Gibrang Rakabuming Goda Kaesang Pangerap Saat Bicara Soal Bisnis, Sebut Komisaris Batu Bara
Putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep dan Gibran Rakabuming berdebat soal bisnis, lalu sebut Kaesang komisaris perusahaan batu bara
Dia menyebut Kaesang Pangarep sebagai komisaris batu bara sesuai dengan film Sexy Killers.
"Woi komisaris batu bara!," tulis Gibran Rakabuming.
Kicauan Gibran Rakabuming itu sontak mengundang tawa para followernya.
Tak cuma itu Gibran Rakabuming juga mengomentari netizen yang mengunggah foto sang adik.
"Jadi ini tampang komisaris batu bara? @kaesangp hm,"
Bukannya membela, Gibran Rakabuming justru kembali bercanda.
Ia mengatakan wajah sang adik terlihat kotor.
"Kotor kan mukanya," tulis Gibran Rakabuming.
Untuk diketahui, Film dokumenter Sexy Killer yang diproduksi WatchDoc menguak sisi kelam di balik terangnya lampu.
Film yang berdurasi 88 menit itu mengungkap perjalanan batu bara dari hulu ke hilir serta dampak yang ditimbulkannya selama proses tersebut yang berakibat kepada masyarakat.
Batu bara yang menjadi bahan utamanya hingga dapat menghasilkan energi seperti yang dapat dikonsumsi saat ini.
Listrik menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Listrik jadi kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat urban.
Mulai dari penerangan, komputer, mesin, hingga layar gadget membutuhkan pasokan listrik yang harus ada dalam skala masif tiap hari.
Adanya berbagai kebutuhan masyarakat urban mengenai listrik itu membuat Sexy Killer menyajikan cerita di balik terangnya lampu yang saat ini kita gunakan.
Sexy Killer menceritakan mengungkap keadaan lokasi penambangan batu bara di kawasan Kutai, Kalimantan Timur, dimana para petani transmigran yang telah menempati lokasi sejak era Orde Baru kini harus pasrah menanggung kerusakan lahan yang ditenggarai disebabkan oleh aktivitas tambang.
Dalam kurun waktu 2011-2018, tercatat sebanyak 32 korban tenggelam dalam lubang galian tambang. Sedikitnya terdapat sekitar 3500 lubang galian di Kalimantan Timur.
Film Sexy Killer merupakan hasil karya seorang jurnalis, Dandhy Dwi Laksono dan Ucok Suparta ketika ekspedisi menyusuri Nusantara.
Film yang diunggah melalui kanal YouTube WatchDoc pada 13 April 2019 lalu itu ramai mendapatkan komentar dan bahan diskusi publik.