OPINI
Milenial Berpotensi Terpapar Radikalisme
KATA radikal makin sering dibicarakan dalam forum diskusi dan kehidupan seharihari, setelah adanya serangan WTC di Manhattan, Amerika Serikat (AS)
Oleh: Dr. Pitoyo, M.IKom
Praktisi Media & Pemerhati Komunikasi Antarmanusia
TRIBUNKALTIM.CO - KATA radikal makin sering dibicarakan dalam forum diskusi dan kehidupan seharihari, setelah adanya serangan WTC di Manhattan, Amerika Serikat (AS), ada 9 September 2001. Pihak AS menuding Al Qaedah bertanggung jawab atas serangan Gedung kembar pencakar langit itu.
Sejak saat itulah AS menabuh genderang perang pada kelompok radikal yang dianggap sebagai biang terorisme.
Tudingan AS itu sayang agak berlebihan, dengan menuding gerakan Islam sebagai penguat gerakan radikal. Alasannya, pemimpin Al Qaedah Osama bin Laden beragama Islam, dan menuding gerakan Islam menjadi dasar gerakan. Maka Islam, menjadi musuh utama dalam penumpasan gerakan radikal dan terorisme oleh AS.
Padahal radikal sama sekali tidak ada kaitannya dengan Islam. Bila merujuk pada asal kata radikal, berasal dari bahasa Latin “radix, radicis”. Menurut The Concise Oxford Dictionary (1987), berarti akar, sumber, atau asal mula.
Radikal berasal dari bahasa latin radix yang artinya akar. Dalam bahasa Inggris kata radical dapat bermakna ekstrim, menyeluruh, fanatik, revolusioner, ultra dan fundamental.
Sedangkan istilah radikalisme dapat dimaknai, (1) paham atau aliran yang radikal dalam politik; (2) paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; (3) sikap ekstrem dalam aliran politik.
• Kemkominfo RI Blokir 11.803 Konten Radikalisme dan Terorisme, Cek Dua Jam Sekali
Definisi radikal itu jelas menempatkan istilah radikal yang tidak berbasis agama, apalagi menuding Islam.
Bahkan sejarawan ternama, Sartono Kartodirdjo mengartikan radikalisme sebagai gerakan sosial yang menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan ditandai oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan kaum yang memiliki hakhak istimewa dan yang berkuasa. Radicalisme artinya doktrin atau praktik penganut paham radikal atau paham ekstrim.
Pertanyaannya mengapa radikalisme ditempelkan pada Islam? Padahal Nabi Muhammad saw menyebarkan agama Islam sebagai agama damai, rahmatan lil alamin. Islam bukan hanya agama damai bagi manusia namun buat alam serta isinya. Berlawanan dengan tudingan bahwa Islam berada dibalik gerakan radikal.
Guna menjawab mengapa Islam selalu dituding radikal? Tentu tidak terlepas dari adanya gerakan perubahan yang dilakukan oleh kelompok yang menginkan pembaharuan di masyarakat dan mereka menggunakan agama Islam sebagai perekat dalam komunikasinya.
Informasi tentang radikalisme kini dengan cepat menyebar di masyarakat, bahkan membidik kalangan milenial.
Penyebaran informasi tersebut baik melalui media online bahkan ada yang melalui buku Pendidikan di sekolah dasar.
Kasus penyebaran gerakan radikalisme melalui buku pelajaran di sekolah dasar ini ditemui di beberapa daerah di Jombang dan Jember, Jawa Timur, pada 6 Februari 2019 silam.
Pada teks buku tersebut mencamtukan NU sebagai gerakan radikal, tentu menimbulkan protes keras Lembaga Nahdlatul Ulama (tribunnews.com/6/2/2019).