Prakiraan Cuaca
Matahari Kian Dekat Equator Sebabkan Panas Kering di Kota Samarinda
Cuaca di Kota Samarinda dan sekitarnya bisa dikatakan cerah panas. Matahari terus bergerak ke arah khatulistiwa.
Penulis: Rafan Dwinanto | Editor: Budi Susilo
Laporan Tribun Kaltim Rafan A Dwinanto
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Cuaca di Kota Samarinda dan sekitarnya, beberapa pekan belakangan ini sangat terik. Nyaris tanpa hujan.
Rupanya, kondisi ini disebabkan makin mendekatnya matahari pada garis equator atau khatulistiwa.
Hal ini diungkapkan Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto Samarinda, Ana Kania Anisa kepada Tribunkaltim.co
SEDANG TAYANG: Link Live Streaming Indosiar PSM Makassar vs Kalteng Putra, Bisa Nonton di Smartphone
Kumpulan Ucapan Selamat Hari Raya Nyepi dan Kata-kata Mutiara dalam Bahasa Bali dan Indonesia
Sederet Fakta Unik Ogoh-ogoh, Mirip Artis Terkenal hingga Pernah Ditiadakan di Samarinda
"Panas terik begini banyak penyebabnya. Yang utama matahari terus bergerak ke arah khatulistiwa," ujarnya pada Rabu (6/3/2019).
"Sementara, Kaltim, termasuk Samarinda ini sangat dekat dengan khatulistiwa," tambah Ana.
Kondisi panas terik demikian, kata Ana, akan mencapai puncaknya pada 21 Maret ini.
Hacker Remaja Ini Hasilkan Rp 15,5 Miliar Tanpa Langgar Hukum, Bagaimana Caranya?
Jelang Persib vs Persebaya, Hitung-hitungan Maung Bandung Lolos dari Grup A Piala Presiden 2019
Saat itu, matahari akan tepat berada pada garis equator.
"Matahari ini selalu bergerak. Desember, dia berada di selatan equator," tuturnya.
Dan ini terus mendekat ke equator.
"21 Maret nanti matahari tepat di equator," sebut Ana.
Saat ini, Kota Samarinda dan sekitarnya sedang dalam masa peralihan dari musim kemarau, menuju musim penghujan.
Berdasarkan data citra satelit, kata Ana, musim penghujan diperkirakan terjadi pada 10 hari kedua (dasarian II) Maret ini.
"Tanggal 20an ini sebenarnya sudah masuk musim hujan. Tapi, karena matahari masih dekat di equator, maka panasnya akan tetap menyengat," katanya.
Kondisi panas terik dan kering belakangan ini turut dijelaskan Ana.
Menurut Ana, matahari mengirimkan gelombang panas ke bumi melalui gelombang radiasi pendek.
Sederet Fakta Unik Ogoh-ogoh, Mirip Artis Terkenal hingga Pernah Ditiadakan di Samarinda
All England 2019 - Tayang di TVRI Mulai 19.00 WIB, Ini Jadwal Wakil Indonesia, Ada 2 Perang Saudara
Modal Busi 5 Detik Pecahkan Kaca Mobil, Polisi Tangkap Pelaku di Balikpapan
Ini supaya suhu tetap stabil, bumi melepaskan gelombang panjang untuk mengirimkan kembali panas tersebut.
"Hanya saja, gelombang panas yang dipantulkan kembali oleh bumi ini, terhalang tumpukan awan," ungkapnya.
Sehingga katanya, berasa panas. "Kondisinya panas kering begini," urainya.
Adapun awan menggumpal yang kerap terlihat menutupi langit Kota Samarinda.
Menurut Ana, bukanlah awan yang berpotensi menghasilkan curah hujan.
Pasalnya, awan tersebut merupakan kategori awan tinggi.
Jadi awan ada levelnya. Yang berpotensi menyebabkan hujan itu awan yang rendah.
"Nah, sekarang ini secara visual memang kita lihat awan banyak. Tapi itu awan tinggi. Tidak menyebabkan potensi hujan," tuturnya.
Saat ini, lanjut Ana, pembentukan awan hujan aktif masih berada di kawasan Indonesia bagian barat.
Pergerakan massa udara, baru di Indonesia bagian barat.
Andi Arief Tulis di Twitter, Beri Peringatan dan Sebut Kemungkinan Cabut Gelar Profesor Mahfud MD
Fakta-fakta Hamka Hamzah Cedera, Bibir Dijahit 17 Jahitan dan Pelaku Minta Maaf
Dan Indonesia bagian tengah belum aktif.
Jadi kata dia, belum ada tanda-tanda muncul awan hujan.
"Pertumbuhan awan hujan belum signifikan di Indonesia tengah," tutur Ana. ( )