Jelang Pemilu 2019 Polri Rutin Turun ke Pasar, Begini Hasil Pantauannya di Kaltim
Stabilitas harga pangan jadi perhatian institusi Polri jelang Pemilu 2019. Termasuk ketersediaan stok pangan dan sembako bagi masyarakat.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Adhinata Kusuma
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Muhammad Fachri Ramadhani
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Stabilitas harga pangan jadi perhatian institusi Polri jelang Pemilu 2019. Termasuk ketersediaan stok pangan dan sembako bagi masyarakat.
Hal itu jadi penekanan pucuk pimpinan Polri kepada Satwil Polda jajaran termasuk di wilayah hukum Polda Kaltim. Bertujuan untuk menjaga stabilitas dan kondusifitas keamanan wilayah.
Kasatgas Pangan Polda Kaltim, Kombes Pol Budi Suryanto SH Msi didampingi Kasubbid Indagsi Polda Kaltim AKBP Seber Kombong mengatakan stabilitas harga dan stok pangan di Provinsi Kaltim relatif aman.
BACA JUGA:
FKUB Balikpapan Ingatkan Bahaya Hoax Jelang Pemilu 2019, Ini Jadwal Sosialisasinya di Tiap Kecamatan
Di Hotel Ini bisa Ngopi Sambil Belajar Manual Brew, Catat Harga dan Jenis Biji Kopinya
10 Tahun Tak Beroperasi, Hotel Atlet Samarinda Jadi Sasaran Pencuri
"Harga masih stabil, baik di pasar tradisional maupun pasar modern," kata Seber, Rabu (20/2/2019).
Lebih lanjut, Tim Satgas Pangan dibentuk untuk memastikan harga kebutuhan pokok stabil di masyarakat. Pihaknya setiap hari melaporkan langsung kondisi di wilayah hukum masing-masing ke pusat.
"Jajaran di setiap Polres (Kaltim) kirim laporan setiap hari. Sore kita kirim laporan ke Satgas Pangan Pusat," bebernya.
Masing-masing Polres di wilayah hukum Polda Kaltim juga memiliki Satgas pangan. Tugas mereka turun langsung ke lapangan; pasar tradisional dan modern, juga gudang-gudang sembako di setiap wilayah.
"Menjelang Pemilu 2019, Satgas pangan stabilkan harga. Turun ke pasar, kios dan gudang sembako, mengecek stok pangan. Jangan sampai terjadi kelangkaan dan permainan harga," jelasnya.
Pengecekan rutin tersebut juga melibatkan instansi samping seperti Dinas Perdagangan dan Bulog. Diharapkan dengan adanya hal tersebut dapat meminimalisir terjadinya penimbunan stok maupun permainan harga yang merugikan masyarakat.
"Kami selalu berikan imbauan sosialisasi kepada masyarakat pedagang dan pengusaha, agar harga jual sesuai dengan HET yang ditetapkan pemerintah," katanya.
BACA JUGA:
Mantan Rektor Unmul Sebut Nama Masjaya Soal Selisih BLU Rp 35 Miliar
Ada Selisih Dana, Rektor Unmul Klarifikasi di Polda Kaltim Soal Temuan Tahun 2010-2011
Unmul Terima Mahasiswa Universitas Tadulako Palu Tanpa Syarat
Seber menyebut Harga Eceran Tertinggi (HET) harus sesuai dengan Permendag RI Nomor 58 Tahun 2018, tentang Penetapan Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan penjualan di Konsumen.
"Kita selalu rapat koordinasi dengan Dinas terkait, bersinergi lakukan pengecekan harga. Baik pasar modern atau tradisional, juga gudang sembako," bebernya.
Kendati demikian, pihaknya juga tak menampik ada beberapa bahan pangan yang harganya melambung di beberapa Kabupaten. Seperti di Kutai Barat, bahan pokok seperti kedelai, cabai, bawang putih, daging beku dan telur mengalami kenaikan.
"Pangan sembako di Kaltim sebagian besar datang dari luar Kaltim. Di beberapa daerah yang aksesnya sulit berpengaruh kepada harga jual," ungkapnya.
Dari data yang dihimpun, misal harga kedelai di Kubar capai Rp18 ribu sementara HET di angka Rp9.200. Kemudian cabai merah HET-nya Rp28.500, di pasaran capai Rp 50 ribu. Begitu pun daging sapi beku impor sentuh harga Rp 130 ribu, sementara HAP-nya Rp80 ribu.
"Kawasan seperti Kubar, Paser yang merupakan daerah perbatasan Kaltim-Kalsel, juga Berau yang berbatasan dengan Kaltara. Ada beberapa jenis pangan yang memang harga jualnya relatif tinggi," ujarnya. (bie)