Tetes Air Mata Ketua DPP FPI Rindu Habib Rizieq Shihab, 'Beliau Bukan Koruptor'

Air mata Ketua DPP FPI Awit Mashuri tiba-tiba menetes saat membicarakan sosok Habib Rizieq Shihab

Editor: Syaiful Syafar
YouTube Najwa Shihab
Tetes Air Mata Ketua DPP FPI Rindu Habib Rizieq Shihab, 'Beliau Bukan Koruptor' 

TRIBUNKALTIM.CO - Air mata Ketua DPP FPI Awit Mashuri tiba-tiba menetes saat membicarakan sosok Habib Rizieq Shihab. Ia bahkan menyebut Habib Rizieq Shihab bukanlah seorang koruptor yang harus dimusuhi.

Pasca Pilpres 2019, persoalan yang sedang panas yakni isu kelembagaan Front Pembela Islam (FPI) dan kepulangan imam besarnya, Habib Rizieq Shihab.

Belakang beredar isu bahwa Habib Rizieq Shihab boleh pulang, tapi dengan syarat FPI harus dibubarkan.

Hal itu ditanyakan oleh Najwa Shihab pada tayangan Mata Najwa Rabu (31/7/2019) malam.

Najwa Shihab menanyakan itu kepada Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera.

Dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Najwa Shihab Kamis (1/8/2019), Mardani Ali Sera menampik adanya isu tersebut.

"Mestinya tidak boleh ada diskursus seperti itu karena sangat membodohi publik, karena FPI sebagai sebuah organisasi massa punya aturan. Kalaupun ada yang tidak kompatible, monggo, dengan Kemendagri masalah persuratan," kata dia.

Ia juga menyebut kalau antara FPI dan kasus kepulangan Habib Rizieq Shihab ini adalah dua hal yang berbeda.

"Masalah Habib Rizieq Shihab lain lagi kasusnya, kalau kriminalisasi ini masih dianggap benar, monggo diselesaikan lebih dulu, menurut saya ini dua hal yang tidak bisa disandingkan, FPI ada koridornya, Habib Rizieq Shihab ada koridornya," jelas Mardani Ali Sera.

Dapat Ancaman Pembunuhan Bersama Habib Rizieq dan Amien Rais, Begini Komentar Anies Baswedan

Nasib FPI Kini, Izin Tersandung Persoalan Ideologi Pancasila, Hingga Imam Besar Tak Kunjung Pulang

Ali Mochtar Ngabalin Pasang Badan untuk Kepulangan Habib Rizieq Shihab, Sebelum Jokowi Dilantik

Presiden Jokowi Sebut Mungkin Tak Perpanjang Izin, FPI: Bukan Pertimbangan Lazim, Normal dan Wajar

Seolah tak puas dengan jawaban Mardani Ali Sera, Najwa Shihab kembali menanyakan soal rekonsiliasi yang sempat diwacanakan hanya akan terwujud jika Habib Rizieq Shihab dipulangkan.

"Bukannya politisi yang bilang tak akan rekonsiliasi kalau HRS tidak dipulangkan? Sebetulnya yang menjadikan ini politik ya politisi juga kok," kata Najwa Shihab lagi.

Mendengar pertanyaan seperti itu, Mardani Ali Sera sempat terdiam dan seolah tak tahu.

"Ya nanti ditanyakan kepada yang menyampaikan itu. Saya pribadi sangat tidak setuju rekonsiliasi dikaitkan dengan kepulangan Habib Rizieq Shihab, rekonsiliasi itu adalah bagaimana masyarakat kembali bersatu, dan dalam rekonsiliasi sikap oposisi juga bagian dari rekonsiliasi," jelasnya lagi.

Sementara itu, Politikus PKB Maman Imanulhaq mengatakan kalau persoalan kepulangan Habib Rizieq Shihab ke Indonesia adalah hal yang sederhana.

"Negara hadir untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh warga negara tidak hanya di Indonesia tapi di luar negeri juga, kami PKB dengan NU misalnya, menyelamatkan Eti seorang terpidana mati lalu diminta untuk denda kita siapkan Rp 20 miliar dan pemerintah membantu itu," katanya.

Untuk itu menurutnya, kepulangan Habib Rizieq Shihab ke Indonesia harus diluruskan, kalau ini persoalan imigrasi dan sebagainya bisa ditanyakan ke Komisi 1 DPR RI, kemudian bisa dipanggil Dirjen Imigrasinya.

"Kalau ini ada persoalan bahwa ada juga keterlibatan pemerintah Arab Saudi, panggil saja Duta Besar Arab Saudinya, jadi jangan mengaitkan sesuatu yang tidak ada keterkaitannya," jelasnya.

