Domba Tanduk 4-nya Tak Dijual Meski Rp100juta, Jawaban Pemilik Berubah saat Disinggung Idul Adha

"Sudah banyak yang nawar, terakhir ditawar Rp 100 juta. Berapa pun tidak ada niat dijual," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (10/8/2019).

Editor: Doan Pardede
AAM AMINULLAH/KOMPAS.com(Aam Aminullah)
Nono menunjukkan domba bertanduk empat yang diurusnya sejak 2 tahun 2 bulan lamanya di Cibugel, Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (10/8/3019) siang. 

TRIBUNKALTIM.CO - Domba bertanduk empat terhitung hewan langka.

Jarang ada peternak yang memilikinya.

Sehingga wajar banyak yang menghargainya dengan harga selangit.

Seperti domba bertanduk empat milik Kompol Suparman, perwira polisi yang kini bertugas di Polda Jawa Barat.

Suparman mengaku, memiliki domba bertanduk empat merupakan karunia tersendiri.

Meski sudah banyak yang menawar, tapi dia tidak berniat menjualnya.

"Sudah banyak yang nawar, terakhir ditawar Rp 100 juta. Berapa pun tidak ada niat dijual," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (10/8/2019).

Ketika ditanya apakah akan dikurbankan pada hari raya Idul Adha, Suparman hanya menjawab Insya Allah.

Sementara itu, ditemui di kandang ternak miliknya di Dusun Sirnarasa, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang, seorang pengurus ternak, Nono Hartono (54) mengatakan, domba bertanduk empat ini berumur 2 tahun 2 bulan.

Nono menuturkan, setelah melahirkan induk domba mati.

Induk domba bertanduk empat ini asli dari daerah Cibugel, Sumedang.

Domba bertanduk empat seperti ini, kata Nono, memang sangat langka dan tidak bisa dikembangbiakkan.

Nono menyebutkan, sejak dilahirkan, proses ternak dan pemeliharaannya tidak ada yang spesial.

Pakannya pun sama seperti domba pada umumnya.

Pada umur 2 tahun 2 bulan ini, bobot domba itu mencapai 50 kilogram.

Domba ini dibesarkan bersama enam domba lainnya di kandang berukuran 10x15 meter persegi.

Nono menambahkan, meski unik, sang pemilik domba tidak memberinya nama khusus.

"Kalau saya hanya ngurus aja. Enggak dikasih nama, cuma si tanduk empat saja," ujarnya.

Sapi berkepala dua buat geger warga

Masyarakat digemparkan dengan lahirnya bayi sapi berjenis kelamin betina berkepala dua di Dusun Klaten, Desa Ngaringan, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (17/7/2019).

Baca juga :

Pedagang Kurban Harap-Harap Cemas, Jelang Idul Adha Hanya 7 Ekor Kambing Yang Laku

Cek dari Gigi Sampai Bulu, Sapi dan Kambing di Balikpapan Dinyatakan Sehat Layak Qurban

Bentuk fisik pada bagian kepala yang tak lazim seperti anak sapi pada umumnya ini memancing rasa penasaran warga.

Satu per satu warga pun terus berdatangan menyesaki rumah Suyono (50), pemilik bayi sapi langka tersebut.

Bayi sapi jenis simental ini lahir normal dengan ukuran dan bobot tubuh yang tak berbeda jauh dengan lumrahnya bayi sapi.

Hanya saja, bentuk fisik pada bagian kepala bayi sapi ini sangat unik.

Kepalanya dua berdempetan dan setiap kepala memiliki satu moncong serta sepasang mata.

Sementara telinganya dua. Meski memiliki keanehan pada bagian kepala, namun pada bagian fisik lainnya wajar-wajar saja, seperti kaki berjumlah empat dan memiliki ekor.

Bulu sapi berkepala dua ini lebih dominan berwarna coklat seperti induknya.

"Matanya empat, moncongnya dua dan telinga dua. Alhamdulilah bayi sapi lahir sehat. Lahir pagi ini sekitar jam lima," terang Suyono, saat ditemui Kompas.com, di tempat tinggalnya, Rabu (17/7/2019).

Bayi sapi berkepala dua di Dusun Klaten, Desa Ngaringan, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (17/7/2019).
Bayi sapi berkepala dua di Dusun Klaten, Desa Ngaringan, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (17/7/2019). ((KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO NUGROHO))

Suyono menuturkan, induk bayi sapi berkepala dua ini tercatat telah berumur 9 tahun.

Bayi sapi berkepala dua ini adalah anak kelima yang semuanya terwujud melalui sistem kawin suntik atau inseminasi buatan (IB).

Baca juga :

5 Menu Andalan Olahan Kambing Jelang Hari Raya Idul Adha 2019, Tengkleng Iga Bakar hingga Tongseng

Stok Sapi Kurban Capai 900 Ekor dan Kambing 916 Ekor di Tenggarong,

Bayi sapi ini lahir melalui proses persalinan normal di kandang sapi yang berlokasi di belakang rumah Suyono.

Sebelumnya Suyono merasa janggal karena perut sapi betina miliknya itu ketika bunting berukuran besar tak seperti biasanya.

"Hasil kawin suntik pada tahun 2018. Tadi, saat persalinan dibantu oleh tetangganya saya Mbah Sadiman yang memang biasa membantu persalinan sapi. Awalnya kami kaget kok kepala bayi itu susah keluar, ternyata kepalanya dua. Persalinan lama sekitar dua jam," kata Suyono.

Kelahiran bayi sapi cacat dengan kondisi kesehatan yang stabil ini menjadi anugerah tersendiri bagi Suyono.

Suyono pun berharap bayi sapi berkepala dua ini bisa terus terjaga kesehatannya hingga tumbuh menjadi dewasa.

"Biasanya satu jam setelah lahir, sudah bisa berjalan, tapi ini sudah berjam-jam belum bisa berjalan. Ya karena berat di kepalanya. Untuk makan, saya kasih susu dari induknya yang diperas. Kata dokter sehat dan saya berharap bisa tumbuh besar dan normal. Akan saya pelihara dan tidak dijual," tutur dia.

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Grobogan, dr Riyanto menyampaikan, pihaknya sudah mengecek ke lokasi dengan melakukan pengamatan dan membantu perawatan bayi sapi berkepala dua itu.

Menurutnya, bayi sapi itu lahir dari indukan sapi berjenis simental peranakan ongole (SimPo) dengan kode strawberry 61566 Q 75.

Riyanto pun menyebut apa yang terjadi ini adalah sebuah faktor kelainan genetik.

"Secara ilmiah, sapi berkepala dua ini memiliki pertumbuhan yang tidak sempurna saat proses pembelahan sel. Proses pembelahan selnya itu mungkin pembentukannya kembar. Sehingga yang satu bagian tubuhnya tak sempurna. Seperti kembar siam. Salah satu tidak sempurna jadi menempel. Umumnya, daya tahan tubuh kurang dan mempengaruhi umur," ungkap Riyanto.

(Kompas.com)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved