Soal Pembiayaan Jalan Alternatif Menuju Bandara APT Pranoto, Begini Sikap Pemprov Kaltim

Selama ini ruas jalan alternatif yang melewati Perum Bumi Sempaja menuju Bandara APT Pranoto kurang efektif,Pemprov Kaltim pun berkomitmen.

Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Budi Susilo
TRIBUN KALTIM / NEVERIANTO HP
Prajurit TNI dari Kompi Senapan A dan Kompi Senapan C Yonif 611/Awang Long beri tanda peringatan di sepanjang jalan yang rusak di jalan APT Pranoto, Samarinda Seberang, Kamis (31/1/2019). 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pemprov Kaltim turut merespon rencana percepatan pembangunan jalan alternatif menuju Bandara APT Pranoto Samarinda.

Selama ini ruas jalan alternatif yang melewati Perum Bumi Sempaja menuju Bandara APT Pranoto kurang efektif, lantaran ruas jalan tersebut hanya mampu dilalui satu kendaraan besar.

Sebenarnya ruas jalan alternatif lainnya sudah disiapkan pemerintah, yaitu melewati Jalan Bengkuring yang tembus ke kawasan Lempake.

Kebun Sawit jadi Favorit Jual Motor Curian Samarinda, Polisi Amankan 16 Unit Motor dari Pelaku

Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi mengatakan jalan alternatif melalui kawasan Bengkuring merupakan tanggungjawab Pemkot Samarinda.

Pasalnya jalan tersebut berstatus jalan kota.

Kendati demikian, menurut Hadi Pemprov tetap berkomitmen membantu Pemkot Samarinda untuk pembiayaan jalan alternatif tersebut.

Khusus untuk jalan alternatif Perum Bengkuring menuju kawasan Lempake yang merupakan jalan alternatif berstatus jalan Kota, memang tidak dapat ditangani Pemprov.

Tapi apabila dipandang perlu, pemerintah dapat mengalokasikan pembiayaan pembangunan jalan tersebut.

"Bisa melalui bankeu Pemprov kepada Pemkot Samarinda," ungkap Hadi di Samarinda, Kalimantan Timur, Jumat (5/4/2019).

Selain itu, Pemprov juga berupaya mewujudkan perluasan jalan alternatif SP3 Batu Cermin menuju Batu Besaung hingga Bandara APT Pranoto.

Total panjang jalan ini 10,4 kilometer yang membutuhkan dana Rp 400 miliar.

Untuk jalan alternatif yang di Batu Cermin, Batu Besaung, itu kita sudah masukkan dalam program jangka menengah RPJMD.

"Tapi pak Gubernur sudah mengupayakan agar jalan alternatif Batu Besaung ini dibiayai APBN melalui Kementerian PUPR," kata Hadi.

Tak hanya jalan alternatif dari Samarinda Kota saja yang turut diperhatikan Pemprov.

Hadi menegaskan telah mengusulkan optimalisasi jalan menuju Bandara APT Pranoto dari arah Bontang. Khususnya untuk pelebaran jalan SP Sambera menuju SP3 Lempake.

"Pemprov juga telah mengusulkan pada APBD 2020 untuk pelebaran jalan SP3 Lempake dan SP Sambera. Ini masuk dalam program jangka pendek, bersamaan dengan pengendalian banjir Jl DI Panjaitan," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanahan Kota Samarinda, Syamsul Komari, meyakinkan aktivitas pembukaan lahan di dekat Bandara APT Pranoto, Samarinda yang belakangan ditemukan singkapan batubara setebal 2 meter tak bisa dikategorikan pematangan lahan.

Aktivitas yang bisa dikatakan pematangan lahan, kata Syamsul, harus didasari peruntukan untuk aktivitas pembangunan. Entah itu perumahan atau keperluan jalan.

Izin pematangan lahan itupun hanya bisa mereka keluarkan setelah si pemilik usaha melengkapi sejumlah dokumen yang nantinya diperiksa Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pertanahan.

Dokumen itu, di antaranya, AMDAL, izin lokasi, IMB jika untuk keperluan perumahan dan site plan.

"Dari situ akan kelihatan, apakah aktivitas itu akal-akalan atau tidak," kata Syamsul di kantornya, Selasa (5/3/2019).

Syamsul meyakinkan, dari pengajuan sejumlah izin itu, pengecekannya ketat.

Karena itu, dia memastikan dinas yang dipimpinnya tak pernah mengeluarkan izin pematangan lahan di lokasi yang hanya berjarak 300 meter dari Bandara APT Pranoto itu.

"Di register kami tidak pernah keluarkan izin apapun di situ. Dipastikan tidak ada izinnya," ujarnya.

"Karena kita hanya melegalkan aktivitas yang sebelumnya sudah dapat aspek lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup," katanya.

Baca juga:

Performa Real Madrid Tak Apik di Kompetisi Domestik, 5 Pemain Siap-siap Angkat Kaki?

Partai Demokrat Segera Berikan Keputusan terhadap Andi Arief, Sandiaga Uno Doakan yang Terbaik

Ini Penjelasan Polda Gorontalo soal Viral Curhatan Norman Kamaru tentang Pemecatannya dari Polri

Running Text Puskesmas Ajak Pilih Prabowo dan Unsubscribe Atta, Kadis Kesehatan Buka Suara

Ini Skor yang Dibutuhkan 4 Tim untuk Melangkah ke 8 Besar Liga Champions Dini Hari Nanti

Save Our Soccer Sebut Piala Presiden 2019 Melanggar Statuta PSSI, Ini Titik Krusialnya

Syamsul melanjutkan, kalaupun pengusaha yang mematangkan lahan dan kemudian menemukan singkapan batubara, baru diperbolehkan mengurus izin usaha pertambangan khusus (IUPK) ke Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM).