"Tegakkan hukum, bangun komunikasi politik, karena bagaimana pun kepulangan seorang warga negara ke tempat asalanya itu adalah sebuah hak yang harus dihormati dan dihargai, dan negara harus hadir," tambahnya lagi.

Menanggapi hal itu, Ketua Bidang Penegakan Khilafah DPP FPI, Awit Mashuri menceritakan alasan kenapa Habib Rizieq Shihab hingga saat ini belum bisa kembali ke Tanah Air.

"Yang kami dapat info langsung dari ketua umum kami yaitu KH Ahmad Sobri Lubis bahwa memang ada pencekalan yang membuat Habib Rizieq Shihab tidak bisa pulang ke Indonesia, padahal beberapa tahun yang lalu beliau mau keluar ada tiga kali itu, tapi dilarang untuk keluar dari sana," kata dia.

Ia kemudian meminta kepada pemerintah untuk tidak zolim kepada Habib Rizieq Shihab, karena ia bukan koruptor dan pencuri.

"Saya berharap kalau kita mau mengajak semua komponen pasca pilpres ini untuk sama-sama membangun bangsa, jadi kami dari FPI ini berharap hilangkanlah kebencian, dendam politik dengan sosok yang bernama Al Habib Muhammad Rizieq Shihab, karena Habib Rizieq Shihab tidak pernah korupsi di Indonesia ini, Habib Rizieq Shihab nggak pernah ngerugiin Indonesia, beliau ini bukan pencuri, bukan koruptor, beliau ini adalah pejuang Islam yang kami semua rindu beliau pulang," katanya sambil menangis.

"Kami minta kepada pemerintah jangan dzolim kepada HRS, karena HRS ini adalah cucu Rasulullah, beliau ini adalah ada darah daging Nabi di dalamnya," kata dia.

"Oke, Anda mengatakan pemerintah dzolim?," tanya Najwa Shihab.

Ia pun kemudian mengklarifikasi kalimatnya, bahwa yang ia maksud bukan pemerintah yang dzolim.

"Ya jangan sampai ada yang menzdolimi lah, berbuat adil lah, andai kata Habib Rizieq Shihab dianggap musuh politik, apa akan selamanya seperti ini? Ini saya menangis sedih bukan karena apa-apa, karena kami rindu sama Habib Rizieq Shihab, karena kami kangen sama Habib Rizieq Shihab," tambahnya.

Kemudian Maman Imanulhaq kembali menegaskan, siapapun warga negara Indonesia yang tidak bisa pulang harus dibantu oleh negara, apalagi seorang Habib Rizieq Shihab.

"Negara harus hadir makanya saya bilang ke Mas Gito, ini harus dibereskan, kita punya jalur DPR, ada Pak Mardani di sini," kata Maman Imanulhaq.

"Siap," kata Mardani Ali Sera.

"Panggil imigrasinya, kalau ini ada invisible hand, kita harus buka seterang-terangnya, tidak boleh mengaitkan hak seorang warga negara untuk pulang ke tanah airnya," jelas Maman Imanulhaq lagi.

Najwa Shihab kemudian menanyakan soal pernyataan Awit Mashuri yang ada nuansa pemerintah dzolim.

Maman Imanulhaq menegaskan kalau pihaknya tak melihat ada kedzoliman dari pemerintah, apalagi Habib Rizieq Shihab ke Arab Saudi bukan karena diusir.

"Kalau kami tidak melihat, karena yang berangkat ke Arab Saudi sendiri Pak HRS, lalu ketika beliau mau pulang ternyata ada yang cekal, maka kita tinggal tanyakan sebagai institusi, PKB mendorong terang benderangnya persoalan ini, dan itu memakai jalur demokrasi ke partai, nanti di Komisi 1 kami akan menanyakannya, dan kami pun kalau memang perlu misalnya kerajaan Arab Saudi," bebernya.

Ia sangsi jika benar ada kesengajaan dari pemerintah Indonesia yang meminta pemerintah Arab Saudi untuk mencekal Habib Rizieq Shihab.

"Masa sih Arab Saudi yang berdaulat bisa dipengaruhi oleh Indonesia dan lain sebagainya, itu pun harus dipertanyakan, tidak ada yang menghalang-halangi pulang warga negara yang memang bisa pulang, dan itu harus kita dukung, itu kepada Habib Rizieq Shihab," tegasnya.

Simak videonya:

Kisah Dipukuli Oknum FPI pada 2008

Politisi Partai PKB, Maman Imanulhaq membeberkan kisahnya pernah dianiaya oknum Front Pembela Islam (FPI).

Maman Imanulhaq mengaku dipukuli oleh oknum FPI saat memperingati Hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni 2008.

Dilansir TribunWow.com, hal itu Maman Imanulhaq ungkapkan melalui acara 'Mata Najwa' unggahan kanal Youtube Najwa Shihab pada Rabu, (31/7/2019).

