Sejarah Hari Ini
SEJARAH HARI INI: 54 Tahun Lalu Harian Kompas Terbit Perdana, Berhadapan dengan Aparat dan Penguasa
Sejarah Hari Ini, 54 tahun lalu tepatnya 28 Juni 1965 Harian Kompas terbit pertama kali di Indonesia.
Penulis: Rafan Arif Dwinanto |
Filosofi dasar perubahan harian Kompas pada tahun itu adalah membuat semua lapisan informasi menjadi tampak (visual), gampang dikenal (visibel), dan didukung metode jurnalistik post-modern yaitu visual thinking, visuality, dan visibility.
Baca Juga
Sejarah Hari Ini - Tanggal 26 Juni Lahirnya Paolo Maldini, Loyalitas & Dinasti Sang Legenda AC Milan
SEJARAH HARI INI: 26 Juni Hari Anti Narkotika Internasional atau HANI, Begini Asal Mulanya
SEJARAH HARI INI Giuseppe Meazza dkk Bawa Timnas Italia Juara Piala Dunia FIFA 1938
Multimedia
Tapi, perubahan pada wajah cetak secara visual bukanlah perubahan terbesar dalam sejarah Harian Kompas.
Perubahan terbesar justru terjadi di era digital belakangan ini ketika identitas Kompas tidak lagi hanya melekat pada bentuk surat kabar, tapi berkembang dalam identitas Kompas.com, Kompas TV, dan Kompas.id.
Kompas.com pertama kali hadir di Internet pada 14 September 1995.
Kompas.com menyajikan reportase berkelanjutan dari waktu ke waktu.
Kompas TV menyusul hadir sebagai entitas baru pada 9 September 2011.
Yang paling "bungsu" adalah Kompas.id.
Entitas baru ini adalah laman berbayar harian Kompas dan artikel-artikel premium lainnya.
Perubahan itu tidak terjadi serentak dan tiba-tiba.
Perubahan itu adalah hasil dari sebuah evolusi panjang dan pergulatan tak kunjung henti yang secara perlahan mentransformasikan entitas Kompas dalam bentuk-bentuk media baru.
Harian Kompas tidak bisa mengelak dari keniscayaan perubahan yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi.
Cara audiens mengonsumsi informasi pun berubah.
“Perilaku yang begitu dinamis dalam cara orang memperoleh informasi mendorong Kompas melakukan 'revolusi' internal.
Karena itu, sejak awal tahun 2010-sesuai tema korporat 'Membawa KG (Kompas Gramedia) ke Dunia Digital'-Kompas menerapkan kebijakan 3M (triple M): multichannel, multiplatform, dan multimedia.
Singkatnya, konten Kompas harus bisa dibaca melalui segala wahana (kertas, komputer, televisi, mobile phone, dan lain-lain).
Bentuk konten yang akan di-deliver ke berbagai jenis media tidak hanya berupa teks dan foto, tetapi juga grafis, video, atau gabungan dari semuanya,” tulis Jakob.
Begitulah, Kompas hari ini tidak lagi hanya dikenal sebagai surat kabar.
Ia hadir di setiap platform baru tempat orang mengonsumsi informasi dengan cara-cara baru.
“Kehadiran Kompas secara multimedia adalah niscaya dan mutlak.
Bukan besok, tetapi hari ini. Kompas masa depan hadir secara multimedia.
Lewat beragam sarana dan saluran itu, niscaya semakin produktif, efektif, dan efisien upaya Kompas sebagai lembaga yang organik dan organis, ekstensi masyarakat yang punya misi Merajut Nusantara, Menghadirkan Indonesia,” tulis Jakob lagi.
Masihkah Anda membayangkan koran ketika mendengar kata Kompas?
Perlahan, kata Kompas berevolusi.
Ia tidak lagi sekadar koran, tapi berita yang kredibel, menyuarakan amanat hati nurani rakyat, dan menjaga kemanusiaan serta ke-Indonesiaan kita, yang hadir dalam bentuk-bentuk baru, multimedia, di segala rupa platform informasi yang ada. (*)
Subscribe Official YouTube Channel:
Baca juga:
Akibat Ciuman Malam Pertama Terlalu Keras, Wanita Ini Meninggal Dunia, Simak Penjelasan Medisnya
VIRAL Rekaman CCTV Aksi Begal Payudara di Purwakarta, Ternyata Ini Fakta Sebenarnya
Resmi, Song Joong Ki Layangkan Gugatan Cerai Atas Song Hye Kyo, Song Song Couple Berpisah
Benarkah Efek Coating Bakal Hilang Jika Mobil Sering Diparkir di Tempat Panas?