Itu pun, setelah mendapatkan IUPK, si pengusaha tadi hanya boleh menjual batubara itu sekali saja.

"Tapi, tidak boleh jadi dasar izin pematangan lahan untuk keluarkan IUPK. Kalau ketemu galian, izin khusus itu dikeluarkan Batubara per 65 metrik ton. Dan, izin penerangan bukan rekomendasi keluarkan IUPK," tuturnya.

Ia sedikit menyinggung, kalaupun perusahan itu tidak memiliki izin pematangan lahan dan mengubah bentang alam tanpa izin, apalagi tak dilengkapi dokumen perencanaan dan dampak lingkungan, maka berpotensi melanggar pidana seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Samarinda, Nurhamani, belum bisa dikonfirmasi, nomor teleponnya tak bisa dihubungi.

Kabar pembukaan lahan dan dugaan penambangan batubara ilegal di dekat areal bandara APT Pranoto sampai ke telinga Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kaltim, Salman Lumoindong.

Salman khawatir aktivitas penambangan batubara yang berdekatan bakal merusak fasilitas dan mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara yang belum setahun diresmikan itu.

Karena itu, Dinas Perhubungan hanya berupaya mengamankan fasilitas dan berkoordinasi dengan Dinas ESDM agar aktivitas itu tak mengganggu.

"Dampaknya besar, misalnya limbah galian dan ngalir ke bandara kan jadi masalah. Atau debu akan ganggu penerbangan," tandasnya. 

Mulai Ramai Penumpang, Pedagang dan Ojek Sekitar Bandara Ikut Raup Untung

Berkah melonjaknya jumlah penumpang melalui Bandara APT Pranoto Samarinda dirasakan sejumlah warga yang berusaha di lingkungan bandara.

Rata-rata sejak dibukanya banyak rute baru penerbangan luar Kaltim omzet pengusaha naik dua kali lipat.

Salah satunya dirasakan Triono, penjual bakso yang biasa menjajakan dagangannya di halaman luar komplek bandara.

Pada November 2018 lalu, saat penerbangan masih sedikit dan hanya melayani rute lokal Kaltim, rata-rata menjual 30-40 porsi bakso per hari dengan harga Rp 25 ribu per mangkuknya.

Memasukkan awal 2019, sejak mulai dibukanya salah satu rute favorit, Samarinda-Surabaya, dan banyak rute luar Kaltim lainnya, ia mengaku omzetnya naik drastis. Bisa mencapai lebih dari 60 mangkuk per hari. "Omset sampai Rp 2 juta per hari, dan untung bersihnya Rp 1 juta," katanya ditemui di lapaknya, Rabu (13/3).

Liverpool Lolos ke Perempat Final, Real Madrid dan Bayern Munchen Angkat Kaki dari Liga Champions

Saat ini, di jalur tempatnya berdagang hanya diisi tiga pedagang, salah satunya adalah kafetaria. Dari informasi yang ia terima, Unit Pengelola Bandar Udara (UPBU) berencana menggandeng banyak pedangan mengisi lapak kuliner di lokasi itu.

Kehadiran Bandara APT Pranoto merangsang lahirnya transportasi lokal. Salah satu yang baru tumbuh yakni 20 orang yang sering disebut "Ojek Kampung Sungai Siring".

La Pawi, anggota ojek Kampung Sungai Siring mengatakan, pengojek ini kebanyakan warga sekitar bandara yang bekerja paruh waktu mengantarkan penumpang dengan sepeda motor pribadi.

Komunitas ojek konvensional ini tumbuh awal Januari lalu, seiiring dengan semakin banyaknya penumpang di Bandara APT Pranoto yang diperkirakan 3 ribu per harinya.

Wow, Selama Setahun sejak Dibuka, Pergerakan Penumpang di Bandara APT Pranoto Naik 3.150 Persen

Rute yang biasa mereka lakoni seputar kawasan bandara, Samarinda bahkan sampai Tenggarong. La Pawi mencontohkan, biaya ojek dari APT Pranoto ke Lempake Rp 60 ribu. Sementara, ke Kota Samarinda, patokannya Islamic Center Rp 100 ribu per orang. "Pernah ke Tenggarong bayarnya Rp 200 ribu," kata pria kelahiran 1965 yang saat pagi bertani di sawahnya.

Baru menjalani pekerjaan sebulan, rata-rata per hari ia bisa membawa pulang Rp 60-90 ribu.

Selain Ojek online dan konvensional, ada pula angkutan lain seperti travel, Bus Damri dan Taksi Bandara. Saat ini, terdapat empat Operator taksi bandara, yakni, Aero Cab, Angkasa Jaya Gobal, dan Sentra Taxi.

Samuel Parningotan Siahaan, CSO Sentra Taksi di APT Pranoto mengamini, ada lonjakan penumpang per hari dibandingkan November saat belum banyak penerbangan jet komersial dibandingkan Januari hingga Februari ini.

Agum Gumelar Ungkap Pemberhentian Prabowo, Mantan Panglima TNI Gatot Pernah Bersaksi

"Kalau dulu, November paling sehari 11 Penumpang pernah hari, karena waktu itu pesawat kecil. Kalau sekarang, 40 penumpang per hari," kata pria 23 tahun ini saat mengawasi oprasional 18 unit taksi yang beroperasi di APT Pranoto. ( )

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved