuk kegiatan eksibisi MyBusiness Telkomsel dan kegiatan empowering segmen SME.
Mulya Budiman menerangkan, kerjasama dengan TDA seperti menggelar kegiatan Forum Group Discussion (FGD) dan sharing session menghadirkan pemateri terkait bersama peserta dari pelaku UKM di Kota Balikpapan.
Dari TDA sendiri, Dhino mengungkapkan Telkomsel sangat membantu UMKM/UKM dalam hal berbagi ilmu yang selaras dengan Revolusi Industri 4.0.
Misalnya e-Accounting dengan server yang di-maintenance Telkomsel.
Program e-Accounting (akuntan digital) merupakan aplikasi teknologi online dan Internet untuk fungsi akuntansi bisnis.
“Bagi yang punya toko atau restoran jadi tahu laporan keuangannya secara detail,” tutur Dhino.
Program ini telah berjalan setahun dan masih terus berproses.
Dampaknya cukup signifikan. Ia mengungkapkan, dari anggota TDA yang mengikuti program ini bisa meraih pendapatan 10 kali lipat.
Ia mencontohkan Roti Gembong Kota Raja yang telah membuka cabang ke-50 di seluruh Indonesia, Sushinei, juga ada KAKA Driving School.
Contoh tersebut semakin meyakinkan adanya Internet of Things (IoT) merupakan teknologi yang memungkinkan setiap instrumen terkoneksi satu sama lain secara virtual sehingga mampu mendukung kinerja operasional usaha, pengawasan terhadap performa manajemen serta peningkatan nilai guna output.
Jika bisnis-bisnis di atas masih berada di perkotaan, bagaimana peluangnya dengan yang di pelosok, bisakah memiliki kesempatan yang sama?
Menurut Mulya Budiman, Internet of Things (IoT) memungkinkan semuanya bisa tercapai.
Tentu saja tetap ada tantangan dan kendalanya. Dari sisi teknologi dan perangkat, Telkomsel telah menyediakan.
Misalnya ujicoba layanan 5G dan jaringan 184.000 BTS tersebar di seluruh Indonesia.
Tinggal kebiasaan dan kemauan dari SDM, dalam hal ini pelaku usaha untuk mengikuti perkembangan zaman yang serba digital.
Namun dengan bantuan anak-anak muda ‘generasi milenial’ yang notabene lebih melek teknologi, pelaku usaha di kota maupun pelosok dari generasi terdahulu tak perlu khawatir bakal terjebak dengan jargon Revolusi Industri 4.0 dan hanya menjadi penonton. (*)