Awalnya, Najwa Shihab sebagai pembaca acar mengonfimasi apakah benar Maman Imanulhaq pernah dipukuli oknum FPI.

"Kang Maman, Anda pernah punya pengalaman dengan FPI, Anda pernah dipukuli oleh (oknum) FPI," tanya Najwa Shihab.

"Betul, 2008 ketika kami memperingati 1 Juni Hari Pancasila, dan kami meyakini bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa yang harus dipahami sebagai konteks pada bahasa NU, kalimatul syawa sebuah prinsip yang menyamakan kita sebagai warga negara," jawab Maman.

Maman melanjutkan, pada hari Pancasila itu, dirinya mengakui didatangi oleh sejumlah orang yang menggunakan label dan berjubah.

Mendapat pukulan dari orang-orang tersebut, tubuh Maman terpaksa harus dijahit.

"Ketika itu, tiba-tiba ada memakai label apa jubah-jubah dan pemukul."

"Saya 14 jahitan, di sini empat jahitan, (sambil menunjuk dagu)," lanjut Maman.

Bahkan kala itu, Presiden ke-4 Indonesia, Abdurrahman Waid (Gus Dur) turut menengok Maman.

Gus Dur menyanyangkan tragedi tersebut.

"Dan Gus Dur (mengatakan) tak boleh lagi (darah) terkucur bagi pembela kebhinekaan," ucap Maman menirukan kata Gus Dur waktu itu.

Imanul Haaq lantas menyayangkan sejumlah aksi FPI yang sempat melakukan hal-hal anarkis.

"Ketika tiba-tiba FPI menjadi laskar, seolah-olah menjadi polisi syariah melakukan intimidasi, hate speech di panggung-panggung publik, melakukan mimbar-mimbar dakwah menjadi mimbar fitnah, mencaci maki aparat negara, mencaci maki termasuk Pancasila," ungkap Maman.

Akbar Faizal Berapi-api Sebut Prabowo dan Jokowi tak Mesti Satu Bahasa, Kapitra Ampera Sindir Nasdem

PKB Masih Malu-Malu Akui Merapat ke PDIP Songsong Pilwali Balikpapan 2020

Disebut Ada Unsur Politis Dibalik Tak Terbitnya SKT FPI, Begini Klarifikasi Tegas Mendagri Tjahjo

Setelah Presiden Jokowi Bicara, Tjahjo Kumolo Jelaskan Progres Terbaru Perpanjangan SKT FPI

Kendati demikian, Maman mengatakan, diirinya masih membutuhkan FPI, meski dengan catatan.

"Kita butuh yang membawa dakwah yang ramah, kita butuh FPI yang membantu tsunami, tetapi rekam jejak di publik bagaimana ada razia bagaimana seolah-olah menempatkan diri tidak ada polisi," sarannya.

Namun, saat ditanya pendapatnya apakah FPI pantas mendapat izin atau tidak, Maman meminta ormas tersebut melakukan perubahan.

"Kalau saya sederhana, serahkan ke Mendagri soal administrasi, tapi bagi saya alangkah indahnya kalau FPI, karena ini tugas Mendagri hari ini FPI yang punya rekam jejak di publik kekerasan hilang, lalu berikan nama baru," ujarnya.

Menanggapi pengalaman Maman, Kepala Bidang (Kabid) Penegakan Khilafah DPP Front Pembela Islam (FPI), Awit Mashuri lantas memberikan pembelaanya.

"Di tahun 2008 di Monas, ini mau lurusin ini kan versi Kang Maman, sebenarnya waktu itu bukan masalah Pancasila, Ahmadiyah waktu itu."

"Di mana waktu itu kita dapat info dari polisi waktu itu HKBP kita mendapat di HI di lokasi acara, padahal kita mau ada aksi masalah BBM waktu itu," kata Awit Mushari.

Awit Mushari menjelaskan, kala itu kelompok FPI tak senegaja berpapasan dengan pihak Maman di Monas.

Mereka sempat saling ejek mengejek pada pertemuan tersebut.

"Ketemulah di Monas, saling kata-kataan terjadilah ribut, sebetulnya seperti itu jadi ga usah cengeng menurut saya, namanya kata-kataan begitu kan, iya jadi enggak usah cengeng gitu, laki-laki lah wajar," lanjut Awit Mushari.

Simak videonya:

(*)

Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul DPP FPI Nangis Minta Pemerintah Tak Dzolimi Habib Rizieq Shihab, PKB: Kan yang Berangkat Dia Sendiri, https://bogor.tribunnews.com/2019/08/01/dpp-fpi-nangis-minta-pemerintah-tak-dzolimi-habib-rizieq-shihab-pkb-kan-yang-berangkat-dia-sendiri?page=all. Penulis: Vivi Febrianti
Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved